Drama Queen

1371 Kata
“Mau ngapain?” tanya Leonor lagi, kini tangannya mengepal siap untuk melayangkan tinju. “Santai, saya gak minat sama perempuan macam kamu,” ucapnya seolah tahu apa yang ada dipikiran Leonor. “Kecil gitu.” “Heh!” Leonor langsung menyilangkan tangannya di d**a. Kurang ajar sekali pria ini! Niatnya Leonor hendak kabur begitu mobil berhenti. Namun sadar itu hanya akan membuatnya dalam masalah. Orangtua gue jaksa sama hakim, mana berani nih orang. “Jalannya bisa cepet gak?” “Saya mau diapain sih, Pak?” Wah, pikiran Leonor langsung teralihkan. Jajaran anak hedon juga ternyata, tinggal di apartemen yang diinginkan oleh Leonor. Berada di lantai atas pula. Leonor yang cukup biasa dengan semua kemewahan itu hanya mengangguk-angguk begitu sampai di dalamnya. “Terus sekarang saya gimana?” “Ada yang mau saya omongin sama kamu. Tapi saya mau mandi dulu. Kamu masak sana.” Dengan santainya Jerome meninggalkan Leonor. “Gue bener-bener harus anggap ini rumah sendiri?” gumamnya bingung. “Lakuin aja, El. Masalahnya tuh orang punya kartu As lu.” Leonor nyatanya tidak bisa masak, tapi dia menguasai satu skill yang diajarkan oleh Neneknya. Maka dengan mudah Leonor memasak nasi goreng. “Wah, si bapak punya kelainan kah? Rapi bener ini kulkas.” Saat Leonor memasak, Jerome diam-diam menatap perempuan itu dari atas ke bawah. Bodynya lumayan seksi, tapi Jerome langsung merinding ketika perempuan itu bicara sendiri. “Astaga dragon! Lu….,” ucapannya menggantung. “Bapak sejak kapan disana?” tidak biasa memandang pria pembawa sial ini sebagai wakil direktur rumah sakit. “Sejak kamu mulai garuk pantat.” “Ih! Bapak liatin ya? m***m ih!” “Santai, saya gak tertarik sama modelan kamu. Mana makan malam saya?” Leonor menyodorkannya. “Pak, ini gak akan ada adegan dimana saya bakalan disuruh jadi pembantu disini ‘kan? terus nanti bapak diem-diem suka sama saya, modusin saya supaya bisa berdekatan terus.” “Amit-amit,” ucap Jerome merinding. “Maksud?” Harga diri Leonor terluka. “Duduk. Saya mau bikin scenario dulu.” Jerome memaksa. Sambil memakan nasi goreng yang cukup enak, dia menjelaskan tentang bagaimana hubungan mereka akan tetap rahasia di depan banyak orang, tapi akan berjalan dengan normal dihadapan keluarga Jerome. Pria itu menceritakan keluarganya yang terus mendesaknya menikah, jadi dia ingin Leonor menjadi tamengnya. “Hihihi.” Ini orang gak laku kah? “Kenapa kamu ketawa?” “Gak papa, Pak, lucu liat wortel di nasi saya. Oke, terus lanjutin.” Jujur, mendengar Jerome menyusun scenario membuat Leonor kagum. Ingin menyarankannya menjadi penulis saja. “Kakek akan saya kasih tahu kalau kamu ada disana, dia juga bakalan jaga rahasia kamu. Saya pengen kamu ikut acara makan malam keluarga. Juga kenalan sama dua saudara saya lewat videocall.” “Tapi saya gak mau libatin keluarga saya, Pak.” “Ya emang jangan.” “Mukanya biasa aja gak usah nyebelin.” Leonor menghembuskan napasnya kesal. “Malam besok makan malamnya?” “Satu lagi, saya mau kamu datang ke acara reuni SMA saya.” “Nah, saya juga mau bapak temenin saya ke kondangan mantan pacar saya. Gimana?” “Oke, Deal.” “Tapi, Pak…. Mau sampai kapan kita bakalan gini? Mana saya dua tahun koas disana. Kita gak akan selamanya terikat ini ‘kan?” “Keluarga saya pasti desak kamu untuk mau dinikahi. Kamu nolak aja, jadi kita putus.” “Kalau gitu, saya yang salah dong.” “Gak mau?” Tanya Jerome dengan alis yang naik. “Biasa aja liatnya. Iya nanti saya nolak Bapak jadi kita putus,” ucapnya kesal. Jerome ini menakutkan, tatapannya tajam dan bicaranya juga irit namun mengerikan. “Deal ya, Pak? Jaminannya saya aman di Rumah Sakit sampai lulus.” “Deal.” Melihat Jerome yang makan dengan lahap hasil masakannya, Leonor tersenyum. “Masakan saya enak ya, Pak?” “Biasa aja.” Benar, pria ini memang tidak berperasaan. **** “Mobil kamu udah dibenerin. Ada di basement sana.” Itu cukup mengejutkan Leonor. Dia menuju basement dan hendak pulang setelah memberi makan Jerome. “Aman kok, Ma. Ini mau ke basement,” ucap Leonor pada sang Mama. “Hujan gede, kamu nginep aja dirumah temen kamu. Gak papa kok.” Tumben sekali. “Papa lagi mau gaya bebas ya, Ma?” “Apasih, dek. Mama khawatir dijalannya hujan gede. Kamu nginep dirumah temen kamu. Kan besok kalian bareng juga.” JDERRRR! Ketika masuk basement, baru Leonor melihat hujan lebat dan petir menyambar. “Tutup dulu telponnya ya, Ma.” berjalan mencari mobilnya. Dibelakang sana, Leonor mendengar suara derap langkah mendekat. “Gak usah, saya gak mau nginep di apart Bapak. Saya mau pulang. Jangan harap saya bakalan masuk modus Bapak. Hujan gak akan menghentikan saya.” Semakin cepat Leonor melangkah, seseorang dibelakangnya juga ikut melakukan hal sama. “Saya gak mau nginep di apartemen bapak,” ucapnya menoleh ke belakang dan kaget. Itu petugas kebersihan yang bisu. “Tadi gantungan kuncinya copot,” ucapnya menggunakan bahasa isyarat. “Makasih, Pak. Hehehe.” Leonor memilih pulang melewati hujan lebat dan petir yang kuat. Tanpa Leonor ketahui, Jerome mengikuti Leonor sejak perempuan itu keluar dari apartemennya untuk memastikan dia pulang dengan selamat. Namun diluar perkiraan Jerome, Leonor berhenti disalah satu klab malam. Anak itu mau apa? Mengikuti Leonor ke dalam dimana perempuan itu langsung disambut oleh yang lain menandakan dia sudah terbiasa disini. “Guyss, Bonyok gue izinin gue tidur dirumah temen. Malam ini gue mau seneng-seneng buat buang hari siallll!” “Nanti tidur di apart gue aja. Gue laporan ke Bonyok lu biar keliatannya kerja kelompok bareng.” “El! Ganti baju dulu yukk!” Wow, diluar digaan Jerome karena ternyata Leonor berganti pakaian dengan pakaian agak terbuka dan mulai menari dengan teman-temannya. “Leonorr datang guys! Ortunya lagi baik.” Anak strich parents rupanya. Jerome mendatangi bar, memesan satu minuman sambil terus mengawasi Leonor. “Liatin siapa, Bang?” tanya sang bartender. “Cewek itu. Dia sering kesini?” “Nggak, dia punya temennya yang punya bar. Dia anak strict parents. Suka, Bang? Jomblo kok, cowok yang bikin dia kayak gitu.” Jerome memandangi Leonor sambil minum dengan tenang. Melihat bagaimana Leonor mulai meminum alcohol. “Gue dapet surat undangan dari mantan gueee! Dia mau nikah ternyata guysss! Sakit hatiiii! Makannya gue mau minum malam ini!” “Inget besok koas, cuyy!” Leonor yang sudah mabuk itu terkekeh. “Yang punya rumah sakit itu tunangan gue! Jadi amannnn!” teriaknya semakin menggila. “Gak bahaya?” tanya Jerome pada sang bartender. “Dia kalau sampai mabuk gitu?” “Um, jarang mabuk sih. Biarin aja, Bang. Lagi sakit hati.” Namun Jerome tidak bisa mengalihkan matanya. Niat hendak memastikan dia pulang dengan selamat, tapi Jerome malah melihat Leonor sekarat. “Itu dia mau kemana?” “Udah biarin aja, Bang. Lagi sakit hati mah normal.” Namun Jerome tidak bisa diam ketika dia melihat Leonor pergi keluar klab. Pria itu menyusul dan melihat Leonor yang hujan-hujanan di parkiran sambil melompat-lompat. JDERRR! “Sambar si Satria!” JDERRR! “Sambar lagi!” JDERRR! “Sampai hangusss!” Jerome sampai terkesima, apa Tuhan mendukung Leonor yang menggila? Perempuan itu berdiri dibawah guyuran hujan sambil tertawa. “Hahahahaahha uhuk uhuk uhuk!” Tidak tahan melihatnya, Jerome melangkah mendekati Leonor. “Ayo pergi,” ucapnya menarik tangan Leonor. “Lepasss! Tuhan jangan bawa aku dulu! aku belum balas dendam sama sahabat dan mantan pacarku!” “Ini saya Jerome. Ayo pulang, jangan hujan-hujanan.” “Lepas!” Leonor melepaskan dirinya sendiri sampai terjungkal ke belakang. Jerome menghela napasnya berat. Ratu Drama ini tidak selesai, sekarang dia malah bersujud sambil berkata, “Ampun, Bu. Jangan kutuk Malin, Bu. Malin Kendang ini punya kesempatan kedua kan, Bu?” kemudian merangkak memeluk tiang jalan. “Malin kundang,” koreksi Jerome yang sudah basah kehujanan. Dia kembali mendekat pada Leonor, kemudian berjongkok. “Hei, ayo pulang. Kamu bisa sakit.” Leonor perlahan menatap Jerome. “Hah…,” ucapnya membuat raut terkejut kemudian menggigit tangannya sendiri. “Iya ini saya. Ayo pulang.” Jerome mencoba cara lembut. Leonor malah mengulurkan tangannya dan memegang pipi Jerome. Ini anak mau apa? “Yaaa karuhaeee…. Kuch kuch hota haiii….” Oke, Jerome pusing sekarang. siapapun tolong dia untuk keluar dari drama Leonor.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN