Note : Disarankan membaca cerita buku 1 dulu : IMPERFECT ME :)
.
.
Karena banyak yang nggak tahu dimana sih klik love itu?
Jangan lupa Klik tanda bentuk jantung terlebih dulu sampai berubah jadi warna putih, untuk pengguna Handphone agar masuk ke dalam library kalian
Untuk pengguna komputer cukup klik tulisan ADD menjadi ADDED yaa :D
Nikmati dan jangan lupa Appreciate juga karyaku yaa , Terimakasih:*
Selamat membaca :)
Halaman 7
.
.
.
Tubuh Rasi masih memberontak, Ia ingin segera pergi, tanpa menyadari situasi di belakangnya sekarang. Wanita itu terlanjur sibuk menenangkan diri. Detak jantung yang tak normal dan panas tubuh membuat pikiran Rasi melayang.
Tiap gesekan pada kulitnya begitu sensitive, telinga Rasi pun tidak bisa mendengar derap langkah beberapa orang perlahan turun dari lantai atas. Menyisakan dua orang saja di tempat ini.
“Hh, aku harus pergi,” desah Rasi tanpa sadar, memegang jantungnya yang berdetak hebat. Setelah ini pun Rasi sudah kapok pergi tanpa melihat bagaimana sikap laki-laki yang hanya mengincar wajahnya saja.
Dia hampir diperkosa habis-habisan sebelum laki-laki itu datang,
Tidak menyadari bagaimana sosok tegap di sana nampak menyeringai tipis. Rasi masih memunggunginya, perlahan melangkahkan kaki. Kondisi Rasi yang begitu rapuh entah kenapa membuat Ia senang.
Kali ini hanya ada mereka berdua saja di lantai atas, persetan dengan pertemuan senjata-senjata yang harus segera diperjualbelikan miliknya. Kalau sekarang ada satu hal yang menarik di depan mata.
Melangkahkan kaki mendekat, Rasi masih menunduk, berusaha berdiri memegang pinggiran sofa, bangkit perlahan.
“Hya!” Lagi-lagi dia jatuh, tidak sadar dengan keberadaan sosok tegap yang kini sudah berdiri di belakangnya.
Sosok tampan itu menundukkan tubuh, mencoba sejajar. “Rasiel Ainsley,” Memanggil nama Rasi penuh nada santai.
Rasi menegang hebat, seolah sadar kembali, manik coklat itu melebar tak percaya, bergerak cepat, membalikkan tubuhnya.
“A-ah, kau!” Tanpa bisa menutupi bagaimana merah wajahnya sekarang, berusaha menahan keras desahan yang semakin liar muncul dalam pikirannya.
Aroma citrus mint menguar kuat, Rasi sangat mengingat bau parfum ini. Sosok laki-laki yang tadi pagi datang ke café, kenapa aroma mereka begitu mirip?
Diantara banyaknya penolong yang datang, kenapa Rasi harus bertemu lagi dengan sosok Chris. Trauma besarnya akan kolam renang, yang perlahan menghilang kini kembali datang.
Gemetar, memegang kuat sofa di dekatnya. Seringai tipis tercetak jelas, sama seperti dulu. Saat Chris hanya menertawakannya dari atas sana, tanpa ada niat untuk menolong.
Bagaimana ini?!
“Hm, kau masih mengenalku? Hebat sekali daya ingatmu, gadis kecil.” Sosok dalam balutan jaket bulu, dan tatanan rambut bergelombang nampak rapi, manik hazel keemasan itu tak berubah.
Sangat memikat di mata para perempuan, tapi sayangnya justru membawa ketakutan pada Rasi.
Apa sang Ainsley harus membiarkan fakta bahwa dia masih mengingat sosok ‘Chris’. Bagaimana kalau nanti Chris tiba-tiba teringat dan melakukan hal yang lebih kejam.
Rasi menunduk, tanpa menjawab, Ia memilih bungkam. Sosok Chris menaikkan alis heran, “Hm, kenapa kau diam saja?”
“Te-terimakasih karena sudah menolongku,” Rasi menghindari kontak mata dengan Chris. Berusaha bangkit sendiri, memegang tasnya. “A-aku harus pergi dari sini,” Berniat pergi, sebelum salah satu tangan Chris kembali menggenggam erat pergelangan Rasi.
Membuat wanita itu berbalik lagi, “Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Rasiel Ainsley.” Masih dengan senyuman tercetak di wajah. Sangat menakutkan.
