“Nic, bangun woy!” Anita meneriaki Nicholas yang masih tertidur pulas sambil mendengkur halus. “Lima menit lagi, Nit. Mata gue masih berat,” gumam Nicho tanpa membuka mata. “Lo ke sini mau pindah tidur atau mau nganterin gue sih?” Nicholas menarik tangan dan kaki untuk meregangkan otot-ototnya. “Masih jam berapa ini, Nit? Matahari aja masih mager terbit.” “Ya makanya elo buruan bangun, mandi, terus siap-siap. Jadi ntar setengah tujuh kita bisa langsung meluncur. Bukannya kita belum reservasi ya? Lo yakin kalau kita nggak berangkat pagi nggak bakal kesiangan?” Duduk sambil memeluk guling, Nicho berusaha membuka matanya yang rapat terkatup. “Kepagian kali, Nit. Lagian asal punya uang, kita bisa kok nyerobot antrian tanpa reservasi. Lo lupa kita tinggal di Indonesia? Apapun mulus selama