Chapter 5

1330 Kata
Jangan salahkan rasa penasaranku padamu. Ini karena ulahmu juga... ***** Mike mendengar suara ribut-ribut di belakangnya. Ia tahu siapa pemilik suara tersebut. Siapa lagi kalau bukan Angel dan temannya. Dari sudut matanya Mike bisa melihat Angel yang tengah diseret. Gadis itu memohon dengan begitu menggemaskannya. Membuat kedua sudut bibir Mike terangkat. Kini Mike sudah mengahadap Angel sepenuhnya. Ia berkacak pinggang melihat tingkah konyol Angel yang bahkan sampai berjongkok sembari memeluk kaki sang petugas bandara, membuat semua yang ada di sana melirik ke satu titik itu. "Haahh.. Terbuat dari apa sih tu cewek? Nggak ada malu-malunya. Kemaren ini nyosor aja main cium, sekarang tanpa mikir langsung meluk-meluk kaki petugas." ucap Mike berdecak 'kagum'. Mike mendekat dengan gagahnya sembari terus menajamkan telinga mendengar rengekan Angel. Beruntung teman Angel masih waras. Jadi cukup Angel saja yang menjadi pusat perhatian. "Ayolah paak. Saya mohon jangan di bawa ya! Saya nggak bawa bom kok pak." "Pak ayolaaahh.. Saya..." "Eghem.." Baik si Petugas, Angel maupun Amanda sama-sama langsung  menoleh arah samping. Angel melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dengan cepat ia menyembunyikan wajahnya di balik betis sang petugas. "Gila..malu gueee.. Mau ngapain sih ini orang di sini.. Mana posisinya nggak enak lagi..." rutuk Angel yang langsung merasa terlihat bodoh. " Egheemm.!" dehem Mike lagi. Tatapan Mike tertuju pada Angel yang masih betah memeluk kaki petugas. "Ngel?!" panggil Manda dengan santainya. "Sialan si Manda..mau jatohin harga diri gue kayaknya.."rutuk Angel geram. "Egheemm.." untuk yang ketiga ini, deheman Mike cukup kencang. Alhasil mau tak mau Angel memutuskan untuk melepaskan pelukannya pada sang petugas dan langsung berdiri tapi tak berani menatap Mike. Gadis itu memilih mengalihkan pandangannya dari Mike. "Maaf merepotkan anda. Dia asisten saya. Ini pertama kalinya dia naik pesawat." ujar Mike dengan senyum menyebalkan yang muncul dari wajah pria itu. Angel yang mendengarnya dengan jelas langsung menatap Mike horror. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Tatapan Mike seolah mengatakan "mau aman atau tidak?". Angel menghembuskan nafasnya lemah. Ia menatap si petugas dengan wajah mengiba. "Saya yang akan jamin kalau bawaan asisten saya tidak berbahaya." lanjut Mike denga wajah tenang. "Baiklah kalau begitu. Lain kali jangan seperti itu ya mbak." Angel menatap si petugas dengan wajah kesal. Seolah dari ucapan petugas itu tersirat kata jangan tunjukin katroknya ya mbak. "Sial..." bisik Angel pelan. Mike menatap Angel yang tengah mendumal. Namun ia tak terlalu ambil pusing. Dengan santainya Mike berbalik arah dan keluar dari bandara. Mike tahu kalau Angel dan temannya masih mengikutinya. Tapi mungkin tidak. Karena memang ini pintu keluar bandara. Mike melirik jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul delapan lewat. Mike melirik ke depan, dan langsung menemukan seseorang yang memegang kertas bertuliskan namanya. Memang dari bandara ia akan langsung menuju kampus yang menjadi idaman para pelajar SMA yang baru lulus sekolah. UNIVERSITAS ANDALAS Itulah nama kampus yang akan Mike datangi sekarang. Setelah bersamalam dari perwakilan kampus yang menjemputnya. Mike segera mengikuti arahan si pria untuk mengikutinya. Namun seolah terlupa akan sesuatu, Mike menghentikan langkahnya dan memutar tubuh ke bekelang. "Hey!?" panggil Mike cukup keras, membuat Angel dan Amanda yang berjalan di belakang mereka langsung tersentak. Angel melihat Mike dan sekelilingnya bergantian. "Saya?" tunjuk Angel pada dirinya. "Iya kamu. Siapa lagi.. Sini!" Angel patuh dan menurut. "Ada apa?" tanya Angel saat posisi mereka sudah saling berdekatan. "Kau bisa memasangkan dasi?" "He?" "Aku tanya, kau bisa memasangkan dasi?" Angel terdiam cukup lama. Sampai-sampai Amanda menyenggol lengannya kuat. "Malah bengong lo. Tu calon laki lo nanya? Bisa masang dasi apa kagak?" bisik Amanda yang seketika membuat Angel merona. "Bi...bisa.!" jawabnya gugup. "Bagus kalau begitu. Pasangkan ini..." Mike menyerahkan satu buah dasi berwarna dongker pada Angel. Dengan ragu serta gugup, Angel meraih dasi tersebut dari Mike dan berjalan lebih dekat. Bahkan jarak mereka tak lebih dari tiga puluh sentimeter. Jantung Angel mendadak tak sehat. Ia berdetak sangan kencang. Apalagi Mike yang ia sadari selalu melihatnya saat dirinya melikitkan dasi tersebut ke leher Mike. Ditambah lagi Amanda yang menggodanya dengan mengatakan 'Sebelum nikah, belajar dulu ye..'. Ditengah-tengah acara pemasangan dasi, Mike melontarkan satu pertanyaan yang berhasil membuat nafas Angel berhenti berdetak. "Kau seorang penguntit?" Angel terpaku, Amanda malah tersenyum geli. Jujur, keberadaan mereka di sini bukan untuk menguntit Mike. Mereka bahkan tak tahu Mike akan ke Padang. Kampus Angel dan Amanda sudah melaksanakan libur semesternya, jadilah kedua gadis itu memilih untuk mengisi liburan mereka dengan mengunjungi destinasi wisata di Padang yang direkomendasikan oleh temannya pada Amanda dan Angel. Tapi siapa sangka, mereka akan satu pesawat dengan Mike. Angel menarik dasi itu kencang m, membuat Mike tercekik dan terbatuk. "Jangan geer!" ucap Angel kesal. "Kau ingin membunuhku?" teriak Mike tertahan. "Bodo'" Angel menjulurkan lidahnya ke arah Mike lalu menarik tangan Amanda untuk pergi dari pria itu. Semakin lama Angel di sana, semakin tak karuan bentuk jantungnya. Mike tak mengejar. Ia hanya melihati saja kepergian dua gadis itu sambil memegang lehernya yang tadi tercekik oleh dasi. "Permisi pak. Kita harus segera pergi.!" ucap perwakilan kampus tadi. "Oh maaf. Saya tadi ada urusan sedikit." Mike kembali mengikuti langkah si pria itu yang menuju ke parkiran. ***** "Lo yakin Ngel kita mau tour di sini tanpa pemandu?" tanya Amanda sedikit ragu. "Antara yakin nggak yakin sih." "Kalau mau pemandu, gue punya teman di Padang. Namanya Mela. Kalau ia, gue hubungin dia aja. Siapa tahu dia bisa bantu." tawar Amanda yang cukup membantu. Angel mengangguk tanpa ragu. Yang benar aja dia nyasar di sini. "Ntar, gue hubungin Mela dulu." Amanda meraih ponselnya dan mencari kontak temannya. Tak butuh waktu lama untuk Amanda menunggu panggilan itu dijawab. "Assalamu'alaykum Mel?" "Wa'alaykumsalam. Eh Manda? Tumben nelp? Ada apa?" "Gue di Padang nih sekarang.." "HA? SERIUSAN LO?" "Eh buset. Dia teriak. Kasih aba-aba kek kalau mau teriak. Kuping gue Mel." "Hahaha. Sorry sorry..." maaf Mela, "lo seriusan?" lanjutnya. "Serius gue. Gue bareng temen sih satu orang." "Lah trus?" "Rencananya kami mau tour di sini berdua tanpa pemandu." "Wuidiih. Nekat amat mbak..!" "Tahu nih, temen gue. Udah gue bilang ikun agen travel aja, eh dianya nolak. Sekarang malah ragu buat tour sendirian." ujar Manda yang langsung mendapat tapa ledekan dari temannya. "Lo dimana sekarang?" "Di BIM. Lo ada kegiatan?" "Nggak ada sih. Ya udah, gue kesana sekarang. Tapi gue belum mandi, gue mandi dulu ya..." "Dasar lo. Anak gadis belum mandi jam segini..." "Maklum. Pengangguran gue. Mahasiswa baru wisuda ya begini..." Amanda menimpali ucapan Mela dengan tertawa. Setelah mematikan panggilan telpon, Amanda langsung melirik Angel yang tengah bermenung. "WOOOII!!" "Astagfirullah Amanda!!" teriak Angel kesal. "Lagian Lo. Ngelamuun aja. Ngelamunin siapa? Pak dokter ya?" goda Amanda. Angel mengangguk polos. "Cieeee, yang kesemsem sendiri." "Apaan sih. Gue lagi mikirin cara buat lanjutin hukuman taruhan itu. Satu bulan kan? Dan ini baru jalan dua minggu. Waktu gue cuma sisa dua minggu lagi." "Emangnya lo mau ngapain?" tanya Amanda yang juga penasaran. Angel terlihat sedikit berpikir. "Ah udahlah. Toh di sini kita juga nggak tahu Mike dimana.." "Ha? Lo mau lakuin apa emangnya?" "Kasih pak dokter obat perangsang.." bisik Angel yang langsung membuat Amanda berteriak kaget. Angel sungguh gila. Amanda sendiri awalnya tak yakin Angel mau mendalami taruhan yang ia buat sendiri. Tapi siapa sangka Angel menyanggupi. "Ngel? Lo serius?" tanya Amanda ragu. "Maksud lo?" "Iya. Soal hukuman taruhan yang gue beri sama lo...!" "Serius lah. Lagian setelah lihat wajah tampannya pak dokter, gue jadi semangat buat dapetin.." ujar Angel. "Ngel..!" "Hm?" "Lo...nggak kesemsem benerankan sama Mike?" tanya Amanda ragu. Angel terdiam sejenak, "Ntah. Tapi ciuman saat itu, buat gue pengen rasain bibir itu lagi..." "Ya Tuhan Angel..." "Kenapa? Kan lo yang kasih hukuman ke gue...!" ucap Angel santai. "Iya gue. Cuma kan awalnya gue nggak yakin lo mau ikutin." Angel menggeleng pasti. "Lo tahu gue kan? Gue pantang buat nyerah.." "Tapi lo yakin nggak bakalan kenapa-napa?" "Asal Lo nggak ngomong aja. Kalau lo ngadu ke Mike, udah pasti akan jadi masalah besar." "Trus, kalau seandainya Mike tahu sendiri lo deketin dia karena ajang taruhan?" tantang Amanda. "Dia nggak bakalan tahu Manda kalau Lo nggak cerita." "Ya Allah Angel. Gue kan tadi tanya, seandainya dia tahu gitu aja gimana?" "Nggak bakalan." ucap Angel tegas. Amanda yang melihat kegigihan Angel, hanya bisa geleng-geleng kepala dan berdo'a. Berdo'a jika nanti Mike tahu dan marah besar, Angel bisa tenang dan tak mudah hancur. Ia berharap, Angel bisa menerima kenyataan akan dibenci oleh Mike karena sudah menjadikan pria itu sebagai ajang taruhan. "Gue harap lo bisa tenang saat itu semua terjadi nantinya..." ucap Manda yang tak dijawab oleh Angel. Dalam otak Angel kini tengah mengalir beberapa cara yang akan dia lakukan jika Mike tahu. Satu hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu. BUAT MIKE MENCINTAINYA. Dengan begitu, ia yakin Mike tak akan mau meninggalkannya, karena Mike yang sudah cinta mati. ***** BERSAMBUNG!!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN