Luka Di Lengan Miss Secret

1562 Kata
Nomor ponsel? Alih alih menjawab, Jana malah mengerjap. Membuat di lelaki tampan bertopi tersenyum padanya. Sebuah senyuman manis berpaduan dengan tatapan mata warna gelap legam yang lekat. Tatapan yang mengisyaratkan bahwa laki laki itu memang mengharapkan sesuatu. Sesuatu yang manis, mungkin sebuah persahabatan? atau teman biasa. Namun untuk seukuran Jana yang memang masih memiliki trauma yang dalam pada seorang laki laki. Senyuman itu terasa mengerikan untuk Jana. "Jadi apa boleh?" Merasa bahwa perempuan cantik itu begitu lama berpikir, hanya untuk sebuah nomor ponsel, si lelaki bertopi hitam yang baru saja membuka maskernya itu merasa tertantang. Dia adalah seorang lelaki yang begitu di puja di setiap juru Kota Petra ini, ternyata masih ada satu perempuan yang sama sekali enggak mengenali dirinya. Apakah perempuan itu memang tidak menyukai seorang lelaki tampan? "Mmm ... saya tidak biasa memberikan nomor ponsel saya." Jana tidak berniat untuk memiliki seorang teman saat ini. Jane yang sedari tadi melihat percakapan mereka menjadi gemas, dan ia mencolek lengan perempuan itu. "Beb, kayanya aku pernah lihat cowok ganteng ini. Tapi aku lupa di mana." bisik Jane. Jana hanya melirik sahabatnya itu saja. Kesal sekali mendengarnya, setiap ada laki laki tampan, maka Jane akan mengatakan bahwa ia pernah melihatnya dan mengenalnya. Mungkin kalau ada anjing yang lewat, dan anjing itu tampan, maka Jane juga akan mengatakan bahwa ia pernah melihatnya. "Mmm.... baiklah. Lalu bagaimana saya harus membalas kebaikan kamu? saya tidak mau berhutang pada siapapun." Perempuan itu telah mengeluarkannya dari rasa malu. Dan demi dunia dan seluruh seisinya, bahwa ia akan mencari pencuri dompetnya itu. "Mmm ... saya memang berniat enggak menagihnya, Ko." "Dan itu artinya kamu berpikir bahwa saya seorang pengemis?" Jana menggeleng cepat. "Tidak! tidak seperti itu. Aku hanya--" "Bagaimana dengan makan malam?" Jana merasa bahwa lelaki itu mungkin sedang mengambil sebuah kesempatan untuk bisa lebih dekat dengannya. Dan sejujurnya untuk saat ini Jana sedang tidak mau dekat dengan siapapun, terutama teman lelaki. "Mmm ... begini saja. Kalau kita bertemu sekali lagi, maka anda boleh mengajak saya makan malam. Tapi kalau anda tidak menemukan saya. Maka hutang anda tidak perlu dikembalikan." Si lelaki tersenyum samar. Sebuah senyuman yang bahkan perempuan jelita di depannya tidak menyadari itu. Tentu saja ia tidak akan tinggal diam. Ia akan membuat perempuan jelita itu mau makan dengannya. "Baik. Kalau begitu, selamat malam." Si lelaki perlahan berbalik dan menghentikan sebuah taksi. Di dalam hati ia terus berbisik, bahwa ia akan mencari tahu tentang gadis yang menolongnya itu. "Beb, ganteng banget sih. Serius deh, ekeu penah lihat doi." Jane menggandeng lengannya Jana. "Ekeu juga pernah denger suaranya. Tapi yaa ... ekeu lupa." Jane menepuk keningnya sendiri. "Makanya enggak udah kebanyakan makan mecin!" sinis Jana. "Iya, beb. Kamu juga jangan kebanyakan makan mecin. Biar otaknya pinter terus!" kekeh Jane. "Terus sekarang kita mau ke mana lagi?" Tanya Jana. "Mmm ... mending pulang aja, beb. Kita perawatan. Kan besok mau ada acara seru." Ujar Jane lagi. "Ok, deh. " Keduanya segera menghentikan taksi. Sementara itu si lelaki bertopi telah sampai di tokonya. Ia meletakan topi di atas meja. Melihat seorang lelaki yang masuk, laki laki itu menaikan sebelah alis. "Ngapain?" tanya nya. Aksa yang merasa di tanya oleh sang pemilik butik, yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri Aishaka Abimanyu. Ia duduk di sofa. "Lo udah kirim kan gaunnya?" tanya Aksa. "Udah lah, kan besok malam acaranya, masa iya gue belum kirim kan?" sinis Shaka. "Ya kali aja, belum. Masa tuh miss secret enggak bilang terima kasih, sama gue," Padahal Aksa sudah menunggunya seharian. Tapi tetap saja, perempuan itu enggak mengabarinya. "Serius?" Untuk seukuran Aksa Adhitama, ko bisa laki laki itu terlihat kesal hanya karena sebuah kabar. Biasanya Aksa lah yang merasa kesal pada cewek cewek yang sok perhatian pada nya. "Lagi bercanda emang keliatannya?" Aksa menunjuk wajahnya sendiri dengan jutek. Yang ditanggapi Shaka dengan sebuah tawa kecil. "Eh, gue juga punya cerita. Ini serius bikin jengkel." ujarnya. "Apa?" Tanya Aksa. "Dompet gue hilang, dan tadi gue makan dibayarin cewek yang enggak gue kenal. Dan sialnya tuh cewek, dia sama sekali enggak mau ngasih nomor ponselnya. Dan gue punya hutang sampe sekarang!" Bukannya simpatik. Aksa malah tergelak melihat penderitaan sang sahabat. "Lo mimpi apa emang semalam?" Aksa meraih kripik kentang yang ada di atas meja. Mengunyahnya seraya menunggu jawaban sang sahabat. "Enggak inget gue." Shaka mana inget tentang mimpinya. Ia tidur saja di atas meja, setelah ia lelah membuat sketsa gaun gaunnya. Shaka akan mulai membuat sketsa pada pukul sepuluh malam. Menurutnya pada jam itu otaknya akan terasa lebih menyala dan lebih mudah mendatangkan banyak inspirasi. Sehingga ketika mengantuk, kepalanya akan tiba tiba jatuh ke atas meja, dan ia akan tidur di atas meja itu dengan posisi menghadap ke bukunya. Beruntung lah tidak ada iler yang jatuh ke atas karyanya itu. Kalau ada, maka rusaklah karyanya yang ia buat dengan susah payah. "Cemen banget loh. Masa enggak bisa dapetin nomor tuh cewek? terus lo mau gimana caranya buat bayar?" "Kan gue udah bilang, dia enggak mau dibayar." Keluh Shaka. * * Malam perhelatan pun akhirnya datang. Semua tamu undangan yang di berikan mandat tentu saja sudah berada di gedung stasiun ONE TV. Mereka sudah duduk di kursinya masing masing. Gwen dan mertuanya duduk di tengah tengah. Sedangkan Rayyan memang berada di bagian kantor. Lalu Aksa dan Raka berada di depan pintu. Ia masih menunggu tamu agung dengan harap harap cemas. "Kamu bener kan udah bilang sama asistennya, kalau malam ini Miss secret bakal datang?" Aksa melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Acara akan dimulai sebentar lagi. "Iya, pak. Dan saya rasa sebentar lagi juga akan datang." Berupaya menenangkan atasannya, meski Raka sendiri enggak yakin kalau perempuan itu akan datang. "Dia benar benar!" Aksa sungguh kesal. Jika sampai perempuan itu enggak datang, maka acara ini akan gagal. Karena tamu utama saat ini adalah Miss secret. "Kamu ngapain di sini?" Serena sedari tadi mencari keberadaan Aksa, ternyata di laki laki itu berada di luar. Dia terlihat cantik dan elegan dengan gaunnya. Serena bersama Shaka, karena gadis itu meminta tolong pada Shaka untuk mengantarnya mencari Aksa. Tentu saja, tujuan Serena hanya untuk memperlihatkan kecantikannya pada laki laki itu. "Aku sedang menunggu seseorang. Dia sepertinya akan terlambat datang." Aksa menjawab dengan melihat ke arah gerasi. Ia sangat berharap bahwa perempuan itu dengan asistennya akan datang. ''Siapa memang nya?" tanya Serena. "Miss secret ya. Udah telat, tahu, masa