Hal. 6 Rasiel Ainsley & Chris ( [Promise & Lie )

2153 Kata
Note : Disarankan membaca cerita buku 1 dulu : IMPERFECT ME  :) . .  Karena banyak yang nggak tahu dimana sih klik love itu? Jangan lupa Klik tanda bentuk jantung terlebih dulu sampai berubah jadi warna putih, untuk pengguna Handphone agar masuk ke dalam library kalian  Untuk pengguna komputer cukup klik tulisan ADD menjadi ADDED yaa :D Nikmati dan jangan lupa Appreciate juga karyaku yaa , Terimakasih:* Selamat membaca :) Halaman 6 . . . [Flashback] Tidak ada yang menolongnya, beberapa pasang mata itu hanya sekedar memandang kaget. Bahkan sosok gadis yang tadi tak sengaja mendorong tubuh Rasi pun berdiri dengan pandangan tertekuk, seolah tidak merasa bersalah sama sekali. Berusaha keras berenang, di usianya Rasi kelima tahun tentu saja dia belum terlalu mahir menggerakkan tubuh sebebas mungkin di dalam air. Apalagi kedalaman kolam itu melewatinya. Tubuh Rasi yang mungil hanya bisa menggapai ke atas, saat wajahnya muncul. “To-tolong!” Tidak melihat satupun diantara mereka berniat menolong. “Tolong-hmph-ibu!” Berakhir memanggil sosok ibunya, apa wanita itu bisa mendengar? Dari jarak sejauh ini. Bahkan Rasi saja tidak bisa melihat keberadaan sang ibu. Siapa yang akan menolongnya? Tangisan itu menyatu dengan air kolam. “Tolong-hmphhh-” Tidak bisa menahan diri lagi. ‘Pa-pangeran,’ Hanya dari panggilan itu saja, Rasi menatap sosok pemuda remaja tak jauh dari posisinya. Dalam buku dongeng yang sering Ia baca. Seorang pangeran pasti memiliki sifat baik hati, tampan, dan selalu berusaha menolong sesama. Rasi sangat mengharapkan pemuda tampan itu menolongnya. Sedikit saja- “Pa-pangeran-” Jantung Rasi berdetak cepat, tubuhnya dalam air sedikit menegang, begitu melihat bagaimana raut wajah sosok pangeran itu tidak sedikit pun menunjukkan raut khawatir. Tak ada tanda Ia bergerak menolong, yang Rasi lihat justru. Sebuah seringai kecil, ‘A-aku tidak salah lihat ‘kan?’ batin gadis mungilitu kaget. Sosok dengan seringai kecil, seolah menikmati kondisi Rasi di sana. Nampak menderita dan menangis dengan wajah cantik nan manis. Sangat membuat sang pangeran suka. Ah, apa sekarang Rasi akan mati? Di dalam kolam renang, dengan cara yang konyol. Tidak bisa menahan berat tubuhnya lagi, kesadaran Rasi menghilang, air mulai masuk ke dalam penciumannya. Merebut napas dengan perlahan. ‘Ibu, ayah, kak Tere, tolong-’ [………………] “Ck, kenapa kalian hanya melihatnya saja, b******k!” Samar-samar terdengar suara memekakkan telinga, mengagetkan semua perempuan di sana. Karena hal yang berikutnya terjadi. Seseorang tiba-tiba saja langsung bergerak masuk ke dalam kolam renang, menggunakan seluruh kekuatannya, menolong Rasi. Sekilas namun buram, di dalam air Rasi tanpa sadar membuka kedua maniknya, dengan napas yang hampir habis. Seorang berenang menggapainya, rambut bergelombang dan kedua manik hazel keemasan terbesit, sosok yang begitu familiar. ‘Siapa-’ Setelahnya, kesadaran Rasi hilang. Tidak ada yang berani bicara, semua anak-anak di sekitar kolam renang hanya bisa memandang kaget, terutama para perempuan masih kaget. Shock saat mendengar suara teriak pangeran mereka untuk yang pertama kali. Sosok gentle dan tampan itu berteriak tiba-tiba, saat menunjukkan gerak-gerik seseorang yang sedang sakit kepala. Sikap pangeran mereka berubah drastis dalam hitungan detik. Menjadi sosok kasar dan ketus. “Oi, bangun!! Ck, semua orang ini hanya bisa melihat saja, sialan!” Umpatan demi umpatan keluar, sosok itu melihat jelas bagaimana wajah Rasi nampak pucat. Mempraktekkan beberapa cara untuk mengembalikan napas sang gadis kembali. Menekan d**a Rasi dengan tempo cepat, “Ck, bangun!” Masih tidak ada respon, pemuda tampan itu melirik tajam ke seluruh sudut. Melihat anak-anak lain masih berdiri tanpa ada niat untuk membantu. Maniknya mendelik kesal, “CEPAT PANGGILKAN ORANG DEWASA, KENAPA DIAM SAJA!!” Teriakan yang kesal menggaung, reflek mengagetkan semua orang di sana. “Hi!! Hyaa!! Baiklah!” Semua anak-anak reflek berlari menuju arah ruang pesta, sembari memanggil orangtua mereka kompak. Meninggalkan sosok remaja tampan itu berdua saja dengan Rasi. Manik hazel keemasan yang masih menatap sosok gadis di depannya. Menekan d**a sekali lagi, tapi tidak berhasil. “Ck, kau berani mengambil ciuman pertamaku, bangunlah, gadis kecil!!” Dengan satu teriakan kesal, tubuh sosok itu menunduk perlahan, mengambil posisi siaga, menyentuh pipi Rasi. Hanya mereka berdua yang tahu, bagaimana ciuman pertama Rasi justru terasa saat dia hampir berada di gerbang kematian. Bibir yang saling beradu, menyalurkan napas satu sama lain. “Bangunlah!” [Flashback Off] . . . . Manik Rasi tertutup, masih dalam keadaan menangis ketakutan. Kedua tangannya tidak bisa melakukan apapun, hanya dicengkram cukup kuat, bahkan sekarang Ia bisa merasakan seseorang berusaha menyingkap dress, memperlihatkan celana pendek yang beruntung Rasi selalu pakai. Apanya yang beruntung! Kalau situasi ini sama sekali tidak berubah! Tidak ada yang mau menolong, semua orang di sini seolah menikmati, mereka bahkan tertawa, mengabaikan. Saat seorang perempuan menangis, perempuan lainnya justru mendengus geli. Rasi muak dengan tempat ini! Sangat muak! “Tolong-hiks-tolong aku,” Dalam isakannya, satu suara kembali menghentikan semua pergerakan beberapa laki-laki itu. “Sepertinya kegiatan kalian menyenangkan sekali,” Suara baritone yang begitu berat, menyentakkan semua laki-laki di depan sosok itu. Rasi masih menutup maniknya, dalam posisi berbaring dia tidak berani melihat apapun. Bagaimana dengan kondisi tubuhnya sendiri? Dia takut sekali. Sementara Thomas, laki-laki itu mengerutkan kening kesal, “Ck, mau apa kau ke sini! Sana pergi!!” Mengusir sosok yang baru saja datang mengganggu kegiatan mereka. Sosok yang kembali tersenyum teduh, berdiri setengah menunduk. “Kenapa saya harus pergi dari sini, saya sudah membayar tempat ini juga.” Menjawab santai. Thomas sedikit tersinggung, masih tidak memperhatikan ekspresi teman-temannya. “Silahkan cari tempatmu sendiri! Jangan mengganggu kami, b******k!!” Umpatan yang begitu kencang, menggelegar. Mengagetkan semua orang di sekitarnya. Rasi berjengit bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Semua gerakan laki-laki itu terhenti sesaat. Bahkan Ia juga mendengar suara yang begitu familiar. Perlahan tapi dengan gerak takut, membuka manik hati-hati, masih dengan air mata mengaburkan pandangannya. Apa ada orang yang menyelamatkannya sekarang?! Di tempat ini! Dalam posisi berbaring, saat kedua manik itu menengadah menatap sosok laki-laki yang berdiri tak jauh dari tubuhnya. “Oh, kau sudah sadar?” Satu kalimat santai mengerjapkan manik Rasi. Berusaha keras mengedipkan manik beberapa kali. Menjernihkan pandangan lagi dan lagi. “b******k!! Kau pegang wanita ini! Aku yang akan menghajar orang itu!” Thomas berjengit angkuh, bergerak menjauh, seiring dengan kedua tangan Rasi terlepas dari kuncian. Sesaat Ia bisa bergerak, tapi manik sang Ainsley sudah terlanjur menangkap sosok laki-laki di sana. Sosok tampan dengan senyuman teduh bak pangeran. Tubuh tegap, rambut bergelombang cukup panjang, kedua manik hazel keemasan. Senyuman teduh yang nampak-ah, tanpa bisa Ia kendalikan. Tubuh Rasi menegang takut, merasakan bagaimana bulu kuduknya langsung berdiri. Mengerikan, senyuman palsu itu. Rasi sangat mengenalnya. Teringat dengan semua kenangan buruk saat dirinya berusia lima tahun. Pertemuan pertama mereka yang sangat aneh. ‘Pangeran,’ Ah, Rasi bahkan mengingat panggilan sosok itu dengan jelas. Sangat jelas terpatri dalam otaknya. Sangat menakutkan, bagaimana senyuman palsu itu sanggup membuat semua perempuan tak berkutik. Senyuman dan sikap bak pangeran yang hanya terlihat di luar saja. Tapi pada kenyataannya. Saat Rasi meminta tolong pada sang pangeran. Laki-laki itu justru menyeringai dan menikmati wajah ketakutan sang Ainsley. Takut, sangat takut. Kenapa diantara semua laki-laki yang menyelamatkannya, Rasi harus bertemu dengan sosok itu. Lagi- “Pa-pangeran,” bisik sang Ainsley reflek. Tanpa menyadari bahwa ingatannya langsung terhubung dengan kejadian yang sudah sangat lama. Bagaimana wajah itu masih tetap sama. Hanya berubah menjadi lebih dewasa. Tapi seringainya. Tetap sama. Bukan merasa lega, Rasi justru semakin takut. ‘Di-dia mau apa tiba-tiba muncul lagi di depanku?’ Melihat Thomas berjalan mendekati sosok sang pangeran. Dengan wajah penuh amarah, “PERGI KAU DARI SINI, b******k!!” Penuh teriakan, satu kepalan melayang cepat, berpikir bahwa pukulan itu pasti tepat mengenai wajah sang empunya. “Saya hanya sekedar bertanya, kenapa kau malah memukul, Tuan.” Bergerak dengan mudah, menghindari pukulan. Menangkap lengan Thomas cepat, dan kali ini tanpa ampun. Kilasan kedua manik hazel yang nampak mengerikan, ditambah seringai kecil. “Kau mengesalkan.” Suara tulang terdengar patah dalam beberapa detik saja, mengagetkan beberapa tamu di sekitar mereka. Lengan Thomas kini perlahan menggelantung, tulangnya patah hanya karena putaran cepat sang laki-laki di depan sosok itu. “Ta-tanganku,” Berpikir selama dua detik, barulah rasa sakit menjalar cepat. “ARGHHHH!! TANGANKU!!” . . . . Tidak bisa berkata apapun lagi, semua kuncian Rasi terlepas, wanita itu perlahan bangkit dari posisinya. Menutup bibir dengan kedua tangan, seolah melupakan rasa panas yang masih menjalari tubuh. Tangan Thomas kini benar-benar patah, di depan sosok pangeran. Sangat