Hilangnya Kalung Vera

1040 Kata
Damian terkejut melihat Vera memergoki mereka. Dia langsung melepaskan pelukannya pada Danira. Sedangkan Danira terlihat biasa saja tanpa rasa takut sama sekali. "Sa.. sayang. sejak kapan kamu berada disana? " tanya Damian gugup. Vera berjalan menghampiri mereka dan berdiri tepat di hadapannya. "Sejak tadi mas? kenapa kalian berpelukan seperti itu? " tanya Vera curiga. "Maaf tante tadi aku terjatuh dan om Damian langsung menangkap tubuhku. Dia tidak sengaja memelukku" jawab Danira bohong. "Astaga kenapa kamu bisa jatuh sih Danira. Lalu kenapa kamu gak pakai baju mas? " tanya Vera lagi. "Aku kepanasan diluar panas sekali jadi aku sengaja membuka bajuku" jawab Damian beralaskan. Vera percaya saja karena memang udara di luar panas sekali. "Oh yasudah kalau begitu mas. Aku mau ke kamar dulu mau istirahat" Vera berjalan masuk ke dalam kamarnya meninggalkan mereka berdua. Damian menghela nafas legah hampir saja mereka ketahuan. *** Vera memperhatikan keponakannya yang setiap hari wara-wiri di depan mereka dengan baju yang minim. Awalnya dia biasa saja tapi Vera menyadari tatapan suaminya pada Danira. Vera sengaja datang ke kamar Danira untuk menasehati keponakannya agar bisa berpakaian lebih sopan. "Danira tante mau ngomong sama kamu. Apa bisa kamu memakai baju yang lebih sopan kalau di hadapan suami tante" ucap Vera sedikit cemburu apalagi saat mengingat kejadian di pesta ulang tahun pernikahan mereka kemarin. "Apa yang salah dengan pakaianku tante? bukannya selama ini tante tidak pernah mempermasalahkannya? apa tante cemburu denganku? om Damian itu cinta banget loh sama tante" tanya Danira pura-pura tidak mengerti. "Kamu benar.. Damian hanya mencintaiku tapi tetap saja kamu harus bisa menjaga sikapmu dan mulai besok tante tidak ingin kamu memakai baju seperti itu di depan Damian" ucap Vera memperingatinya. "Baiklah tante maafkan aku" ucap Danira seraya tersenyum tanpa beban. "Yasudah kalau begitu tante mau belanja dulu" Setelah Vera pergi Danira hanya tersenyum licik karena berhasil memancing kecemburuannya. Danira tidak puas. Dia ingin Vera lebih menggila lagi. Esok harinya Vera mengamuk sampai mengumpulkan para pembantunya karena kalung berlian miliknya hilang. "Mengaku kalian!! siapa yang sudah mencuri kalungku!! " tanya Vera. Dia sudah mengecek CCTV yang mengarah ke kamarnya tapi CCTV nya malah rusak. "Ka.. kami tidak tau nyonya sumpah kami tidak pernah mencuri selama ini" jawab mereka dengan jujur. Disaat sedang kisruh Danira muncul dengan mengenakan kalung berlian yang melingkar di lehernya. Vera tak menyangka ternyata keponakannya sendiri yang sudah mencuri kalungnya. "Danira!! itu kalungku!! kenapa kamu mencurinya?! " tanya Vera marah. "Ini kalung milikku tante" Danira tidak mengakui jika kalung yang dipakai olehnya adalah milik tantenya. "Tidak mungkin!! kalung itu mahal dan unlimited!! kamu tidak mungkin bisa memilikinya!! kemarikan!! " Vera menarik kalung yang dipakai oleh Danira hingga lehernya terluka dan berdarah. Di saat yang sama Damian pulang kerumah dan melihat keributan yang sedang terjadi. Danira langsung menangis sambil memegangi lehernya yang sakit. "Ahkk !! sakit hiks hiks hiks sakit" tangis Danira. "VERA!! apa yang kamu lakukan pada Danira?! " Damian sangat marah dengan perlakuan Vera pada Danira. Dia langsung menghampiri Danira lalu memeluknya di depan istrinya sendiri. "Dia sudah mencuri mas!! ini kalungku!! dia tidak mau memberikan kalung ini padaku!! " ucap Vera sambil menunjukkan kalung berlian di tangannya. "Kalung? apa kamu sudah mencarinya lebih dulu?! Danira tidak mungkin mencuri kalung milikmu!! " Damian lebih mempercayai Danira dibandingkan dirinya hingga membuat Vera makin marah dan geram saja. "Nyonya!! " salah seorang pembantu menghampiri mereka dan menyerahkan kalung berlian milik Vera yang ternyata ada di kantung mantelnya. "Ke.. kenapa bisa ada kalung yang sama? " tanya Vera bingung. "Itu hanya kalung imitasi tante" ucap Danira dengan bibir bergetar menahan tangisnya. "Kamu harus minta maaf pada Danira!! bisa-bisanya kamu menuduh keponakanmu sendiri Vera" ucap Damian kecewa pada istrinya. Bisa-bisanya Vera menuduh Danira padahal Danira adalah keponakannya sendiri. "Danira maafkan tante ya" ucap Vera merasa bersalah. Danira hanya mengangguk tanpa menjawabnya. Damian langsung menggendong Danira ala bridal di depan Vera dan para pembantunya. Vera terlihat cemburu melihat perhatian suaminya kepada keponakannya. Damian membawa Danira pergi ke kamarnya. Diam-diam Danira tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Damian. Di dalam kamarnya Damian mengobati luka di leher Danira. Danira meringis kesakitan saat Damian meneteskan obat merah di sana lalu membalutkannya dengan kain kasa. "Aku akan telepon dokter ya" ucap Damian khawatir. Bisa saja luka itu akan berbekas nantinya. "Tidak usah tolong temani aku disini" Danira memeluk Damian agar tidak pergi meninggalkannya. "Baiklah aku akan tetap ada disini.Maafkan Vera ya dia memang suka berbuat seenaknya tapi sebenarnya dia orang yang baik" ucap Damian sambil memeluknya. "Iya om tante cuma salah paham aja kok. Aku memakai kalung berlian palsu karena tidak bisa memiliki yang asli. Aku juga kuliah karena mendapatkan beasiswa dan untuk jajan aku kerja freelance sebagai penulis harian lepas di koran dan majalah. " jawab Danira merendah diri. Damian kasihan melihat Danira kesusahan selama ini. Kenapa Vera tidak perhatian dengan keponakannya sendiri. "Kenapa kamu gak bilang sayang? " Damian langsung melonggarkan pelukannya dan mengambil sesuatu di dalam dompetnya. Ia mengeluarkan satu kartu blackcard dan memberikannya pada Danira. "Apa ini om? " tanya Danira. "Ini untukmu. Beli apapun yang kamu inginkan." jawab Damian. "Tidak om aku tidak mau nanti tante Vera semakin salah paham padaku. Aku tidak bisa menerimanya" tolak Danira sambil menyerahkan kembali kartu blackcard yang baru saja diberikan oleh Damian padanya. "Simpan saja. Uangku tidak akan cepat habis sampai 7 keturunan. Kalau Vera marah aku yang akan menghadapinya" ucap Damian meyakinkan Danira. "Baiklah om terima kasih ya" Danira menyimpan kartu itu lalu mencium bibir Damian sebagai ucapan terima kasih. Damian tersenyum lalu membalas kecupannya. Malam harinya Vera tidur dengan perasaan gelisah karena Damian tidak kunjung masuk ke dalam kamar mereka. Apa Damian masih berada di dalam kamar Danira. Vera lalu bangkit dan keluar dari kamarnya. Dia ingin melihat sedang apa Damian di dalam kamar keponakannya. Terdengar suara tawa di dalam kamar Danira. Vera menempelkan telinganya di depan pintu kamarnya. Samar-samar dia mendengar sesuatu di dalam sana. "Geli om hahaha geli" tawa Danira. "Apanya yang geli? " tanya Damian dengan suara beratnya. "Cukup om nghh geli nanti tante Vera marah loh" "Dia juga pasti sudah tidur" "Ahhaha geli om udah dong " Vera merasa kepanasan mendengar percakapan mereka. Sebenarnya apa yang sedang mereka berdua lakukan di dalam sana. BRAKKK Vera langsung membuka pintu kamar Danira dengan keras dan melihat apa yang sedang mereka lakukan di belakangnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN