"Aku mendengar kabar yang enggak enak itu?" Serena melangkah pelan memasuki ruangan kerja Aksa. Matahari pagi menyelinap melalui celah-celah jendela, menyoroti meja kerja yang penuh dengan berkas-berkas. Gadis itu membawa nampan sarapan, aroma kopi hangat dan roti panggang dengan selai stroberi memenuhi udara. Senyum percaya diri terpancar dari wajahnya, meski hatinya berdebar-debar. "Aksa," panggil Serena lembut, "Aku bawakan sarapan untukmu." Aksa mengangkat wajah dari tumpukan kertas, pandangan matanya kosong sejenak sebelum kembali fokus pada Serena. "Terima kasih, Serena," jawabnya dengan senyum tipis. Namun, di balik senyum itu, Serena tahu pikiran Aksa sedang melayang pada sosok lain, Jana, perempuan yang diam-diam mengisi relung hatinya. Serena meletakkan nampan di meja, berusa