Part 8 | Really Sorry

1477 Kata
Jeslyn lalu menepi, diam-diam meninggalkan kakak beradik itu untuk menikmati makan malam mereka, walau Jeslyn tau, mungkin mereka tidak bisa menikmati makan malam itu karena hatinya terus menjerit dan menangis karena keadaan Rhea yang masih jauh dari kata baik-baik saja.   “Christy,” panggil Kern, membuat wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh menuju ruang makan.   “Siapkan makan malam untukku dan Keyla.”   “Ah ya.” Christy langsung menghidangkan makan malam yang telah dibuat oleh Jeslyn sebelumnya, mendengar bagaimana teriakan Keyla tadi membuat Christy sedikit gelisah dan takut dengan tatapan Kern yang sangat tajam, pria itu seolah siap meluapkan semua emosi kepada semua orang yang ditemuinya, dan mungkin jika Keyla tidak ada di sini, Kern akan benar-benar melampiaskan semua kemarahannya pada orang-orang di rumahnya. Termasuk dirinya.   “Kern,” lirih Keyla saat menikmai suapan pertama menu makan malam itu. “Gulaschsuppe ini mengingatkanku pada Mommy, mengapa ... mengapa rasanya sangat sama, Kern?” tanya Keyla dengan raut berkaca-kaca juga tatapan rindu, masakan itu mengingatkannya pada Rhea.   Kern lalu menyendok sup itu untuk mencicipinya, lalu hatinya tiba-tiba menghangat, menyetujui ucapan Keyla, rasanya sangat sama seperti buatan Rhea, dan masakan itu terasa bisa mengobati sedikit rindunya pada Rhea.   “Andai dulu aku tidak menolak saat Mommy mengajariku memasak, tentu aku bisa memasak seperti Mommy dan bisa mengobati sedikit rindu kalian pada Mommy melalui masakannya. Maafkan aku yang selalu menolak jika diminta ke dapur.” Keyla menatap Kern dengan raut sendunya, mengingat dulu dia selalu menolak jika Rhea sudah mengajaknya untuk membantu wanita itu memasak.   “Sudah, tanpa perlu kau belajar memasak buktinya kita bisa menikmati rasa masakan Mommy, jadi jangan bersalah seperti itu. Makanlah yang banyak, bukankah rasa ini sedikit mengobati rindumu pada Mommy?”   “Ya Kern. Aku merasakan ada sentuhan tangan Mommy dalam masakan ini. Penuh cinta hingga membuatnya terasa nikmat. Seperti yang selalu Mommy buat.” Keyla tersenyum tipis dengan raut sendunya, lalu wanita itu kembali menikmati supnya, pun dengan Kern.   “Kern, kenapa kartoffelsalat ini juga seperti buatan Mommy?” Keyla mengernyitkan keningnya bingung, lalu wanita itu beralih pada menu selanjutnya. “Sauerkraut ini juga Kern. Siapa sebenarnya yang memasak ini Kern?” tanya Keyla dengan raut ingin taunya, Kern lalu menatap Christy tajam.   Christy yang sejak tadi sudah memperhatikan perdebatan kecil juga bagaimana rasa masakan Jeslyn itu hanya bisa memilin-milin apronnya, tidak menyangka jika masakan Jeslyn bisa menyamai rasa masakan Rhea, dan hal itu membuat ia ingin mencobanya. Namun bukan itu yang harus ia lakukan sekarang, yang harus ia lakukan sekarang adalah mencari alasan tentang siapa yang memasak malam ini.   ‘Chris, bisakah kau membantuku sekali lagi?’   ‘Apa, Je?’   ‘Jika Kern bertanya, jangan pernah katakan jika aku yang memasak. Bisakah kau membantuku mencari alasannya? Namun aku tidak bisa memberi tahumu alasanku melakukannya. Ini untuk kebaikannya, juga kebaikanku. Lebih baik seperti ini, maka aku bisa membantunya mengobati sedikit rasa rindunya pada Mommy Rhea. Bisakah kau melakukan ini untuknya Chris?’   ‘Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku juga tidak mengerti mengapa kau harus melakukan hal ini. Tapi jika hal itu untuk kebaikan Kern aku akan melakukannya, asal kau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirimu dan Kern. Bisa kau melakukannya Je?’   ‘Aku, baiklah aku akan menceritakannya padamu nanti. Bisa kau lakukan hal ini untukku dulu?’   ‘Ya, aku akan melakukannya, tenang saja.’   “Christy.” Panggilan itu menyentak Christy yang teringat percakapannya dengan Jeslyn beberapa waktu, kini ia harus berpikir alasan apa yang akan ia berikan pada Kern terkait rasa baru di masakan itu.   “Ah itu, maid baru yang memasaknya. Maafkan aku karena membiarkannya memasak untukmu. Tadi aku mengurus sesuatu yang mendesak dan sepertinya dia belum tau peraturannya jika makanan untukmu hanya aku yang bisa melakukannya.” Christy menggigit bibir bawahnya merutuki kebohongan yang ia ucapkan, sedang Kern menatap dengan tatapan penuh selidik pada Christy.   “Sejak kapan kau menjadi ceroboh seperti ini, Christy? Ini sangat bukan dirimu, kau sedang tidak berbohong kan? Bukankah setiap ada maid baru kau akan langsung menjelaskan semua peraturan di rumah ini? Tidak mungkin maid itu dengan sesuka hati memasak untukku dan kau dengan begitu mudah menghidangkannya untukku. Bukankah kau lebih memilih mengatakan padaku jika kau belum memasak dari pada membiarkan aku memakan masakan orang lain? Kau sedang berbohong padaku Christy?” nada suara Kern yang penuh intimidasi membuat Christy menundukkan kepalanya, namun dirinya sudah berjanji pada Jeslyn dan tidak boleh kehilangan akal untuk membalas arguman Kern.   “Aku pikir, dirimu dan Nona Keyla sudah seharusnya makan malam, aku takut jika menungguku memasak maka akan semakin malam kalian menunggu. Dan mengenai masakan Zwetta, aku sudah mencicipinya sebelumnya, dan karena apa yang dikatakan Nona Keyla sama seperti apa yang aku pikirkan saat mencicipi masakan itu, rasanya sangat sama seperti masakan Nyonya Rhea, aku berpikir kalian pasti akan menyukainya. Maka dari itu aku memilih menghidangkannya pada kalian.” Christy menelan ludahnya susah payah setelah berhasil menjelaskan alasan yang masuk akal.   “Panggil maid itu sekarang.” Christy lalu mengangguk, memanggil Zwetta yang sudah ia ajak bekerja sama malam ini.   “Kau yang memasak makanan ini?” tanya Kern dengan nada datarnya, menatap Zwetta dengan tatapan menelisik, wanita itu yang baru pertama kali berhadapan dengan tuannya hanya mengangguk kaku dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya, hari pertama bekerja dirinya justru diminta berbohong oleh kepala maid.   “Ya, Tuan. Maaf jika saya lancang, saya belum tau aturan-aturan di rumah ini.”   “Kumaafkan kali ini, dan Christy. Biarkan Zwetta yang mengurus dapur mulai sekarang,”   “Bolehkah aku meminta Zwetta untuk membuatkan makanan dan membawanya pulang?” Keyla menimpali, membuat Kern tersenyum dan mengangguk.   “Tugasmu di sini adalah menyiapkan makanan untukku dan apapun yang diinginkan Keyla saat dia datang ke rumah ini. Mengerti Zwetta?”   “Baik, Tuan.” Zwetta mengangguk patuh, dan Christy di tempatnya tersenyum tipis dengan kelegaan luar biasa berhasil mengatasi satu masalah malam ini.   ***   Jeslyn mengernyit sakit saat gel pereda nyeri itu ia oleskan pada tubuhnya yang lebam, ia meringis menatap bagaimana mengenaskannya punggungnya yang terlihat semakin membiru juga meninggalkan bercak darah. Baru saja dirinya akan mengistirahatkan tubuh, pintu kamarnya kembali terbuka dengan kuat, dan Jeslyn sudah tau siapa yang datang.   Kern langsung menarik Jeslyn yang saat itu tengah berdiri di depan cermin, mencengkram kuat rahang wanita itu dan menatapnya nyalang seperti biasa.   “Sekali lagi aku melihatmu membuat Keyla menangis, bahkan jika kau berani menyentuhnya, aku akan lebih kejam dari ini Jeslyn. Aku bisa membuat kematianmu sangat pelan dan menyakitkan. Ingat itu baik-baik.” Lalu Kern menghempaskan tubuh Jeslyn hingga wanita itu tersungkur di lantai.   “Kau memindahkan Mommy Rhea ke rumah?” tanya Jeslyn lirih membuat Kern yang baru mencapai pintu membalikkan badannya dan menatap tajam pada Jeslyn.   “Berhenti menyebut Mommy-ku dengan panggilan itu. Mulut hinamu tidak pantas memanggilnya seperti itu, brengsek.”   Jeslyn mengabaikan ucapan Kern, ia hanya ingin memperjelas di mana Rhea sekarang karena dirinya begitu rindu pada wanita itu.   “Tidak bisakah kau membiarkan aku bertemu dengan Mommy? Tidak apa-apa jika hanya sebulan sekali, dua bulan sekali, asal biarkan aku bertemu dengannya, Kern.” Jeslyn memohon, namun bukan itu permintaan Jeslyn yang menjadi fokus Kern, karena raut wajah pria itu berubah menjadi berang, dan kembali menghampiri Jeslyn lalu mencekik wanita itu.   “Sudah kukatakan jangan pernah memanggil Mommy-ku dengan panggilan itu, Jalang.” Kern mendesis dengan kemarahan yang meluap-luap, membuat Jeslyn mencengkram erat tangan Kern yang masih mencekiknya.   “To-tolong lepaskan,” Jeslyn menatap sayu pada Kern yang masih enggan melepaskan cengkramannya pada leher wanita itu.   “Aku tidak sudi mulut hinamu itu memanggil Mommy-ku sama seperti aku memanggilnya.” Kern masih belum melepaskan cekikkannya pada Jeslyn padahal wanita itu sudah meronta dengan tatapan memohon.   “Ba-baiklah, aku tidak akan memanggilnya se-seperti itu lagi.” Tepat setelah itu Kern melepaskan cengkramannya, masih menatap Jeslyn dengan emosi berapi-api. “Tapi bisakah kau memberiku kesempatan untuk bertemu? Sekali saja.” Jeslyn kembali memohon, membuat Kern kembali menatap rendah pada Jeslyn, lalu memegang dagu Jeslyn agar wanita itu menatapnya.   “Tidak akan pernah kubiarkan dirimu menemui Mommyku lagi. Tidak akan pernah, Jeslyn. Hidupmu hanya akan menerima luka sebanyak yang aku berikan hingga kematianmu, dan opsi bertemu Mommy-ku tidak akan pernah ada. Jadi jangan meminta terlalu banyak, Jalang.” Setelahnya Kern kembali menghempaskan tubuh Jeslyn, keluar dari kamar wanita itu dengan membanting kasar pintunya.   Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya jatuh juga, dalam kesunyian di ruangan kecil itu, Jeslyn kembali menangis seorang diri, memeluk dirinya yang begitu menyedihkan, meresapi semua luka yang ia dapatkan karena perbuatannya. Berandai-andai, jika dulu dirinya tidak bertemu dengan Rhea mungkin semuanya tidak akan menjadi seburuk ini, dan dirinya tidak perlu melihat wanita itu menderita karena ulah Daddy-nya.   “Mommy. Aku ... aku gagal melindungimu dari Daddy, maafkan aku ... Maafkan aku membuatmu harus merasakan rasa sakit itu. Hiks .... Maafkan aku Mommy.” Jeslyn kembali terisak hebat, wanita itu semakin meringkuk layaknya bayi dalam kandungan, membekap mulutnya untuk meredam isak tangisnya yang terasa sangat menyesakkan d**a, menyadari jika semuanya menjadi sangat kacau dan dia tidak tau harus memulai dari mana untuk memperbaikinya, pun tidak tau bagaimana harus menghadapi kegilaan Kern yang selalu melukainya.   “Maaf karena harus menyeretmu sejauh ini, ikut andil terluka karena perbuatanku.” Jeslyn kembali menggumam, teringat bagaimana tatapan sendu dan terluka Kern saat bersama Keyla tadi. Sedikit banyak, dirinya juga ikut menyumbang luka untuk pria itu. Kehilangan calon istrinya, keadaan Rhea dan terlukanya Keyla. Kern pasti merasa sangat terluka dengan luka yang datang bertubi-tubi itu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN