Pagi pertama di Italia. Alvin dan Anika masih sama-sama terpejam. Keduanya benar-benar kelelahan. Bukan kelelahan karena melakukan sesuatu tapi karena perjalanan mereka dari Indonesia ke Italia. Anika masih setia dengan empuknya tempat tidur yang ia tempati kini. Sementara Alvin terbangun terlebih dahulu karena merasakan tangannya terasa kebas.
Alvin membuka matanya dan menoleh ke sisi tempat tidur Anika namun Alvin kaget bukan main karena lengannya kini menjadi bantalan menopang kepala Anika. Alvin membulatkan matanya karena posisi tidurnya dengan Anika begitu intim.
Anika tertidur dengan berbantalkan lengannya dan Anika sendiri tertidur dengan memeluk Alvin. Ini posisi tidur mereka yang paling intim selama beberapa bulan mereka menikah. Alvin bisa mencium wangi shampo Anika yang beraroma bunga mawar. Wajah polos Anika yang sedang tertidur. Alvin gemas dibuatnya. Alvin menyadari pergerakan Anika dan Alvin pun segera memejamkan matanya kembali.
Anika mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Anika membulatkan matanya melihat wajah Alvin begitu dekat dengannya. Anika bisa memandang jelas rahang tegas Alvin. Wajah Alvin yang bersih dan tampan. Anika dari awal memang sudah mengakui ketampanan Alvin maka dari itu Anika takut. Takut kalau hatinya jatuh untuk Alvin yang jelas-jelas tidak akan menangkapnya.
Anika menyadari posisi tidurnya yang kini sedang memeluk Alvin. Anika langsung bangkit dari tidurnya dan bergerak menjauh. Anika bersyukur Alvin masih tidur pulas sehingga Anika tidak perlu malu karena secara tidak sadar memeluk Alvin selama ia tidur. Anika pun segera bangkit dari tidurnya dan masuk kedalam kamar mandi.
Alvin merasakan pergerakan Anika yang turun dari tempat tidur dan memasuki kamar mandi. Setelah menunggu beberapa saar Alvin membuka matanya dan duduk di tempat tidur dengan punggung bersender pada kepala tempat tidur. Jantung Alvin lagi-lagi berdetak cepat hanya karena kejadian pagi ini.
Anika keluar kamar mandi dengan keadaan fresh. Anika sudah mandi dan mengenakan baju terusan berwarna putih yang membuat Anika terlihat cantik bahkan Alvin sempat tidak berkedip ketika Anika keluar dari kamar mandi.
"Mas baru bangun?" tanya Anika membuyarkan pandangan Alvin.
"Eh? Iya. Saya baru bangun," ucap Alvin dengan sedikit terbata.
Anika mengerutkan alisnya sedikit karena merasa aneh dengan sikap Alvin pagi ini namun Anika mengabaikannya dan berusaha menepis rasa janggal yang ia rasakan. Anika membuka pintu balkon hotel mereka dan menghirup udara pagi Italia.
"Saya mandi dulu. Kamu sudah lapar?" tanya Alvin sambil beranjak dari tempat tidur.
Anika menggelengkan kepalanya. "Belum Mas. Mas mandi aja dulu. Aku tunggu disini,"
Alvin mengangguk dan melenggang menuju kamar mandi. Sementara itu Anika menunggu di balkon dan tidak lama kemudian duduk di sofa sambil menyalakan televisi yang berada di kamar hotel mereka. Anika mencari-cari channel cartoon kesukaannya. Bagi Anika cartoon membuat pikiran Anika lebih rileks setelah sibuk memikirkan tugas-tugas kuliahnya.
Alvin keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang begitu fresh. Alvin menggunakan jeans biru dengan polo shirt berwarna putih senada dengan pakaian Anika. Alvin yang baru keluar dari kamar mandi dibuat tertegun dengan tawa lepas Anika karena sebuah film cartoon yang berada di televisi. Alvin baru menyadari kapan Anika tertawa selepas itu dengannya? Rasanya tidak pernah. Mungkin pernah saat mereka melakukan sandiwara mereka. Ya saat sandiwara yang artinya tawa itu juga hanya sebuah kepura-puraan.
Anika yang menyadari keberadaan Alvin langsung menatap Alvin. Jelas Alvin pria yang tampan ditambah Alvin yang begitu pintar dalam membawa diri membuat Alvin semakin terlihat menarik.
"Sudah selesai Mas? Mau langsung sarapan?" tanya Anika memecah keheningan diantara mereka.
Alvin mengangguk dan mengambil dompet serta HP miliknya yang berada di atas meja. Anika pun bersiap mengambil tas selempangnya dan berjalan menuju pintu. Keduanya keluar dari kamar hotel mereka dan menuju restoran yang terletak di gedung yang sama namun berbeda lantai dengan kamar yang mereka tempati.
Anika dan Alvin berjalan dalam diam. Tidak ada satu pun yang berniat membuka percakapan hingga sampai di restoran pun keduanya masih setia dalam diam. Orang pasti tidak akan percaya kalau mereka datang ke italia untuk berbulan madu karena mereka tidak tampak seperti pasangan yang akan berbulan madu. Tidak ada aura romantisme pada keduanya.
"One portion Spagethi Carbonara with Iced Caramel Machiatto," ucap Anika membacakan pesanannya.
Alvin mengerutkan alisnya mendengar pesanan Anggita. "Kamu yakin makan spagethi pagi-paagi gini? minum es pula?" ucap Alvin kaget.
Anika terkekeh. "Aku suka pasta. Soal Es, aku emang gak biasa minum, minuman hangat,"
Alvin mengangguk menanggapi. Alvin pun segera menyebutkan pesanannya. Alvin hanya memesan omelete dan segelas kopi Americano. Anika pun merasa malu karena porsi makannya bahkan lebih banyak dari Alvin.
Ketika makanan pesanan mereka sampai. Anika menatap spagethi carbonara pesanannya dengan mata penuh binar kebahagiaan. Alvin yang melihat ekspresi Anika tertawa melihatnya. Tawa pertama Alvin ketika mereka sedang berdua dan tawa Alvin berhasil membuat Anika bingung dan heran.
"Mas kenapa ketawa gitu?" tanya Anika heran.
Alvin menghentikan tawanya dan menatap Anika tapi sayangnya setiap melihat wajah Anika tawa Alvin kembali terdengar membuat Anika semakin bingung dan was was dengan apa yang Alvin tertawakan.
"Kamu itu umur berapa sih? Kelakuan dan ekspresi kamu ketika spagethi kamu barusan dateng itu kayak anak umur lima tahun yang dapet balon atau permen," ucap Alvin sambil berusaha menahan tawanya.
Anika mendengar penuturan Alvin dengan wajah yang memerah malu. Anika tidak menyangka kalau dirinya terlihat seperti itu. Wajah Anika memerah seperti tomat apa lagi Alvin masih menertawakannya.
"Udah ketawanya," ucap Anika kesal. Anika malu dan Alvin masih saja tertawa.
Alvin menganggkat kedua tangannya tanda menyerah dan mengangguk. Alvin mulai menghentikan tawanya dan berusaha memakan sarapan paginya. Alvin menatap Anika yang juga mulai memakan sarapannya dengan antusias. Alvin tidak menyangka akan menemukan sisi lain Anika disini. Alvin dan Anika sibuk dengan makanan mereka masing-masing hingga Alvin membuka pembicaraan.
"Jadi kamu suka banget sama pasta?" ucap Alvin memecah keheningan.
Anika mengangguk antusias. "Aku suka pasta karena Mas Asa. Mas Asa pintar masak pasta dan di sini semua pasta jauh lebih enak,"
Alvin mengangguk dan kembali menyantap sarapan paginya. Anika yang bingung melanjutkan percakapan akhirnya hanya diam karena takut salah membuka topik pembicaraan. Alvin dan Anika menikmati sarapan mereka hingga telepon Anika berdering. Sebuah telepon masuk. Nama Dion muncul di layar HP Anika dan Anika segera mengangkatnya.
"Halo Mas," sapa Anika
"Hai. Gimana Italy?" tanya Dion dari sebrang sana.
"Perfect. Aku lagi makan pasta carbonara," ucap Anika dengan nada riang.
Dion terkekeh mendengar suara riang Anika. Bagi Dion, Anika adalah gadis yang memiliki aura postif dan mudah untuk disayangi. Dion yang awalnya iseng mendekati Anika karena kebodohan Alvin kini mulai terjerat pesona Anika.
"Kamu berapa lama di Italy?"
Anika diam sejenak mengingat-ingat. "Hmmm.. Dua atau tiga minggu sepertinya aku lupa. Kenapa Mas?"
"Lusa aku ke Italy. Aku mau cari supplier wine dari sana. Aku pikir akan lebih baik aku dapet wine langsung dari sana," ucap Dion sambil berfikir.
Anika mengangguk membenarkan. Anika tau Dion dan Khatulistiwa, nama club malam miliknya. Dion bercerita kalau club malam yang ia kelola kini adalah usaha milik Bapaknya yang awalnya hanya iseng membuka club sebagai usaha sampingan namun tanpa ia duga usaha sampingannya itu berkembang pesat dan kini Dion lah yang memegang club itu.
"Mas Dion mau kesini?" ucap Anika kaget setelah sadar dengan percakapan mereka.
Alvin yang tadinya mengabaikan Anika ikut kaget mendengar ucapan Anika. Ngapain Dion ke Italy? Dia mau nyamperin Anika? Dion serius mau deketin Anika? Berpuluh-puluh pertanyaan mulai menghinggapi kepala Alvin dan tatapan Alvin tidak bisa berpaling dari Anika yang sama kagetnya dengan dirinya namun ternyata kekagetan Anika hanya bersifat sementara karena tidak lama kemudian Anika tersenyum kegirangan dan berharap Dion segera sampai di Italy.
"Mas, Mas Dion mau ke Italy," ucap Anika membuka pembicaraan sekaligus memberitahu Alvin. Telinga Alvin tiba-tiba berubah sensitif dan Alvin langsung menatap tajam Anika.
"Ngapain dia kesini?" tanya Alvin dengan nada ketus membuat Anika mengerutkan alisnya.
"Katanya dia mau cari supplier Wine dari sini untuk Khatulistiwa," ucap Anika menjelaskan.
"Ck!" Alvin berdecak membuat Anika semakin heran apa ada yang salah dengan kedatangan Dion ke Italy? seharusnya tidak karena Alvin dan Anika bukanlah pasangan yang saling mencintai jadi kedatangan Dion tentu tidak akan mengganggu mereka justru Anika senang karena Dion bisa membantunya lepas dari situasi canggung bersama Alvin.
"Kamu kenapa Mas?" tanya Anika bingung dan takut. Anika takut kalau ia melakukan kesalahan.
Alvin mendengus mendengar pertanyaan Anika dan tidak menjawab pertanyaan Anika. Anika mengerutkan alisnya semakin dalam.
Ini manusia kenapa lagi deh, udah nggak pinter berekspresi sekarang malah marah nggak jelas. Ampun deh!