Halim dan Lea baru keluar dari sebuah ruangan VVIP, bicara dengan orang tua pasien, “beri kami waktu,” ujarnya. “Setiap orang punya hak untuk tetap berharap terbaiknya meski hanya tersisa satu persen.” Ujar Lea. Sepasang orang tua penuh asa itu mengangguk, “pengacara kami sudah menyiapkan berkas-berkasnya. Kami tidak meragukan keputusan Jessie untuk mendaftar sebagai pendonor saat dia sehat walau tanpa beritahu kami. Walau keadaannya sekarang pun seperti mati, kami belum siap untuk membiarkannya benar-benar pergi.” Halim dan Lea mencoba menenangkan orang tua pasiennya. Mereka selain sebagai dokter juga orang tua, sama halnya dengan dua orang di depannya. Keputusan sulit saat harus memutuskan hidup seorang darah daging sendiri. Jessie, pasien yang baru mereka kunjungi, merupakan pas