dia enggak datang." Sahut Shaka. "Dia pasti datang." ujar Aksa dengan nada dingin. Serena berdecak, ia merasa bahwa gadis itu menyebalkan, sok penting. Ingin sekali ia memberikan pelajaran pada artis dadakan itu. Sementara di dalam Gwen dan mertuanya senang sekali karena ia sudah berada di antara para orang orang yang sangat penting. "Si Jana pasti lagi ngumpe di kamarnya." kekeh Gwen. "Kasihan. Cewek udik itu mana bisa datang ke sini." sahut Ratna. "Gaunnya kan sudah kamu ambil, dia mau pake apa ke sini? pake baju kebaya?" perempuan tuan tergelak puas. Kemudian acara pun dimulai, pembawa acara mulai mengisi, dan penyanyi pembuka acara mulai di pentaskan. Aksa jadi semakin degdegan ketika ia mendengar acara di dalam mulai berlangsung, namun perempuan itu masih saja belum tiba. "Kamu sudah hubungi asistennya?" Sepertinya Aksa mulai pesimis. Acara ini pasti gagal, dan kalau itu terjadi, maka ratingnya akan kalah dengan stasiun sebelah. "Mereka tidak membalas. Ini sungguh menyebalkan!" Keluh Raka. "Bilang sama pengatur acara, kalau Miss secret di undur di akhir saja." ujar Aksa. "Baik, pak." Kemudian Raka pun mulai menghubungi bagian acara. Aksa bolak balik di depan gedung dengan jantungnya yang terus bertalu semakin cepat. Ia menarik napas dalam kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Aksa tidak boleh kehilangan kesabarannya. Ayo lah, miss secret ... tolong aku ... Aksa butuh perempuan itu untuk menyelamatkan bisnisnya. Aksa tidak boleh kalau oleh stasiun sebelah. Sebuah mobil terparkir, membuat Aksa segera menatap ke arahnya, dan ia mematung ketika melihat kaki jenjang yang di hiasi heel, dan juga gaun pemberiannya. Membuat senyum Aksa mengembang dengan kedua matanya yang berkabut. "Maaf, Pak Aksa saya telat. Tadi taksinya mogok." Suara itu, Aksa kenal dan juga luka di lengan perempuan itu adalah luka yang sama yang di dapati perempuan yang mengaku asistennya Miss secret. Namun saat ini dia masih memakai topeng. Sayang sekali ... "Tidak apa apa miss secret, mari masuk." Aksa hendak mengajak perempuan itu masuk, namun Jane keluar. "Pak Aksa tungguin aku dong," ujarnya dengan nada manja membuat Aksa bergidik dan si Miss Secret tersenyum simpul. * * "Itu Miss Secret!" "Ya ampun, akhirnya bisa bertemu miss secret!" Orang orang mulai heboh, ketika melihat Aksa menggandeng seorang perempuan berkulit putih yang menggunakan topeng, dengan gaun warna hitam berukat. Rambut panjang sepinggang lurus dan indah. Membuat perempuan itu begitu cantik meski masih memakai topeng. Gwen dan ibunya menoleh ke arah di mana Aksa dan Miss Secret duduk di bagian VIP. "Buu ... lihat, miss secret. AKu enggak sabar buat kenalan sama dia." Gwen terlihat senang. "Iya. Kamu harus bilang, sama dia kalau ibu ini pemilik usaha sambal cumi terenak." ujar Ratna. Sementara acara terus melaju, sampai pada acara inti, yaitu pembukaan topeng Miss Secret yang akan dilakukan langsung oleh pemilik stasuin ONE TV. Dan disaksikan oleh jutaan penduduk Kota Petra. "Ini dia, Miss Secret!" Ujar sang MC perempuan. Musik mulai mengalun mengiringi, Aksa memberikan sikunya pada Miss secret untuk di gandeng oleh perempuan anggun bertopeng itu. Dan semua penonton mulai gaduh. Sedangkan Aksa terus melihat luka di lengannya Miss Secret. Seraya mereka berjalan menuju panggung. Rasa penasarannya semakin tinggi. Kemudian ... "Di mana kamu dapatkan luka itu?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN