Winda memiliki alasan memanggil Keenan, ingin mengatakan bahwa mamanya hendak menitipkan buah tangan dan oleh-oleh dari Singapura berupa obat-obatkan untuk mama Keenan yang sakit. Belinda tergerak karena Hikam yang bercerita kepadanya. Saat berbincang akrab dengan Hikam, Keenan sempat mengeluhkan kesehatan mamanya yang memburuk akhir-akhir ini, dan dia memiliki kesibukan ganda, perusahaan dan mengurus mamanya. Bagaimanapun, di mata Belinda, Keenan tetap laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. “Lho, itu mobil Keenan?” tanya Belinda yang sudah siap dengan dua kantong kain berukuran sedang. Dia melihat Winda yang memanggil nama Keenan barusan juga mobil sedan hitam mewah yang melesat maju dari gedung. “Iya, Ma. Dia mungkin tidak mendengarku,” ujar Winda, dia menyadari bahwa Keenan yang