Di dalam kamar yang diterangi cahaya lampu meja yang temaram, Shaka duduk di depan kanvasnya. Malam begitu sunyi, seakan seluruh dunia terlelap dalam mimpi, menyisakan hanya dia yang terjaga. Pensil di tangannya bergerak lincah, menciptakan garis-garis halus yang membentuk sketsa gaun indah. Setiap goresan mengandung harapan dan mimpi yang tersembunyi dalam hatinya. Namun, sesekali gerakan tangannya terhenti. Pikirannya melayang, terbawa oleh kenangan yang tiba-tiba muncul. Serena. Nama itu mengambang di benaknya, menimbulkan rasa perih yang tak tertahankan. Bayangan Serena dengan senyum manisnya, yang kini bukan lagi miliknya, menghantui setiap pikirannya. Serena, yang telah menemukan kebahagiaan bersama Raka. Kabar itu menghantamnya seperti badai di tengah malam. Ia mencoba kembali fok