mengerikan. “ARGHH!! TANGANKU!! TANGANKU PATAH!!” Menangis dan meraung kesakitan, Thomas reflek menekuk lututnya. Menyentuh salah satu lengannya yang patah, dan mulai membiru. Sementara sosok laki-laki di depan sana, hanya terus tersenyum. “Sepertinya kau tidak bisa kuajarkan tata krama.” Ujar sosok itu santai. ‘Ba-bagaimana ini,’ Rasi tahu sendiri kalau sosok bak pangeran di depannya sana bukanlah sosok penyelamat yang akan membawanya pergi dari tempat ini. ‘Chris’ bahkan sampai sekarang pun nama itu masih terngiang di pikiran Rasi. Menakuti di setiap mimpi malamnya. “KAU!! KAU BERANI MEMATAHKAN LENGANKU?!!” “Ck, ada apa ini?!!” Sosok Regin yang tengah asik bermain dengan kedua wanita di sampingnya seolah terusik dengan teriakan Thomas. Raut wajah Regin tertekuk, menoleh ke sumber suara perlahan, Tidak menyangka bahwa sosok yang menyambutnya di seberang sana mampu membuat tubuh Regin lemas tanpa sadar, manik laki-laki itu membulat sempurna. Tidak peduli dengan godaan kedua wanita tadi, tubuhnya menegang ketakutan, diiringi keringat dingin yang mengucur. Mungkin diantara semua anak buahnya termasuk Thomas, hanya dia yang tahu, siapa sosok tegap di sana. “Tu-tuan Raynold?” Satu nama terucap dengan gugup. Membuat semua anak buah di sampingnya menoleh kaget. Regin berdiri cepat, tanpa menatap Rasi lagi, berjalan menuju ke arah sosok itu. “Ba-baru kali ini saya bertemu dengan anda di sini, Tuan Raynold. Apa ada yang bisa saya bantu?” Suara super sopan tanpa berani mengangkat wajahnya. Ketakutan Rasi makin menjadi, Ia gemetar. Bahkan sampai bisa membuat sosok paruh baya seperti Regin menunduk takut. Itu berarti sosok ‘Chris’ mempunyai kuasa lebih tinggi kan dibanding Regin. ‘Gawat, gawat, gawat, aku harus pergi dari sini,’ Sebelum situasi menjadi lebih kacau. Manik Rasi menoleh ke arah beberapa laki-laki yang sempat menguncinya tadi. Mereka kompak shock, tidak peduli lagi dengan keberadaan Rasi. ‘Sekarang kesempatanku kabur,’ batin Rasi berulang kali, tanpa sepengetahuan orang-orang itu, Rasi mengambil tasnya hati-hati. Melirik ke arah sosok Regin sekali lagi. “Sepertinya kau masih belum memberitahukan namaku pada semua anak buahmu? Lihat apa yang dilakukan cecunguk sialan ini? Dia ingin memukulku tanpa aba-aba.” Chris menunjuk ke arah Thomas yang masih terguling kesakitan di lantai. “Tu-tuan Regin,” Thomas menatap sosok tuannya dengan takut, meminta tolong. Berharap Regin mau menolongnya dan membawanya ke rumah sakit. Tapi maaf saja, Regin justru mendecih kesal. Tanpa basa-basi menendang tubuh Thomas dengan salah satu kaki. “LAKI-LAKI, SIALAN! KAU SEHARUSNYA TAHU SIAPA TUAN DI DEPANMU INI!” Menunjukkan amarah dan sifat lebih mengerikan lagi. “HOAGH! Tu-tuan, a-pa ini,” Enggan untuk menolong Thomas, Regin kembali menundukkan tubuh. “Mohon maafkan tingkah laku anak buah saya, Tuan Raynold. Apa ada yang bisa saya bantu? Sampai anda mau mendatangi tempat lusuh seperti ini.” Sosok tegap itu menyeringai tipis, “Well, aku memang sengaja menemuimu, karena menemukan sesuatu yang menarik tadi.” . . . Rasi sudah berniat bangkit dari sofa, memeluk tas dan berjalan hati-hati, tapi sayang. Efek obat perangsang yang tadi diberikan padanya masih terasa. Sangat berefek. Saat berusaha bergerak, beberapa kulitnya saling bergesekan, memberikan efek luar biasa. “Ah,” Tanpa sadar berteriak, tubuh Rasi terjatuh ke lantai lagi,  manik coklat itu semakin buram. ‘Ke-kenapa ini, tubuhku panas sekali.’ Efek obat bukannya menghilang malah semakin parah. Rasa panas semakin menjalar, bahkan Rasi bisa merasakan jelas bagaimana cairan dalam daerah privasinya mulai merembes keluar. Wajah wanita itu memerah malu. Meneguk ludah berulang kali, ‘A-apa-apaan obat ini!! Badanku aneh!!’ Menangis tanpa sadar, rasa panas, wajah memerah, kedua manik buram, gesekan kulit yang semakin membuat adrenalin dan jantungnya terpacu kuat. Pertama kalinya Rasi merasakan kondisi aneh seperti ini. Dia takut, tidak bisa mengendalikan diri, bahkan menghentikan beberapa desahan napas yang keluar dari bibir. ‘Ugh, panas, panas sekali.’ Kedua tangannya menopang lantai, berusaha untuk berdiri lagi. Tapi tidak bisa, Rasi kembali jatuh. Dia sama sekali tidak sadar, bahwa semua pandangan kini menatap kompak ke arahnya. Saat Chris menunjuk tepat ke arah Rasi. “Aku yang akan mengurus wanita itu sekarang.” ujar sosok itu santai, dengan sebuah seringai tampan di wajah. Regin menatap kaget, menoleh ke arah Rasi yang masih terduduk di lantai. Menunduk cepat, “Ma-maaf, Tuan Raynold. Kalau wanita itu, ka-kami tidak bisa memberikannya.” Mereka sudah terlanjur memberikan obat perangsang pada Rasi. Kalau sosok tuannya tahu, entah apa yang akan terjadi. “Kau berani menolak perintahku, Tuan Regin.” Kembali lagi mendengar suara menekan. Tubuh Regin menunduk semakin dalam. “Ma-maaf, Tuan Raynold. Wanita itu sebenarnya sudah kami berikan obat perangsang beberapa menit lalu. Ja-jadi kalau anda ingin mencari wanita yang pure, saya bisa memberikannya sekarang juga!” Dengusan yang keras terdengar, seolah meremehkan. “Aku hanya ingin wanita itu,” Sebuah penegasan cepat terujar. Regin tidak bisa membantah lagi. “Ba-baiklah, kalau memang anda ingin wanita itu. Anda bisa mengambilnya langsung. Ka-kalau begitu saya permisi dulu, Tuan Raynold.” Tanpa balasan lagi, Regin langsung mengembalikan posisinya. Menatap ke semua anak buah, hendak berteriak, “Tuan Regin,” Sebelum Raynold kembali berbicara, kali ini dengan suara baritone menekan. Tubuh Regin menegang, menghentikan semua gerakan dalam sesaat. “Kalau sampai aku melihatmu lagi melakukan hal ini. Kau tahu akibatnya ‘kan?” Satu ancaman tercetak jelas. Regin mengangguk cepat. “Ba-baik, Tuan!” Berjalan cepat menuju anak buahnya, “Semuanya, kita harus pergi dari sini!! Cepat bereskan semua barang kalian!!” “Baik!” Hampir semua orang di lantai dua ini ternyata anak buah Regin. Semua kompak berdiri, mengabaikan beberapa wanita yang nampak kecewa melihat tamu mereka pergi. “Kau bawa anak itu ke rumah sakit, cepat!” Menunjuk ke arah Thomas yang masih berguling di lantai. Dalam waktu beberapa menit, lantai dua kini terasa lenggang. Semua laki-laki dan w*************a menghilang dengan cepat. Meninggalkan sosok Rasi dan sang pangeran di sana.     
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN