"Hahh...."
Lagi untuk kedua kali pria dewasa yang Gwen kira umurnya memasuki 30-an itu mengeluarkan spermanya dengan jumlah cukup banyak. Padahal belum ada satu jam dirinya memberikan service.
Wajah nikmat pria itu sedikit membuat hati Gwen tergugah. Walaupun senjata pria itu belum tidur, tapi Gwen tahu bahwa pria itu sudah merasa puas. Segera Gwen turun dari kasur dan memakai bajunya, membuat pria itu bingung.
"Apa yang kamu lakukan?" Gwen mengangkat bahu dan menatap pria itu malas.
"Aku ingin pulang. Aku sudah selesai."
"What?!" Pria yang sialnya sangat tampan itu bangun dengan wajah menahan amarah karena tak terima. Seperti pria-pria lainnya.
"Aku sudah membuatmu mencapai o*****e dua kali dan aku rasa itu cukup." Terdengar geraman tak terima dari pria itu.
"Apa maksudmu melakukan semua ini? Bahkan kita belum sampai ke intinya." Gwen menaikkan alisnya menatap pria itu tak minat.
"Aku sedang malas. Aku pulang." Saat Gwen melangkahkan kaki sudah seperti biasanya lengannya ditahan.
"Kau tidak bisa lari begitu saja. Aku ingin dirimu, sedari tadi aku ingin dirimu. Apa kau paham? Atau kau perlu kubayar? Berapapun akan ku bayar tubuhmu ini." Gwen berdecih tak suka mendengarnya. Ia juga sudah sering mendegarnya.
"Aku tidak butuh uangmu. Aku sudah punya banyak uang. Aku melakukan ini karena ingin bersenang-senang. Jadi simpan uangmu dan lepaskan aku." Gwen mencoba melepaskan lengannya yang terasa perih tetapi pria ini tidak mau melepaskannya. Malah tatapan mengintimidasi pria itu semakin menusuk tubuhnya.
Senyum sinis pria itu seakan meremehkan dirinya. "Kalau begitu bagus. Aku pun akan bersenang-senang walau harus memaksamu." Gwen langsung ditarik kedalam pelukan pria itu dan diserangnya bibir Gwen habis-habisan. Belum lagi tubuhnya yang ditahan erat oleh kedua tangan pemuda itu.
Gwen menjadi kewalahan karenanya. Tapi ia tidak akan pernah membiarkan apa yang dijaganya hilang malam ini karena pria egois yang sedang diburu nafsu ini. Seperti biasa Gwen seakan menikmati ciuman ini dan meletakkan lengannya ditengkuk pria itu.
Senyum kemenangan dapat dirasakan dibibirnya, ini juga sudah biasa. Segera Gwen akan memukul tengkuk pria ini agar tak sadarkan diri, tapi ia kalah cepat. Tangannya sudah ditangkap oleh pria itu.
Membuat Gwen tersentak. Pria ini ternyata pandai bela diri, semakin membuat Gwen waspada. Ciuman itu terlepas dan senyum kemenangan dibibir pria itu semakin lebar.
"Jangan lakukan hal apapun untuk membuatmu lari dariku. Karena aku tidak akan melepaskan dirimu." Tubuhnya kembali dijatuhkan diatas kasur empuk itu diikuti pria itu yang menindih tubuhnya. Membuat Gwen sedikit ketakutan.
Pria itu terkekeh sinis melihat wajahnya yang ketakutan tapi tak pernah memberinya kesempatan.
"Ku mohon. Biarkan aku keluar dari sini." Ujar Gwen dengan tubuh gemetar. Bagaimana tidak, ia akan disetubuhi oleh pria yang tidak dikenalnya. Pria asing.
"Tidak akan." Pria itu menciumnya dengan kasar entah untuk keberapa kalinya. Tangan pria itu pun dengan bringas merobek bajunya.
Gwen sudah berusaha memberontak tapi gagal. Ia berusaha membalik keadaan pun tak bisa. "Ku mohon.. Aku tidak ingin melakukan hal itu sekarang. Aku akan memberi service yang lain tapi bukan untuk yang itu." Pinta Gwen dengan menahan desahannya.
Gwen kembali ingin memukul tengkuk pria itu tapi kembali gagal. Bahkan kali ini kedua tangannya ditahan diatas kepala dengan salah satu tangan besar pria ini.
Setelah tadi tubuhnya, kini bibir Gwen dihisapnya lagi. Tapi sialnya satu tangan pria itu turun menuju perutnya. Gwen menggeleng dalam ciuman mereka, tetapi pria itu tetap menyumpal bibirnya.
Dan masuk. Tangan besar pria itu dengan lancar masuk kedalam celananya. Mengusap kewanitaannya pelan dibalik celana dalam. Membuat Gwen menggigit keras bibir pria itu.
"Sialan! Jangan lakukan itu seakan-akan ini pertama kalinya bagimu. Aku tahu kau sudah berpengalaman, jadi biarkan aku menjadi salah satu diantara pria lain yang beruntung mencoba tubuhmu." Gwen menggeleng kembali, belum sempat ia berbicara pria itu kembali mencium bibirnya. Kali ini dengan lembut berhasil membuat Gwen terbawa.
Hingga ia merasakan sesuatu itu masuk kedalam dirinya. Jari pria itu dimasukkan kedalam kewanitaannya, membuatnya melenguh dan mendesah tak karuan.
"s**t! Sempit sekali. Ini hanya satu jariku. Bagaimana dengan Juniorku nanti." Geram Max menikmati gerakan tangannya yang memporak porandakan kemaluan gadis dibawahnya yang masih terbalut celana.
Lalu Max menambah jarinya. Kembali membuat Gwen menggeliat tak karuan. Perutnya bagai diterbangi kupu-kupu, kepalanya terasa berputar. Ini sungguh nikmat.
Dan untuk pertama kalinya Gwen o*****e membuat dua jari Max dilumuri cairan yang langsung dijilatnya. Melihat Gwen terkapar lemas, Max segera membuka celana gadis itu tak sabar.
Dan kini mereka sudah sama, tanpa sehelai benang pun. Membuat Max entah untuk keberapa kali terpana akan keindahan di depannya. Bersih tanpa bulu membuat daging merah merekah itu semakin terlihat menggiurkan. Tanpa izin Max melebarkan kaki gadis itu hingga lembah itu terpampang di depan matanya.
Diciumnya, dijilat dan dihisapnya daging merah itu. Harum tubuh gadis itu menguar membuat Max kembali menjadi gila karenanya. Gwen sudah terengah-engah karena tindakan pria di bawahnya. Belum lagi lidah pria itu yang meliuk-liuk disana.
"Ahh.. Shh.." tidak ada yang bisa Gwen lakukan selain mendesah karena nikmat yang baru pertama kali dirasakannya. Kembali ia mengeluarkan cairan bening dari dalam dirinya yang langsung dihisap habis oleh pria itu.
"Aku sudah tidak tahan lagi." Ujar pria itu bangkit dari kegiatannya tadi. Masih dengan kaki terbuka lebar Gwen melihat pria itu memposisikan dirinya.
Melihat Gwen yang menanti-nanti membuat pria itu ingin sedikit menggoda. Diusapkannya kepala p***s miliknya dibibir v****a Gwen. Gwen tahu maksud pria itu, tapi Gwen tidak akan pernah memohon. Melihat Reaksi Gwen Max menjadi tak suka, seharusnya gadis itu memohon untuk segera dimasuki. Tapi nyatanya gadis ini sok jual mahal.
Geram karena tak diacuhkan. Max segera memasukkan dirinya agak kasar walau begitu sempit membuat Max berubah menjadi perlahan. Kejantanannya seakan terjepit, padahal belum masuk setengahnya. Gwen sedikit berteriak membuat Max terhenti dan menatap gadis itu tak percaya. Ia merasakan penghalang itu tadi.
Dengan debaran didadanya Max melihat kearah penyatuan mereka yang bahkan miliknya pun belum masuk setengahnya. Ada darah disana.
Vote and Comment!!
Gwen❤