Rasi menunduk cepat, “Ma-maaf, sepertinya saya salah mengenal anda.” ungkap sang Ainsley, mungkin lebih baik dia pura-pura tidak mengenal Chris. Rasi tak ingin mencari masalah baru lagi.
“Kau tidak mengenalku?” Sosok itu bertanya balik, dengan nada geli. Seolah tahu semua kebohongan Rasi.
“Ma-maaf, bisa tolong lepas-” Rasi tidak menyangka saat salah satu tangan Chris bergerak menyentuh pelan bagian leher wanita itu. “Ah!” Sang Ainsley reflek menjerit kaget, dengan tubuh yang perlahan kembali jatuh.
Hanya karena sentuhan kecil saja! Astaga, sebenarnya obat apa yang tadi diberikan oleh Thomas?!
“To-tolong lepaskan tangan anda,”
Bukannya melepaskan, sosok itu semakin mengeratkan genggaman. Begitu erat, bahkan membuat pandangan Rasi menatap paksa sang empunya. “Kenapa kau harus berpura-pura, Nona Rasi? Bukannya kita sudah saling mengenal?”
Tolong ingatkan bahwa sifat buruk Rasi tidak hilang sepenuhnya, sosok wanita yang begitu mudah mengekspos semua kekesalan dan berusaha sopan.
Kali ini menarik keras tangannya, “Untuk apa aku mengingat orang yang tidak menolongku saat itu?! Kau membiarkanku tenggelam bersama perempuan-perempuan di sana, padahal saat itu aku sudah berteriak meminta tolong!” tukas Rasi cepat.
Mengernyitkan raut tak suka, mencoba menatap kedua manik hazel keemasan itu berani. “Kau pikir karena sudah menolongku sekarang, kau bisa berbuat seenaknya?!” Mendengus singkat.
“Jangan harap!” Mengalihkan pandangan, Rasi kembali berdiri. Sementara sosok Chris perlahan berdiri, sekilas laki-laki itu mengambil sebuah botol minuman, mencium selama beberapa detik.
Ia tertawa sinis, “Sepertinya orang-orang itu sudah memberikanmu obat berbahaya, Nona.”
Tubuh Rasi menegang, memegang jantung yang masih berdetak kencang, “Bukan urusanmu!” Kembali menjawab, berjalan sembari memegang sofa.
Rasi harus segera pergi, sebelum semua keadaan semakin kacau. “Selamat tinggal!” Ia harap kalau malam ini adalah kali terakhir dia bertemu dengan sosok gila itu.
Sekilas bahkan Rasi bisa melihat bagaimana raut wajah Chris masih menunjukkan seringai tipis. Sangat menakutkan, penuh arti yang bahkan tidak bisa Ia mengerti.
.
.
.
.
Berjalan hendak turun dari lantai dua, manik coklat Rasi melirik ke arah sosok pria paruh baya masih berdiri di dekat sana. Tidak bergerak, hanya sekilas menunduk saja. Rasi tak peduli.
Dia hanya ingin pulang.
Dentum suara musik masih terdengar jelas, biarpun kondisi lantai dua sudah sepi, tidak dengan lantau satu. Ancaman Christian Raynold hanya terarah pada orang-orang yang menyentuh Rasi saja.
Tapi setelah melihat sikap angkuh Rasi, gadis kecil yang dulu begitu manis, pemalu dan pendiam. Kini menjadi sosok angkuh, berpura-pura kuat, dan keras kepala?
“Hm, dia berubah drastis rupanya,” Memainkan bulu-bulu tipis di dagu selama beberapa detik, memperhatikan bagaimana Rasi berusaha keras turun dari tangga.
Ia kembali menyeringai, “Karena kau menolak bantuanku, itu berarti aku harus membiarkanmu, nona Rasi.” Membuat satu pernyataan penting, entah kenapa rasa antusiasnya perlahan naik.
Akan ada pertunjukan apa lagi sebentar?
Menaruh botol aqua tadi, dan berjalan mendekati Arthur kembali. “Paman, tolong siapkan satu ruangan khusus untukku sekarang.” Merenggangkan beberapa otot tubuhnya. Arthur sedikit bingung.
“Untuk apa, Tuan? Bukannya ruangan untuk anda sudah disiapkan?”
Sosok sang tuan justru mendengus geli, mengedipkan manik sekilas, “Aku hanya ingin reuni sebentar dengan wanita itu, paman bisa membantuku ‘kan?” ujarnya pelan, sembari menunjuk ke arah Rasi.
Arthur mendesah panjang, tentu saja dia tidak bisa menolak permintaan sang tuan. “Baiklah, Tuan. Saya akan siapkan ruangan khusus untuk anda.”
“Thanks,” Seolah mengikuti langkah Rasi di depan sana, Chris kembali turun. Perlahan dan menunggu respon wanita itu. Apa yang kira-kira akan terjadi?
.
.
.
.
Semakin panas dan pandangan memburam, tubuh wanita itu terhuyung, bahkan tak bisa lagi menahan berat badannya sendiri. Reflek menyender pada dinding, mencoba berjalan lagi.
Thomas mengajaknya ke sini dengan mobil, dan sekarang dia harus pulang bersama siapa? Memesan taksi? Dengan kondisi tubuhnya panas seperti ini?!
Bahkan sentuhan sedikit saja sudah cukup membuat Rasi menjerit-ah bukan, mendesah lebih tepatnya.
Keselamatan Rasi malam ini terancam. Dia harus apa?
Pulang sendiri atau memesan taksi? Astaga, kenapa dia sebodoh ini! Bisa-bisanya percaya dengan ucapan Thomas. Laki-laki sialan hidung belang!!
“Ck, sial!” umpat sang Ainsley, berusaha menahan rasa pening di kepala. Tidak menyadari beberapa laki-laki berjalan dari arah berbeda. Menyenggol pundak Rasi tak sengaja.
Semakin terhuyung, ketiga laki-laki itu kompak menoleh, “Maaf, aku tidak sengaja-” Salah satu dari mereka tercekat, saat melihat Rasi masih menyender pada dinding.
Fokus mereka bukan pada tubuh Rasi, tapi wajah sang Ainsley. Dengan rona merah pipi, napas terengah, dan manik sayu. Sangat aneh, reflek ketiga laki-laki itu bersiul senang.
Menyeringai tipis, “Kau tidak apa-apa, Nona? Mau kami bantu?” Salah satu laki-laki dengan tato di seluruh lengannya langsung merangkul pundak Rasi agar tak terjatuh.
“Ti-tidak perlu!” Rasi menghindar, hampir saja desahannya keluar, kaki wanita itu lemas sekali.
Masih tidak menyerah, kali ini ketiga laki-laki di dekat Rasi semakin mendekat. “Tidak perlu takut, Nona. Apa kau tak sengaja meminum obat yang aneh,” Pandangan m***m mereka. Membuat Rasi muak!
“To---long per---gi!”
“Kau bahkan tidak bisa bicara dengan jelas, Nona. Bagaimana? Mau bermain bersama kami? Kau pasti suka.”
Mencoba menyentuh Rasi di beberapa titik. “Mnh! Le-lepas! Menjauh—hn-kalian!”
Mereka bersiul semakin antusias, wajah m***m terlihat jelas. Jantung berpacu cepat, melihat reaksi bahkan suara desahan Rasi. Begitu menggoda, dan menarik.
“Kau sedang menggoda kami ya? Tidak perlu menjaga harga diri seperti itu. Ayolah!”
Memaksa Rasi untuk mendekat, bahkan perlahan menyeret Rasi ke suatu tempat.
“Lepas! Lepas!” Lagi-lagi dia mengalami pelecahan, sentuhan yang begitu menyengat, pikiran dan tubuhnya tidak sinkron. Air mata Rasi kembali menetes.
“Lepas!! Tolong!” Diiringi dentum musik yang keras, tidak ada satupun diantara banyaknya orang itu berusaha menolong Rasi. Lagi!
“Lepas!! Tolong!! Lepas!!” Tubuhnya diseret paksa, menuju ke suatu tempat. Rasi menggeleng kencang, mencoba bergerak, dan memberontak. Tapi tidak bisa, kakinya terlanjur lemas!
Di saat kesadaran wanita itu hanya tinggal beberapa persen saja, sebelum Rasi tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Ia harus selamat!! Bagaimana pun caranya, meskipun,
“Chris!! Tolong aku!” Meminta tolong pada sosok yang membuatnya trauma beberapa tahun lalu. Apa semua hasilnya akan berakhir sama? Rasi tak perduli, dia hanya bisa meminta tolong pada laki-laki itu saja.
“TOLONG, CHRIS!!” Menangis kencang, salah satu tangannya terangkat, menggapai sosok laki-laki yang tadi sempat Ia tolak keberadaannya.
Laki-laki dengan seringai tipis yang puas, mempermainkan Rasi sesuai keinginannya. Berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan d**a. Tanpa ada niat untuk menolong. Lagi dan lagi,
“TOLONG!! TOLONG AKU CHRIS! AKU MINTA MAAF KARENA TIDAK MENGENALIMU TADI!”
“Ck, jangan berteriak-teriak seperti itu!” Salah satu laki-laki berniat membungkam bibir Rasi dengan kain. Bagaimana ini!!
TIDAK!!
“A—AKU AKAN MENGABULKAN SEMUA PERMINTAANMU! AKU AKAN MELAKUKAN APAPUN YANG KAU MAU!! TOLONG AKU, CHRIS!!” Entah apa yang ada di pikiran Rasi, satu hal terlintas dalam pikiran wanita itu hanya satu.
Rasi benar-benar gila-
Bagaimana mungkin dia meminta tolong justru pada seseorang yang sempat membuat dirinya trauma beberapa tahun lalu. Sangat aneh, bahkan Rasi berpikir seratus kali lagi.
Kalau dibandingkan dengan ketiga laki-laki yang kini menyeretnya, sosok Chris bagaikan malaikat maut. Jika laki-laki itu bergerak dan menyelamatkan Rasi, dia akan selamat, jika tidak. Chris memilih diam, membiarkan Rasi dibungkam dan mengalami pelecehan seksual dalam satu malam.
Rasi lebih memilih mati.
“TOLONG AKU!!!”
Satu teriakan diiringi sebuah kain membungkam bibir Rasi, menghentikan semua teriakan sang Ainsley. Bagaimana wajah itu dipaksa menoleh ke depan.
“Kau ikut saja dengan kami, oke?”
“Kita hanya ingin bersenang-senang saja, lagipula kau juga sedang menggunakan obat perangsang ‘kan?”
Siapapun tolong dia!
.
.
.
.
Menyenangkan dan menarik, Chris menyeringai tipis. Kedua manik hazel keemasannya berkilat antusias. Wajah Rasi dan tangisan wanita itu membuat jantungnya berdetak kencang.
Walaupun sifat Rasi berubah, tapi seluruh ekspresi sang Ainsley sama sekali tak berubah sejak dulu. Menarik napas panjang, begitu mendengar semua janji yang diucapkan Rasi.
“Well, kau sudah membuatku cukup senang, Nona Rasi-” Tiba-tiba tubuh Chris terhuyung, tanpa ada keberadaan Arthur di sampingnya, sakit kepala kembali menyerang, begitu tiba-tiba.
“Ck, bisakah kau sekali saja memberikan waktu lebih lama padaku, Ray!” Chris memberontak, dia tidak mau melewatkan kesempatan langka ini. Berusaha menahan diri agar pribadi Ray tak muncul.
“Kau selalu muncul di saat yang tidak tepat,” decak Chris kesal.
Maniknya kembali menatap tajam, saat sakit kepala itu perlahan hilang. Berhasil.
Sosok Arthur berjalan dari arah berbeda, berdiri tepat di samping sang tuan, memberikan informasi secepat mungkin, “Saya sudah menyiapkan kamar VIP untuk anda, Tuan.”
Kamar sudah tersedia, sekarang dia hanya perlu bersikap layaknya seorang pelayan dan menolong wanita itu.
Menunggu hadiah yang akan Ia terima setelahnya.
“Paman, tolong kosongkan waktuku dalam seminggu ini. Ada hal penting yang harus kulakukan.”
Kali ini Arthur seolah tahu, sekilas mendesah. Ia menggeleng, kecil. “Anda berniat melakukan hal yang sama dengan, nona Rasiel?”
Diantara banyaknya wanita, Chris justru tertarik dengan segala macam ekspresi Rasi. Ia ingin melihat lebih banyak. Seringai tipis nampak jelas, seolah mengandung banyak arti.
“Dia spesial, Paman. Aku tidak akan cukup jika mendonorkan spermaku pada wanita itu dalam program bayi tabung seperti biasa.”
Mengernyit heran, “Lalu, Tuan mau apa?”
Manik hazel kecoklatan itu berkilat antusias, “Akan kubuat dia bertekuk lutut di hadapanku.”