Memories-8 NOW

2086 Kata
~NOW~ ~~~~~ Melody termenung sendiri di toko kuenya. Dia memikirkan takdir apa yang kini tengah membayanginya? Dia kembali dipertemukan dengan orang yang berasal dari masa lalu. Orang yang sudah susah payah dilupakan, hingga Melody lelah melupakan dan berada pada titik biar waktu yang menghalau semua kenangan-kenangan bersama orang tersebut dari pikirannya. Terkadang Melody tidak mengerti, yang tidak bisa dia lupakan itu orangnya atau hanya kenangan indah bersama orangnya? Bayu Aksara memang memiliki pengaruh sekuat itu dalam perjalanan romansa percintaan seorang Melody. Singkat tapi meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Seperti itu bila dijabarkan dalam sebuah kalimat sederhana. Melihat Melody yang termenung sejak setengah jam lalu, Jinan menghampiri adik iparnya itu. Ingin tahu hal apa yang membuat seorang Melody yang atraktif mendadak jadi pasif seperti ini. "Aku lihat tante ngelamun aja dari tadi," tegur Jinan setelah ikut duduk di hadapan Melody. "Iya nih. Ada hal yang mengganggu pikiran aku." "Kenapa tante? Ada hubungannya dengan Levi?" tanya Jinan khawatir. "Nggak ada hubungannya sama Levi," jawab Melody dengan tatapan menerawang. Mendapat jawaban dingin itu Jinan tidak lagi mengganggu Melody yang sepertinya sedang dalam keadaan benar-benar tidak ingin diganggu. Bayangan wajah Bayu ketika memperkenalkan diri kembali mampir dalam benak Melody. Rasa penasaran mencuat begitu saja. Bayu sudah menikah dan mempunyai anak dengan orang lain, tetapi kenapa nama anak perempuannya sama seperti Melody? Apa Bayu juga mengalami susah melupakan seperti yang pernah dialami Melody? Namun Melody tidak seekstrim Bayu dalam hal susah melupakan, sampai memberikan nama yang sama pada anaknya. Lima belas menit kemudian Melody beranjak dari duduknya. Dia merasa toko terasa sunyi. Hal itu membuatnya tersadar kalau dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk mencari jawaban atas banyak pertanyaan, yang hanya bisa dijawab oleh Bayu seorang. "Kok sepi? Pada ke mana?" tanya Melody pada salah satu karyawannya. "Ika sama Vira lagi ke supermarket belanja bahan. Nima lagi makan siang di belakang. Kalau Mbak Jinan ke toko sebelah sama Levi. " "Naysa dibawa?" Melody menanyakan keberadaan bayi perempuan Jinan yang berusia enam bulan. "Ada di atas sama nanny-nya." Melody tidak bertanya lagi. Pandangannya beralih pada sebuah citycar putih yang berhenti tepat di depan toko. Tidak lama wanita yang baru saja keluar dari mobil tersebut masuk ke toko. Dari langkahnya terlihat seperti sedang terburu-buru. Melody memerintahkan karyawannya untuk segera melayani pelanggan tersebut karena karyawan yang biasa menjaga di bagian kue di dalam etalase sedang istirahat. "Selamat datang di Dara's Bakery. Mau kue yang mana, Ibu? Untuk roti ada di rak bagian tengah, sedangkan dessert-nya di etalase yang sebelah kiri," sapa karyawan tersebut dengan ramah. "Mbak... saya mau pesan kue kotak gitu bisa nggak? Tapi untuk hari ini." "Untuk jam berapa ya, Bu? Dan untuk isi kotaknya gimana?" "Jam tiga sore. Saya pesan dua puluh lima kotak. Masing-masing kotak isinya tiga macam kue. Campur manis dan gurih." "Kalau isinya harus seragam maaf tidak bisa, Bu. Karena sekarang saja sudah jam dua, proses open untuk kue baru selesai pukul lima sore. Kalau ibu mau, yang sudah tersedia saat ini saja. Untuk dua puluh lima kotak isi tiga macam kue, cukup." "Ya udah boleh, Mbak. Tapi isinya dalam satu kotak manis dan gurih ya." "Iya, Bu. Mau ditunggu atau diantar?" "Kalau nunggu kira-kira berapa lama?" "Mungkin butuh waktu dua puluh menit untuk menyiapkan semuanya." "Kalau gitu saya tinggal aja ya. Untuk pembayarannya gimana?" "Bisa tinggalkan deposit berapa saja dan alamat pengantarannya saja, Bu. Nanti pelunasannya saat selesai transaksi pengantaran. Maaf, untuk pesananannya atas nama siapa?" "Oke. Atas nama nama saya sendiri, Jasmine." Lalu pelanggan tersebut mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dan sebuah kartu nama. "Nanti kalau sudah siap, hubungi nomer ini saja." "Iya, Ibu Jasmine. Mungkin mau nambah kue lainnya?" Pelanggan tersebut berkeliling sebentar. Langkahnya terhenti pada etalase berisi kuetart beraneka bentuk. Sebuah senyum terlukis di wajah berparas ayu tersebut. "Saya mau yang cake cokelat itu, Mbak," ujar pelanggan tersebut menunjuk sebuah kue berbentuk bundar berdiameter sekitar lima belas sentimeter dengan taburan cokelat padat dan almond di atasnya. Setelah menyelesaikan pesanannya pelanggan tadi meninggalkan toko. Melody menghampiri karyawannya. dan menanyakan apa saja yang dipesan oleh pelanggan tadi. Melody menerima dan membaca kartu nama yang diberikan oleh karyawannya. "Jasmine Florisa... Emang deket sini ada kantor pemerintahan ya?" tanya Melody setelah membaca hingga selesai kartu nama di tangannya. "Kayaknya ada. Kenapa, Tante?" "Nggak apa-apa. Baru tahu saya." "Ada beberapa yang sering pesen kue di sini. Tapi kalau yang instansi ibu barusan itu belum pernah, seingat saya. Nggak tahu kalau pas bukan shift saya." "Oh gitu. Ya udah kamu buruan siapin kotak-kotaknya. Nanti yang lain biar enak tinggal masukin kue-kuenya." "Iya, Tante." ***** Malam harinya, Melody sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya di rumah. Melody bisa bekerja tanpa gangguan karena pangeran kecilnya masih terlelap sejak sore tadi. Suara mesin mobil berhenti di garasi rumah menandakan kalau Arkan sudah datang. Melody bergegas meraih gelas ramping dari rak piring lalu mengisinya dengan air dingin dari lemari es. Melody meletakkan gelas tersebut di atas meja makan yang akan dilalui oleh Arkan sebelum menuju kamar. Saat Arkan membuka pintu samping dilihatnya rumah dalam keadaan tenang. Biasanya jam segini Levi sedang asyik bermain play station dengan volume yang cukup memekakkan telinga. Arkan melanjutkan langkah menuju meja makan dan meraih gelas yang tadi sudah disiapkan oleh Melody. "Levi mana?" tanya Arkan saat Melody sudah ada di samping meja makan sembari meletakkan mangkuk besar. "Masih tidur," jawab Melody sebelum kembali ke dapur. "Tumben?" ucap Arkan setelah melirik jam tangannya. Dia terlambat pulang satu jam dari biasanya. Persoalan pembagian saham Khawas Group yang sedang dipegangnya mengalami hambatan dan dia harus segera menyelesaikan persoalan rumit itu sebelum tenggat yang diberikan oleh para pemegang saham Khawas Group. "Minggu depan kamu ke kantor ya untuk mendengar hasil keputusan pembagian saham," ujar Arkan menghampiri Melody ke dapur. "Aku udah bilang, nggak mau ikut campur lagi soal perusahaan. Aku percayain semuanya sama kamu dan Bang Luthfi." "Tapi setidaknya kamu nampakin diri. Nggak enak aku sama Bang Luthfi. Nanti dikiranya aku yang ngalang-ngalangin kamu untuk datang ke kantor." "Aku udah jelasin soal itu sama Bang Luthfi." "Cuma sebentar aja, Melo. Kamu juga nggak sibuk apa-apa ini, kan?" "Bukan masalah sibuk atau nggaknya, Kan. Udahlah nggak usah ngomongin perusahaan. Kamu mandi dulu, trus makan. Aku mau bangunin Levi. Dia belum makan dari siang tadi." Arkan mendesah lesu mendengar jawaban dari Melody yang tidak bisa diganggu gugat lagi. Melody memang keras kepala terhadap satu hal itu. Melody tidak lagi memedulikan Arkan. Dia melewati suaminya begitu saja sembari membawa piring berisi sajian terakhir yang akan diletakkan di atas meja makan. Sebelum menuju kamar Arkan melirik sekilas ke arah meja makan. Perutnya jadi terasa lapar melihat beberapa jenis menu masakan yang dimasak Melody. Arkan menahan senyum seraya bergumam, istrinya itu bisa masak juga rupanya bila dalam keadaan terdesak seperti ini, saat di rumah tidak ada pembantu rumah tangga. Arkan jadi teringat bagaimana dia pada akhirnya bisa menikah dengan Melody. Pertemuan dan pernikahan Arkan dan Melody semuanya sudah diatur oleh Ana. Mereka berdua hanya bertemu tiga kali dan akhirnya sepakat untuk menikah. Melody setuju menikah dengan Arkan asal Arkan mau memenuhi syarat, tidak menuntut Melody untuk menjadi juru masak, hanya memiliki satu anak dan tidak melarang Melody melakukan hal-hal yang disukainya termasuk untuk tidak berkecimpung di dalam perusahaan peninggalan milik mendiang ayahnya yang kini dikelola oleh Luthfi. Ketika Arkan menyetujui ketiga syarat itu, keduanya lantas menikah satu bulan setelah pertemuan ketiga dengan Melody. Sejak pertemuan pertama mereka di rumah Luthfi, hari itu Arkan mulai jatuh hati pada Melody. Ketertarikannya berawal ketika secara tidak sengaja Arkan mencuri dengar percakapan antara Ana dan kakak perempuan Arkan. Ana bercerita soal adik iparnya yang tidak pernah mau mendengarkan kata-katanya pada kakak perempuan Arkan. Saat Ana mengusulkan akan memperkenalkan Melody pada Arkan, dia sudah memperingatkan Arkan kalau Melody bukan perempuan yang mudah dirayu apalagi hanya dengan barang mewah. Rasa penasaran itu mulai tumbuh di hati Arkan. Dia tidak percaya, di saat perempuan di luar sana berlomba-lomba menarik perhatian lak-laki untuk bisa mendapatkan barang-barang mewah tidak demikian halnya dengan Melody. Apalagi Melody berasal dari keluarga yang sangat berada, untuk mendapatkannya tidak cukup hanya dengan bermodalkan tampang dan cinta. Dan tidak disangka rasa penasaran itupun berkembang menjadi perasaan yang melibatkan hati di dalamnya. Arkan sempat pesimis pada saat awal pertemuan dengan Melody, gadis itu dengan terang-terangan menolaknya. Namun Arkan tidak berkecil hati. Dia berdoa setiap malam supaya Tuhan meluluhkan hati Melody. Hingga beberapa bulan setelah pertemuan pertama yang tidak berlanjut, tiba-tiba Melody menghubungi Arkan dan mengajak melakukan pertemuan. Saat di pertemuan kedua Arkan mulai mencari tahu lebih jauh soal Melody. Menurutnya Melody adalah pribadi yang asyik, menyenangkan dan nyambung ketika diajak mengobrol soal apa pun. Terlepas dari syarat-syarat yang diajukan Melody di pertemuan ketiga mereka, Melody adalah sosok yang manis, cerdas dan memiliki jiwa keibuan yang menjadi dambaan setiap laki-laki. Tidak terkecuali Arkan yang begitu mudahnya jatuh hati pada Melody. ***** Saat Arkan kembali ke ruang makan setelah mandi, dia melihat Levi dan Melody sudah duduk di kursi makan masing-masing. Arkan menarik kursi makan untuk dirinya, sementara Melody dengan cekatan menyendokkan nasi dan juga lauk di piring Arkan. "Levi makannya yang banyak," ujar Arkan saat melihat anak laki-laki sedang malas-malasan menyendokkan nasi ke mulutnya. "Iya," jawab Levi singkat. "Tadi gimana hasil parentingnya?" tanya Arkan sembari memulai makannya. Melody terkesiap mendengar pertanyaan tiba-tiba itu dari Arkan. Karena biasanya dia sendiri yang lebih dulu menceritakan soal perkembangan sekolah Levi pada Arkan. Melody belum mempersiapkan jawaban karena dia sendiri tadi tidak terlalu mendengar dengan seksama penjelasan dari guru kelas Levi. Fokus Melody tadi terpecah antara mendengar penjelasan dari guru kelas Levi dan kehadiran Bayu yang tak disangka-sangka. "Melo? Are you oke?" tanya Arkan sekali lagi saat Melody bukannya menjawab malah melamun. "Yes, i am. Levi nggak ada masalah apa-apa kok. Dia belajar dengan sangat baik di sekolahnya," jawab Melody, melempar senyum kikuk saat beradu tatap dengan Arkan. "Orang tuanya murid baru itu datang juga nggak, Mom? Mommy udah kenalan belum?" tanya Levi antusias. "Murid baru yang mana, Levi?" "Astaga, Mommy. Masa udah lupa? Itu loh, yang waktu itu kita temanin nunggu penjemputnya di sekolah," ujar Levi mengingatkan. Seketika Melody teringat pada gadis kecil bermata bundar, memiliki postur tubuh sedikit lebih berisi dari Levi. Gadis kecil itu hampir menangis karena saat sekolah sudah sepi, tapi belum ada tanda-tanda ada yang akan datang menjemputnya. Melody dan Levi akhirnya sepakat untuk menemani anak itu. "Oh...anak itu. Tapi Mommy lupa namanya. Siapa, sih?" "Lody, Mom," jawab Levi malas. Lody. Gumam Melody dalam hatinya. Jadi gadis berwajah lucu yang pernah ditenangkan oleh Melody saat menangis siang itu, adalah anak yang tadi namanya disebutkan oleh Bayu saat memperkenalkan diri. d**a Melody terasa sesak saat memikirkan takdir apa yang sedang coba ditunjukkan padanya kali ini.  Ada sedikit nyeri dirasakan oleh Melody ketika laju pikirannya kembali mengingat tentang Bayu. Cinta pertamanya yang kandas begitu saja karena tidak ada satupun di antara mereka berdua yang mau sedikit berkorban untuk melunturkan ego. ***** Malam ini Jasmine pulang lebih telat dari biasanya. Jika dia pulang telat sekitar satu jam, kali ini meningkat jadi dua setengah jam. Saat Jasmine memasuki rumah, jarum jam di dinding rumahnya sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Jasmine bergegas masuk kamar, mandi lalu menemui anak dan suaminya. Dari pintu kamar putrinya, Jasmine melihat pemandangan paling indah. Bayu sedang membacakan sebuah dongeng pada Lody. Saat mengendap masuk Bayu menoleh untuk melihat siapa yang memasuki kamar anaknya dengan cara seperti itu. "Sudah tidur?" tanya Jasmine dengan nada berbisik. "Iya, tadi abis makan terus minta didongengin. Belum selesai satu bab udah lelap aja," jelas Bayu, meninggalkan kamar Lody. Jasmine mengusap dan mencium kening putrinya sebelum mengikuti jejak Bayu meninggalkan kamar Lody. "Selamat tidur Melody-nya Bunda. Mimpi indah sayang," ucap Jasmine. "Padahal aku bawa cake cokelat kesukaan Lody," komentar Jasmine saat melintasi ruang tengah, menemukan Bayu sedang menatap layar laptop dengan wajah serius. "Oh ya? Mana?" tanya Bayu. "Ada di kulkas. A'a mau?" tanya Jasmine. "Kalau nggak ngerepotin boleh minta potongin dikit aja." Jasmine menuju dapur dan mengeluarkan kotak bertuliskan Dara's Bakery di atasnya. Dia mengeluarkan cake cokelat tersebut dengan hati-hati. Kemudian memotong cake tersebut dengan bentuk kerucut sebanyak dua potong. Dia meletakkan potongan tersebut di atas piring ceper lalu menyajikan untuk Bayu dan dirinya. "Enak," gumam Bayu, sembari mengunyah potongan kecil cake cokelat di mulutnya. "A'a suka?" tanya Jasmine dengan mengernyitkan kening. Bayu mengangguk tanpa berkata apa pun. "Aku kira A'a nggak suka cokelat. Soalnya selama kita menikah, aku nggak pernah lihat A'a menyentuh cokelat. Beliin kue untuk Lody juga selalu yang rasanya selain cokelat," jawab Jasmine menyembunyikan senyum tidak percayanya. Bayu hanya tersenyum sekilas. "Lody pasti suka banget cake cokelat ini," jawabnya, enggan berkomentar lebih lanjut soal ucapan Jasmine yang membahas tentang kesukaannya pada cokelat. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN