“Tapi itu tidak akan membuat Anda menemui siapa dalang pelaku perusakan usaha Anda. Minggu ini tiga usaha Anda sudah mulai dirusak itu adalah balasan dari tingkah laku Anda selama ini.”
“Anda mungkin berpikir hanya Alyssa yang Anda rugikan, tapi saya yakin bukan hanya Alyssa dan ternyata memang bukan hanya Alyssa kan?”
“Kalau Alyssa akan saya balaskan, tapi selain itu saya yakin Anda punya banyak musuh kok. Saya yakin orang seculas Anda pasti banyak musuh. Jadi jangan berpikir kemarin itu pekerjaan saya.”
“Sekali lagi saya tekankan, itu belum saya. Saya tidak mau yang skala kecil begitu. Bukan level saya untuk yang skala kecil,” Nagendra tanpa pamit langsung meninggalkan mantan besannya tersebut. Dia hanya mengultimatum bahwa itu bukan dia dan dia tidak selevel kelas kerucut seperti yang sekarang dialami Basanti.
Basanti tentu saja terpana mendapat pengakuan Nagendra seperti itu. Dia tak percaya Nagendra dengan jantan langsung mengakui itu bukan pekerjaannya. Artinya ada orang lain!
Itu yang harus dia cari. Siapa musuhnya sehingga berani membuat dia mulai tertatih. Tapi Basanti sendiri tidak merasa punya musuh sama sekali. Andai saja Alyssa masih hidup pun, sahabatnya itu tak akan memperkarakan semua tindakannya karena dia dengan mudah bisa menyetir Alyssa.
“Mengapa harus seperti ini? Tujuh hari lalu rental mobilku mulai diacak-acak dan utusan Keenan datang di hari ke lima.”
Saat ini Nagendra bilang itu bukan dia yang bikin. Lalu siapa?”
“Kalau Tama tidak akan mungkin. Tidak akan pernah mungkin karena ini usaha keluarganya. Tama enggak akan mungkin menghancurkan asetnya sendiri.”
“Kalau dia mau, tentu dia akan ambil alih secara langsung, karena ini punya dia. Tapi kan bukan itu yang terjadi,” Basanti benar-benar bingung, siapa yang hendak menghancurkannya. Karena dia yakin bakal mantan suaminya tidak mungkin melakukan itu.
Ya Tama memang bakal mantan suami, karena belum ada keputusan cerai antara mereka. Walau Tama sudah mengajukan dan dia juga tidak pernah datang ke pengadilan agar proses cepat rampung. Tapi rupanya pengadilan belum memutuskan mereka bercerai.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Tolong … tolongin dia, saya nggak tahu siapa dia. Tapi barusan saya menolong di pinggir jalan. Bapak ini yang tahu siapa dia dan bagaimana kejadiannya,” kata seorang lelaki tampan dengan menggunakan jas kerja.
“Saya juga nggak tahu dia siapa Nak. Yang pasti dia kaget dan jatuh karena ada motor yang menjambretnya. Lalu saya dan istri berupaya menolong, tapi yang lain sibuk mengejar penjambret tersebut. Lalu Bapak ini yang menolong kami bawa ke sini Suster. Jadi kami juga belum tahu siapa dia,” jelas lelaki setengah baya.
“Maaf Bapak, Ibu, bagaimana kalau kita buka saja dompetnya? Biar kita bisa daftarkan dia. Dan mungkin nanti kita bisa mencari alamatnya. Kalau handphonenya kita nggak ketemu,” kata lelaki muda tersebut memberi umpan pada pasangan yang menolong korban kecelakaan.
“Ya Tuan, seperti itu saja. Ini dompetnya saya yang pegang sejak tadi,” kata istri si Bapak yang menolong perempuan yang sedang hamil tersebut. Ada darah mulai keluar dan butuh tindakan cepat.
“Ini ya Bapak, Ibu, KTP-nya. Saya daftarkan saja di sana. Untuk amannya kita masukkan saja di kelas 3 dulu, biar nanti saya yang membayar uang mukanya lebih dulu. Kan kita nggak tahu dia mau masuk kelas berapa. Sepertinya kalau menggunakan uang Ibu ini juga nggak cukup di dompetnya hanya ada 172.000 nih ya,” lelaki muda itu yang membuka dompet korban kecelakaan itu.
“Ada 172.000, ada KTP ada ATM dan yang lainnya. Tapi tidak ada ponsel.”
“Sepertinya teleponnya bisa diambil oleh penjambret tadi Nak, jadi memang tidak ada ponsel sejak dia terjatuh,” jelas si Ibu.
“Ya sudah Bapak dan Ibu menemani di sini. Saya daftar dengan KTP ini ya Bu, Pak, biar nanti saya yang menanggung biayanya untuk uang muka agar dia bisa dirawat oleh dokter,” kata lelaki tampan tersebut.
“Ya Nak terima kasih banyak. Saya juga tidak berkepentingan apa pun terhadap Ibu ini. Kita hanya sama-sama menolong. Semoga saja membawa berkah buat kita,” balas si ibu penolong.
“Aaamiiiiiin. Insya Allah membawa berkah buat kita semua Pak, Bu, nggak usah berharap lebih lah. Yang penting saat kita kesulitan kita akan ada yang menolong,” kata lelaki tersebut. Lalu dia pun pamit meninggalkan sepasang orang cukup tua dengan pasien yang terjatuh di pinggir jalan saat dia lewat.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Bagaimana mungkin kamu malah di rumah sakit? Siapa yang sakit kata seorang lelaki yang dihubungi lelaki tampan tadi.
“Aku sungguh nggak tahu Pa, Ma. Aku sungguh nggak tahu. Ini aku nolongin sepasang orang tua yang juga nolong pasien korban penjambretan di jalan raya. Korban sedang hamil dan dijambret di pinggir jalan lalu sepasang lansia menolongnya.”
“Aku bawa mereka ke rumah sakit. Ini aku mau daftarin korban. Habis itu aku akan ke tempat mama dan papa. Maafin aku, maafin aku, tapi memang seperti itu kondisinya. Ada yang harus aku dahulukan untuk ditolong,” pemuda itu sangat santun ketika menjawab telepon.
“Kamu di rumah sakit mana?” tanya mamanya dengan tenang.
“Ini Rumah Sakit Prima Bhakti Ma, rumah sakit terdekat dengan tempat kejadian.”
“Seperti itu ya? Kamu nggak perlu ke sini karena kan kita tujuannya mau nengok Uwak di situ. Sudah kami saja ke situ kamu enggak perlu jemput kita di rumah. Nanti kita ketemu di rumah sakit saja. Kamu urus saja pasien tersebut. Kasihan kalau dia tidak kita tolong,” kata sang mama penuh welas asih. Rupanya sifat itu menurun pada putranya.
“Oh tujuannya mau ke sini? Oke Ma, aku tunggu ya. Ini aku sudah sampai di bagian administrasi. Aku daftarin dulu ya Ma. Kasihan dia. Aku juga belum tahu nomor telepon yang bisa dihubungi, karena ponselnya di ambil penjahat. Nanti mungkin aku nyuruh orangku untuk mencari alamat tersebut biar bisa dihubungi keluarganya.”
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Bagaimana kata dokter Pak?” tanya lelaki muda tersebut saat selesai mendaftar.
“Dokter bilang harus segera dioperasi karena tidak bisa dipertahankan. Kalau dipertahankan nanti malah detak jantung bayi hilang.”
“Baik, saya akan ketemu dokternya saja. Biar saya tanda tangani izin operasi mewakili suaminya. Sebab kita tak bisa menghubungi siapa pun saat ini.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Jadi Anda bukan suaminya?” tanya dokter yang menangani pasien tersebut.
Lelaki muda ganteng itu memperhatikan name tag di snelli dokter tersebut terlihat namanya adalah dokter spesialis kandungan Kayshilla, V Sulaiman.
“Bukan Dokter. Kebetulan ada sepasang orang tua sedang kebingungan di pinggir jalan menolong pasien ini. Saya kasihan lalu saya menepi dan membantu mereka bawa ke sini. Saya sudah daftarkan administrasi, saya juga sudah deposit uang awal. Kalau memang harus dioperasi dan butuh waktu cepat biar saya tanda tangani, nanti keuangannya biar saya bayarkan.”
“Tak apa Dokter. Karena ini darurat lakukan saja. Saya juga nggak kenal orang tersebut. KTP-nya ini ada disaya."