Jana menatap Aksa dengan mata yang malu-malu. Jantungnya berdegup kencang setiap kali pria itu berbicara. Ya ampun, bosnya itu kenapa tiba-tiba berubah menjadi manis sekali? Sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela rumah sakit membingkai wajah Aksa dengan lembut, menambah pesona pada senyumnya yang menggoda. "Pak, terima kasih," ujar Jana pelan, suaranya hampir tak terdengar di antara gemuruh perasaannya sendiri. Aksa mendekat, wajahnya menampilkan senyuman yang tak pernah gagal membuat hati Jana berdebar. "Sampai kapan kamu akan terus memanggilku dengan sebutan itu? Kamu itu calon istriku! Coba panggil aku dengan panggilan sayang atau hubby?" godanya, suaranya penuh kehangatan dan keakraban. Jana hanya bisa mencebik malu, pipinya memerah seperti mawar yang mekar. "Kamu tahu, tad