Tawar Menawar

1676 Kata
Erra menyuruh semua maid yang bekerja dibagian dapur untuk berdiri di setiap sudut, Erra mengatur anak buahnya, agar ketika keluarga Maxivel sedang makan malam dan membutuhkan sesuatu, jadi bisa cepat mereka dapatkan dan tidak menunggu lama. Begitu lah Erra melakukan tugasnya sebagai kepala maid di mansion ini yang bekerja hampir 10 tahun. Sedangkan Julionad sedang duduk di kursinya seraya menatap Evalinda yang tidak perduli dengan tatapannya. Julionad sepertinya menemukan sesuatu yang berbeda dari dalam dirinya, ia menyukai apa yang dilakukan Evalinda meski Evalinda kasar dan tidak perduli padanya. Sesaat kemudian, Catherine masuk ke ruang makan, membuat semua maid yang sudah mengatur posisi membungkukkan badan mereka. Julionad menunduk dan tertawa melihat Evalinda. Catherine dan Lucas menoleh, mereka heran melihat putra mereka itu tertawa. “Ada apa, Julion?” tanya Lucas. “Tidak ada apa-apa, Dad,” jawab Julionad menggelengkan kepala. “Kakakmu belum datang?” tanya Lucas lagi. “Apa dia akan datang? Aku tidak yakin dia akan datang,” kata Julionad mengangkat kedua bahunya dan lirikan matanya terus mengarah kepada Evalinda yang berdiri tegap didepannya. “Apa kita menunggunya?” tanya Catherine pada suaminya. Lucas menggeleng dan berkata, “Tidak perlu. Dia tidak akan datang.” “Siapa bilang aku tidak akan datang?” tanya sebuah suara membuat semuanya menoleh termaksud para maid menatap pria tampan yang kini melangkah menghampiri meja makan. Evalinda membulatkan matanya penuh ketika melihat lelaki itu. Lelaki itu adalah … lelaki yang telah menikmati tubuhnya beberapa bulan yang lalu dan lelaki itu yang mengambil keperawanannya. Evalinda spontan menundukkan kepala, ia tidak mau jika Ben melihatnya ada di sini. “Kamu datang? Syukurlah,” kata Catherine hendak memeluk Ben, namun Ben langsung menghindar dan duduk di kursi kebesarannya. “Ada apa Daddy memanggilku?” tanya Ben membuat Lucas tersenyum menatap putranya. “Kita makan malam dulu, tidak baik membahas hal lain didepan meja makan,” kata Lucas. Ben menghela napas panjang dan menganggukkan kepala. “Tumben kamu tidak pernah lagi bermain wanita?” tanya Julionad membuat Ben mengabaikan pertanyaan adiknya itu. Ia tidak mau berurusan dengan Julionad lagi. “Makan saja, Julion. Jangan menganggu kakakmu,” kata Lucas membuat Julionad menganggukkan kepala. Di saat mereka berhadapan dengan sang Ayah, selalu saja Lucas lebih membela Ben dibandingkan dirinya, Julionad paham akan hal itu. Catherine lalu membantu Ben untuk memuat beberapa lauk di piring Ben, membuat Ben mengabaikan itu, ketika Erra hendak maju melakukannya, Catherine memberikan kode kepadanya untuk tidak melakukan apa pun. “Apa yang kamu lakukan?” tanya Ben kepada Catherine. Lucas menoleh menatap Ben dan berganti menatap Catherine. “Ben, ibumu sedang membantumu—” “Dad, dia bukan ibuku,” kata Ben membuat Lucas menghela napas panjang dan menggelengkan kepala. “Apa maksudmu?” tanya Lucas. “Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak melakukan apa pun, apalagi berusaha melakukan sesuatu yang akan membuatku tersentuh, aku bisa melakukannya sendiri dan ada maid yang bisa melakukannya,” bentak Ben kepada Catherine yang kini sangat malu dipandang oleh beberapa maid yang berdiri. “Mom hanya melakukan—” “Please, jangan bersandiwara didepanku!” tegas Ben. Lucas menghela napas panjang dan menatap tajam ke arah putranya. “Aku sudah katakan kepadamu untuk tidak melakukan sesuatu yang membuat emosiku memuncak. Catherine tidak pernah menganggumu, dia selalu membelamu dan melakukan apa pun untukmu, namun mengapa kamu terlihat seperti membencinya? Apa selama ini kasih sayangnya kurang?” “Aku tidak pernah membutuhkan kasih sayangnya. Aku ke rumah ini bukan untuk dia, tapi untuk daddy. Sebenarnya apa yang ingin Daddy bicarakan padaku?” tanya Ben. “Kalau tidak ada biarkan aku pergi.” Ben lalu bangkit dari duduknya dan melihat para maid menundukkan kepala. Ben membulatkan matanya penuh ketika melihat salah satu maid yang kini berdiri. Wanita itu seperti tidak asing. Ben menyunggingkan senyum tampannya, membuat semua maid yang masih gadis terlena dan hampir saja pingsan melihat senyuman yang sangat jarang terlihat itu. ‘Semoga saja dia tidak melihatku, ya tuhan. Jika dia melihatku, aku pastikan akan keluar dari mansion ini, aku tidak mau bertemu dengannya, aku malu sekali.’ Evalinda membatin. Ben kembali duduk dan menghela napas panjang. Lucas menautkan alis, mengapa Ben kembali duduk? Apakah dia merasa bersalah? Catherine tersenyum dan menghela napas halus. “Aku akan makan,” kata Ben. Julionad menautkan alis, tumben sekali Ben kembali ketika ia sudah bangkit dari duduknya dan hendak pergi. Julionad tidak pernah melihat kakakanya itu kembali. Julionad menghela napas halus dan berkata, “Mengapa kamu kembali?” “Aku tidak akan melewatkan makan malam keluarga yang sangat jarang terjadi,” jawab Ben tanpa melihat ke arah Julionad yang kini menatapnya. “Kenapa? Tumben sekali.” “Ya tidak apa-apa,” jawab Ben. “Aku senang jika kamu pergi. Kita tidak pernah melawatkan makan malam ini meski tanpamu,” kata Julionad. “Diam, Julion! Sudah lah. Kalian berdua apa tidak bisa akur?” “Sayang, ingat jantungmu,” sambung Catherine menyentuh lengan suaminya membuat Lucas menganggukkan kepala. “Ini adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi, karena kamu mau pulang, aku jadi turun kemari,” sambung Lucas membuat semuanya terdiam. Evalinda menghela napas lega, untung saja Ben tidak melihatnya, ia berharap tak pernah melihat pria itu lagi, namun takdir malah membuatnya bertemu dengan pria yang sudah menidurinya beberapa bulan yang lalu dan itu memalukan. Jadi, anak pertama dari keluar ini adalah pria itu? Pria yang dia tidak tahu namanya? Makan malam terlaksana tanpa kata-kata, tak ada cerita dan apa pun yang biasanya dilakukan keluarga jika baru bertemu. Ben juga diam saja, dan tidak melakukan apa pun. “Kamu menginap, ‘kan?” tanya Catherine pada Ben, membuat Julionad menyikut lengan sang Ibu. Lucas menoleh menatap Ben. Ben pasti akan mengatakan tidak, itu sudah pasti. “Okay,” jawab Ben. “Kamu mau menginap?” tanya Lucas. “Tentu saja. Ini rumahku juga, bukan? Jadi, aku akan menginap.” Semuanya saling bertukar pandangan, mereka heran melihat sikap Ben yang setidaknya sudah mulai melunak. Julionad yang tidak memahami sikap kakaknya hanya bisa diam dan terus menautkan alis. “Tumben sekali kamu,” geleng Julionad. “Memangnya kenapa jika aku menginap? Apakah salah?” tanya Ben kepada adiknya. “Aku heran saja. Kamu bukan orang yang langsung iya iya ketika ditawarkan sesuatu,” kata Julionad. “Bisa diam tidak? Julion, jika Ben mau menginap biarkan saja. Ini juga rumahnya dan dia anggota keluarga ini,” sambung Catherine menoleh menatap putranya yang kini keheranan melihat sikap keduanya yang berubah. Setelah makan malam, keluarga itu duduk menikmati cemilan dan teh hangat yang langsung dipetik dari perkebunan di Jerman, dan perkebunan itu milik keluarga Maxivel. Ben membulatkan matanya penuh ketika Julionad tengah menggoda Evalinda, membuat mata Ben memerah karena menahan amarah. Untung saja ia masih menghargai ayahnya, jika tidak ia sudah pasti akan menonjok Julionad dan memukulnya habis-habisan. Alasan Ben ingin menginap di rumah ini meski ia tidak pernah melakukannya sebelumnya semenjak ia meninggalkan rumah ini karena ia melihat Evalinda, wanita yang sudah lama ia cari selama ini dan wanita yang membuatnya berubah dan tidak pernah lagi menikmati tubuh para wanita. Bercinta dengan Evalinda membuat Ben berubah banyak dan Ben bersyukur ketika ia sudah menemukan wanita yang ia cari. Julionad tertawa kecil lalu melangkah menuju menghampiri keluarganya, ia duduk di samping ibunya dan menghela napas panjang. “Apa yang kamu lakukan di dapur?” tanya Catherine. “Aku hanya menggoda seseorang, Mom,” jawab Julionad. “Siapa yang kamu goda?” “Ada lah, Mom,” kekeh Julionad. “Jangan bermain-main dengan seorang maid, Julion,” kata Lucas. Julion menoleh menatap sang Ayah dan menghela napas halus. “Dad, aku tidak mungkin serius pada seorang maid. Mereka itu tidak level dengaku. Jadi Dad sudah tahu pilihanku. Aku hanya bermain dengan dia dan mengurangi rasa bosan. “Sebenarnya … apa yang akan Dad katakan padaku?” tanya Ben pada sang Ayah. “Kamu masih ingat Stella?” “Stella? Stella Armita? Ada apa dengan dia?” “Dad akan mengatur perjodohan kalian,” kata Lucas membuat Ben membulatkan matanya penuh. “Dad mau menjodohkanku dengan Stela?” “Anggap saja bukan sebuah perjodohan. Namun, kalian memang pernah menjalin hubungan, bukan? Kamu tahu betul Stela adalah wanita yang baik dan wanita karir, dia bisa membuatmu bangga dan kagum,” kata Lucas panjang lebar. Ben menggelengkan kepala dan berkata, “Aku memang pernah menjalin hubungan dengan Stela. Namun, kami sudah putus. Aku tidak menyukainya lagi dan kami hanya berteman.” “Banyak cara untuk membuat cinta lama bersemi kembali,” kata Lucas. “Apa segampang itu menurut Dad?” “Ya akan sangat gampang.” “Karena bukan Dad yang menjalani.” “Namun, aku tetap ingin kamu menikah dengan Stela.” “Aku tidak mau,” jawab Ben. “Aku dan Stela sudah sepakat akan menjadi kawan baik.” “Namun, sepertinya ia masih mencintaimu dan aku sangat setuju jika Stela menjadi menantuku,” kata Lucas. “Jangan selalu memudahkan segalanya, Dad. Aku bukan Daddy yang akan mencintai seorang wanita segampang itu. Aku tentu saja berbeda dengan Dad. Aku akan menikah jika itu dengan pilihanku sendiri, bukan pilihan Dad,” jawab Ben panjang lebar. “Lagian Stela cantik dan dia sukses dalam dunia bisnis,” kata Julionad. “Bukankah kamu menginginkan perusahaan?” tanya Lucas. Wajah Ben berubah drastis dan menautkan alis. “Apa Dad sekarang mau tawar menawar denganku?” “Tentu saja.” “Dad merasa akan menakhlukanku dengan cara tawar menawar?” “Aku akan memberikanmu posisi ketua komisaris dalam perusahaan. Dan, tentu saja itu sudah menjadi impianmu sejak dulu, karena menjadi seorang CEO saat ini hanya lah sementara.” Ben menautkan alis dan berkata, “Apa Dad serius?” “Tentu saja.” Ben memang memiliki niat itu untuk naik menjadi ketua di perusahaan, sebelum Julionad mengambil alih karena ia tengah ada di posisi seorang CEO. “Aku akan melakukannya. Aku mau jika Dad mau memberikanku posisi ketua,” kata Ben. “Dad tidak melupakanku, ‘kan?” “Kamu hanya tahu bersenang-senang. Jadi, bersenang-senang saja seperti biasanya,” kata Lucas membuat Ben menghela napas halus. Jika ia bisa mengambil alih perusahaan, sudah bisa dipastikan ia bisa membawa kemakmuran pada perusahaan dan dirinya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN