Meskipun dia tidak sepenuhnya mengamati tubuh tegap tinggi Keenan, Winda menyadari bahwa Keenan kini semakin memesona setelah lama tidak dia temui, meskipun rambut tebalnya terlihat agak lebih panjang dan terikat. Keenan selalu sempurna di mata siapapun, berwajah tampan dengan tubuh tinggi sempurna dan memiliki otak di atas rata-rata. Banyak perempuan yang menghendakinya dan bukan dari kalangan sembarangan. Tantangan ini yang membuat Winda dulu tergila-gila. Namun, yang sangat disayangkan, sikap dinginnya dan tidak acuhnya yang membuat Winda tidak betah dan tidak merasa nyaman, apalagi keegoisannya. “Kamu lupa perjanjian kita dulu,” ujar Keenan tanpa bergeming sedikitpun dari posisi berdirinya, termasuk matanya yang tajam mengamati Winda. “Perjanjian apa?” Winda balik bertanya, dia juga