Si Lelaki Bertopi.

1101 Kata
"Aksa! ayo!" Seorang perempuan cantik yang turun dari mobil mewah memegang lengan kekarnya Aksa. Membuat laki laki itu menoleh ke arahnya, dan Jana sangat bersyukur untuk itu. Karena dengan begitu, laki laki itu sudah tidak akan lagi memperhatikan dirinya. "Kamu sudah datang?" Aksa berdiri dan berbicara dengan perempuan cantik itu. Dan perempuan itu mengangguk dengan senyuman yang manis. Lantas ia melirik ke arah Jana dan Jane. Hatinya bertanya tanya, tentang siapa mereka berdua. Namun sepertinya ia tidak terlalu peduli, karena saat ini ada lelaki yang paling penting yang ingin ia temui. "Ayo, kita masuk." Ajak gadis itu. Namun Aksa malah menoleh ke arah Jana. "Mmm bagaimana kalau kamu saya antar ke dokter?" Aksa merasa, bahwa ia harus mengajak perempuan itu ke Dokter. Namun Jana menolak karena ia merasa enggak enak pada gadis di depannya. "Tidak apa apa, Pak. Saya akan pergi dengan teman saya. " Jana meraih lenganya Jane. "Ayo kita ke klinik dulu." kemudian dengan terburu, Jana mengajak Jane pergi dari sana. Aksa heran sikap Jana yang sepertinya sedang menghindarinya itu. "Apa yang sedang kamu lihat? apa kamu mengenal perempuan itu?" tanya Serena. "Oh, dia katanya asistennya Miss secret!" Aksa berkata pada Serena. Hal itu membuat serena mendengus kesal. Pasalnya laki laki itu berbicara dengannya seraya menatap punggung perempuan yang pergi itu. Serena melihat ketertarikan dari kedua sorot legam yang menawan itu. Dan Serena tidak menyukainya. "Oh, apa kamu sudah bertemu dengan miss secret secara langsung?" Tanya Serena lagi. "Masih belum. Dia enggak mau bertemu sebelum acara itu berlangsung." Padahal Aksa sudah mengirimkan hadiah baju karya desainer yang terkenal. Tapi selebritis toktok itu masih saja belum mengirimkan pesan ucapan terima kasih padanya. Benar benar menyebalkan! Keduanya akhirnya memilih duduk di meja yang paling belakang. Itu adalah meja pilihannya Serena. Perempuan itu ingin mengobrol banyak dengan Aksa. Mereka sudah lama tidak bertemu sejak putusnya hubungan mereka. "Aku melihatmu banyak sekali perubahan." Serena memulai percakapan dengan Aksa. Ia melihat bahwa laki laki itu semakin tampan dan hot. Lengannya yang berotot di balik kemeja dan jas yang dikenakannya dengan rapi dan menawan. Namun tetap mengintip indah, membuat Serena ingin sekali bergelayut manja di sana. Lantas d**a bidang yang bersembunyi di balik kemeja itu pun terlihat nyaman sekali untuk ia jadikan tempat sandaran. Serena mabuk sebelum menyentuhnya! "Mungkin karena waktu yang membawaku untuk berubah." Jawaban Aksa terdengar seperti tidak terlalu tertarik dengan pembicaraan itu. Ia memang sedang tidak pokus. Pertemuannya dengan asisten Miss Secret yang terluka itu, mengingatkannya pada seseorang, namun ia sendiri tidak ingat siapa orang itu. Kerap kali Aksa melihat ponselnya, membuat Serena merasa bahwa laki laki itu memang sedang menunggu kabar dari seseorang. "Ada yang sedang kamu tunggu?" Serena mengajak Aksa makan malam itu, karena ia ingin sekali mengobrol banyak dan menyampaikan perasaan rindunya, bahwa ia benar benar menyesal telah memutuskan laki laki itu. Iya. Dulu Serena lah yang memutuskan Aksa. Masalahnya kecil, serena memang sangat suka marah marah. Dan ia ingin Aksa selalu mengalah. Serena ingin menantang laki laki itu, dan ia mengajaknya putus. Serena pikir, laki laki itu akan menolak dan memohon padanya untuk tidak mengiyakannya. Mengingat Aksa begitu terlihat mencintainya. Namun semuanya di luar dugaan, ternyata Aksa malah mengiyakannya dan akhirnya mereka putus. "Oh, enggak." Ayolah kenapa Miss Secret itu sombong sekali. Aksa sudah berkali kali melihat ponselnya namun ternyata perempuan itu sama sekali tidak mengatakan terima kasih padanya. "Acara malam besok. Apa kamu sudah menerima gaun dari Saka?" tanya Aksa. Serena mengangguk. "Terima kasih, Aksa. Kamu baik sekali. Aku sangat suka gaunnya." ujar Serena dengan senyuman manisnya. Semua perasaan dongkol yang baru saja menghinggapinya karena diabaikan oleh laki laki itu, kini terganti oleh rasa hangat hingga menjalar ke sekujur tubuhnya. Serena sungguh menyukai hal itu. "Baiklah, serena. Ayo kita makan." Entahlah, Aksa merasa tidak terlalu nyaman berada satu meja dengan Serena. Tidak seperti dulu, ia akan merasa bahagia dan merasa berdebar ketika dinner bersama gadis itu. Mungkin karena waktu telah berlalu, dan perasaannya pada perempuan itu sudah berubah tidak seperti dahulu. Aksa mulai merasa bahwa serena memang tidak se menarik dulu di matanya. Meski ia akui bahwa perempuan itu memang sangat cantik. Sementara itu di tempat lain, Jane dan Jana sedang berada di restoran jepang. Ia tidak jadi makan di luxury, karena ia melihat Aksa di sana. "Hampir saja, aku ketahuan." keluh Jana. Jane mengangguk dengan alay. " Iya, aku juga takut banget, kamu ketahuan. Tapi sekarang kita sudah aman, beb. Ayo pesen makanan karena besok malam kita akan pergi ke ONE TV. KIta akan merayakannya." Jane membuka buku menu. "Aduh beb, di sini daging teriyakinya enaaaak banget." ungkapnya dengan suara yang menggebu gebu. "Hmm, makan lah yang banyak." sahut Jana cuek. "Asyik! terima kasih banyak bos. AKu serius bakal kerja dengan baik." Kelakar Jane. Setelah makan, Jana mengantree untuk membayar di kasir. Namun ada seorang lelaki yang memakai masker dan topi malah lama berdiri, sepertinya laki laki itu sangat bingung. Dia memasukan tangannya ke kantong celana depan belakang, namun sepertinya tidak menemukan apa apa. "Aduh, mbak. Saya minta maaf, sepertinya dompet saya hilang. Aduh, saya akan pulang dulu untuk mengambil uang, dan sebagai jaminan, mbak boleh simpan jam tangan rolex ini. Ini adalah jam tangan limited mbak." ujar laki laki itu. Namun sayangnya pihak kasir tidak menyetujui itu. "Saya tidak bisa dibohongi, Pak. Karena sebelumnya juga ada yang seperti itu. Dengan sangat menyesal saya tidak bisa mengijinkan anda untuk keluar dari sini!" ujar kasir itu. Si lelaki yang memakai topi dan masker itu terdiam selama beberapa saat. "Mas, permisi." Jana meminta ijin untuk membayar lebih dahulu. Ia jelas mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh laki laki itu dan kasir. Jana juga melihat bahwa jam Rolex yang dikanakan laki laki itu adalah asli. Mungkin saja, laki laki itu memang kecolongan tadi. "Oh, silakan. " Maka laki laki yang memakai topi hitam dan masker di mukanya itu pun bergeser mempersilakan Jana untuk membayar ke kasir. "Mbak sekalian dengan billnya mas ini." ujar Jana. Hal itu membuat kasir itu mengannguk saja, dan laki laki bertopi itu menatap perempuan di depannya dengan takjub. Dia cantik dan juga baik. Ia sungguh tidak pernah memikirkan akan bertemu dengan jenis perempuan sebaik itu. Si lelaki bertopi itu, tidak bicara. Ia hanya mengikuti ke mana perempuan itu berjalan. Di kira perempuan itu akan mengabaikannya, namun ia berbalik dan tersenyum padanya. "Apakah anda bisa pulang?" tanya nya. Si lelaki bertopi mengangguk. "Saya bisa naik taksi. Dan membayarnya di toko saya." ujarnya. "Oh, baiklah. kalau begitu, saya pamit dulu." Perempuan cantik itu, pergi bersama temannya. Dan membuat laki laki itu merasa kehilangan. Namun sebelum jauh si perempuan cantik itu melangkah. Ia memanggilnya dan menjadikan si cantik kembali berputar ke arahnya. "Iya." "Boleh saya minta nomor ponselnya?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN