LOVE AT FIRST SIGHT

1033 Kata
‘Sejak aku melihat dia di kantor ini, detak jantungku seperti bertarung keras dan saat itulah aku baru sadar aku menyukai seseorang saat pandangan pertama.’ ‘I fell in love at first sight.’ ‘Padahal saat itu aku belum tahu status dia, kalau dia punya suami bagaimana? Tapi rasa yang datang itu tidak bisa kita cegah kan? Itu alami. Aku kaget waktu dia bicara sama Pavita. Aku benar-benar tertawan padanya.’ ‘Dan aku kaget ternyata dia sahabatnya Kemala. Dari Kemala pula baru aku tahu dia habis terluka. Rasanya aku ingin memeluk dia untuk menghapus luka itu. Lelaki kurang ajar yang membuat dia seperti itu. Terlalu kurang ajar.’ ‘Aku saja, sampai kapan pun akan setia pada pernikahan, walau tak ada cinta untuk Pavita. Kalau dia dan anaknya hidup, aku akan setia selamanya. Biarlah aku mati sendiri, asal aku tetap setia dalam sumpahku pada Allah. Pernikahan adalah sumpah seorang lelaki pada sang Khaliq.’ Badai berceloteh sendiri dalam hatinya. Dia benar-benar tak percaya jatuh cinta pada Kayshilla saat melihat perempuan tersebut datang ke kantornya untuk membeli tanah yang dia miliki dulu. Padahal selama ini Badai tak pernah jatuh cinta pada siapa pun. Sejak di SMA banyak perempuan mendekati, tapi dia tidak tertarik. Bahkan ketika dia kuliah. Terlebih pada Pavita. Pavita itu cantik, putih mulus, tidak ada kurangnya buat nilai kecantikan seorang perempuan. Kurangnya adalah hati Badai tidak tergetar oleh kecantikan Pavita. Itu saja! Badai tahu Pavita bukan pribadi yang buruk. Dia juga manis, sopan. Pokoknya semua kebaikan ada pada istrinya itu. Yang tidak dimiliki Pavita satu. Yaitu rasa cinta dari Badai. Itu saja. Untuk hal lain semua komplit. Pavita positif, cantik, baik, pintar, pokoknya semuanya bagus. Kecuali cinta dari Badai. Itu yang Pavita tidak miliki. Bahkan Badai ingat berkali-kali Pavita selalu memancing bahkan sengaja naked di depan dia, tapi entah kenapa tak pernah ada ketertarikan sama sekali pada perempuan molek itu. Pavita sering sengaja keluar dari kamar mandi tanpa busana sekali. Padahal tahu saat itu Badai ada di dalam kamar. Tapi Badai tidak ingin melihat, padahal kulitnya sangat mulus dan menggoda semua orang KECUALI Badai. “Bagaimana caranya aku mendekati dirinya? Apa aku lewat Kemala ya? tapi nggak gentle juga kan kalau lewat Kemala. Aku nggak mau lewat orang. Nanti jadi ribet. Walau Kemala masih sepupu jauh aku, atau malah keponakan jauh aku.” “Nggak ah aku nggak mau lewat comblang. Bisa-bisakarena sering ngobrol sama Kemala nanti malah dia jadi naksir aku sama. Seperti Gerhana yang malah main sama adiknya sendiri. Aku juga nggak mau seperti itu.” “Jangan-jangan nanti gara-gara aku mendekati lewat Kemala malah dekat sama dia.” “Oh tidaaaaaaak. Tidak! Aku tidak mau seperti itu. Aku harus cari jalan lain,” sungut Badai yang langsung masuk ruangannya, dia ingin lebih fokus pada kerjaannya sambil memikirkan bagaimana agar bisa mencapai tujuan tanpa melibatkan orang lain. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Pak Badai ada tamu,” seorang pegawai Badai mengetuk pintu dan bicara setelah dipersilakan Badai masuk.pegawai itu melihat Badai sedang sibuk di meja gambarnya di sudut ruang kantor miliknya. “Saya nggak punya janjian, kalau tak urgent enggak usaahlah. Siapa sih?” tanya Badai pada sekretaris kantornya. “Apa aku harus janjian dulu kalau ingin bertemu dengan kakakku sendiri?” kata seorang gadis yang Badai tahu namanya Ishanvi Zohar atau biasa dipanggil Santi. Dia adik kandung dari Pavita Zohar Santi dan Vita itu seperti saudara kembar. Wajahnya sangat mirip, sangat mirip dan mereka juga jaraknya hanya 11 bulan karena katanya dulu mama mereka hamil SUNDULAN. Pokoknya baru selesai nifas langsung hamil lagi, seperti itulah. “Ada perlu apa ke sini? Maaf ya ini bukan café. Ini kantor! Jadi kalau tidak ada perlu silakan keluar,” usir Badai. “Abang kenapa jahat seperti itu? Sejak Kak Vita meninggal saja Abang nggak pernah ke rumah. Bahkan Abang nggak pernah tanya bagaimana kabar dari Ghazali Ridwan Sanggara yang kami panggil Ghazzy,” protes Santi kolokan. “Nama itu adalah nama pemberian Kak Vita, dia tuliskan di sebuah amplop di meja kamar di rumah Mama. Di kamar kak Vita. Dia bilang nama anaknya itu. Jadi kami pun memberi nama demikian sesuai dengan pesan Kak Vita. Panggilannya Ghazzy.” “Sejak awal aku tidak pernah ingin menikah dengan Vita. Cam kan itu. Aku berupaya menjaga dia sedemikian rupa supaya dia tidak tercemar. Sengaja aku tidak mencoleknya, sengaja aku tidak mengganggunya agar bila kami berpisah dia masih punya harga diri karena masih p3rawan!” “Tapi Vita malah lapor mamamu dan aku dimaki-maki oleh mamaku dimuka umum. Satu tahun aku berhasil menghindar. Vita sering menggodaku bak p3lacur, dia sering tel4njang di depanku tanpa malu. Bukan aku aku tak peduli, tapi aku hanya ingin dia punya nilai lebih saja di mata suami berikutnya.” “Begitu aku dimarahin sama mamaku karena tidak menyentuhnya, maka aku lakukan tugas membuahinya walau dengan cara paksa. Setelah dia hamil ya sudah.” “Apa urusannya anak itu denganku? Itu urusan Vita, bukan anakku walau hidupnya dari aku.” “Aku tidak peduli dia mau kasih nama siapa pun aku nggak peduli. Dan aku kembalikan juga perusahaan yang diberikan oleh keluarga kalian untuk membeli aku agar menikah dengan Vita seperti aku mengembalikan anak tersebut.” “Jadi tolong pergi dari depan mataku. Aku tidak ingin melihat kalian lagi. Sama sekali tidak ingin. Kalian pikir dengan harta kalian bisa membeli diriku?” ucap Badai dengan sedikit keras sambil mengambil HP dan menekan nomor yang ingin dia tuju serta menekan bel di meja kerjanya. “Seharusnya kita bisa bersama, kita bertiga bersama sebagai orang tua Ghazzy yang baru, dia nggak tahu siapa ibunya, jadi lebih baik akulah yang jadi ibunya dan kita bahagia bersama,” ucap Santi didengar oleh dua orang yang Badai hubungi bersamaan. “Bahagia apa? Bahagia buat siapa? Sama yang asli saja aku eneg lebih-lebih yang KW seperti kamu. Jadi pergi saja deh.” “Tante dan mama dengar kan? Sekali lagi ada keluarga Pavita mendatangiku di mana pun aku akan bakar rumah kalian! Kalian keluarga SAMPAH,” teriak Badai pada nomor yang dia tuju. Badai langsung keluar ruangan. “Kamu dan semua pegawai di sini. Kalau orang ini datang langsung geret dan usir keluar agar kantor saya tak bau bangkai!” teriak Badai pada sekretarisnya. Terlihat pegawainya ketakutan mendengar pesan Badai itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN