Suasana satu jam menjelang transplantasinya kian mendebarkan, satu persatu keluarga mulai datang memberi dukungan untuknya juga orang tuanya. Mereka coba menghibur hatinya, agar tidak sedih. Tetapi, Felora lebih banyak diam, menunggu sambil tiada henti terus berdoa. Sagara tidak beranjak barang sedikit pun darinya, kedua tangan mereka bertautan erat. Ia tahu yang Felora rasakan. Keringat dingin tangannya menjawabnya. Meski tidak mengatakan apa pun, Felora bisa melihat jika mata ibunya bengkak. Kikan pasti diam-diam menangis terus-menerus di belakang Felora. Sementara ayahnya dan Aunty Lea tidak terlihat. Mereka pasti masih mengecek persiapan dan lainnya. Tadi pagi juga Felora menjalani tes darah, dan cek tensi serta lainnya. Pintu di buka, “Kikan, sebentar...” Tiba-tiba ibunya di pa