Bab 3 Sebuah Janji

1757 Kata
Sesampainya di klub, Indra langsung membawa Lasmi ke lantai atas dan memberitahunya bahwa dia tidak akan bekerja untuk sementara karena harus memulihkan diri terlebih dahulu selama dua hari. Indra juga sudah menyediakan sebuah kamar bersih untuk dia tinggali, yang terletak tepat di sebelah kamarku. Di depan pintu kamar, dia malah berlutut dan memohon sekali lagi kepada Indra. Melihat ini, aku jadi semakin tidak tega. Aku pun melirik Indra, ekspresi wajahnya saat itu menunjukkan kalau dia sedikit ragu. Namun, Indra tetap berkata pada Lasmi, “Patuhi perintahku dan bantu aku untuk menghasilkan 100 juta dulu. Setelah itu, aku akan mulai menggajimu. Setelah bekerja selama setengah tahun, barulah kamu boleh meninggalkan tempat ini. Tapi, kamu juga boleh tetap tinggal. Kalau saat itu tiba, aku tidak akan memaksamu.” Tangisan Lasmi terdengar semakin memilukan. Matanya dipenuhi dengan keputusasaan, tapi dia tidak lanjut memohon-mohon pada Indra, melainkan menatapku sambil menangis. Aku hanya bisa mengalihkan pandanganku supaya tidak melihatnya. Meskipun Indra sudah berbuat jahat, tapi sikapnya terhadapku sangat baik. Apalagi, ketika aku dipenjara bertahun-tahun, hanya dia satu-satunya yang datang mengunjungiku. Andai dia tidak ada, aku tidak tahu akan berakhir di mana sekarang. Setelah dia mengantar Lasmi masuk ke dalam kamarnya, dia menyuruhku untuk tidak terlalu banyak berpikir dan mengajakku pergi minum bir. Dia juga meyakinkanku. Katanya, lama-lama aku juga akan terbiasa. Aku mengangguk, mengiyakan perkataannya. Lalu, kami pun pergi ke bar terdekat. Saat tiba di sana, Indra menyuruhku untuk bersantai dan kembali bicara padaku, dia bilang bahwa apa yang terjadi pada Lasmi bukanlah masalah besar. Semua wanita penghibur dalam bisnis ini sama saja. Lama-kelamaan, mereka akan menikmatinya. Dia juga mengatakan, para wanita binaannya belum tentu bersedia untuk pergi apabila mereka diusir. Dalam hati aku belum bisa percaya. Perkataannya begitu sulit untuk dipahami. Memangnya ada wanita di dunia ini yang benar-benar senang menjual dirinya? Indra memintaku untuk tidak percaya pada para wanita itu. Sekarang harga barang-barang terus meroket, tidak ada yang murah. Demi memuaskan keinginannya, para wanita tidak dapat lagi menghidupi diri mereka dengan gaji mereka. Industri ini bagus, mereka hanya perlu mengangkang lebar dan uang akan datang dengan sendirinya. Mau tidak mau, aku mengangguk. Masih ada keraguan di dalam hatiku. Apakah Lasmi akan berubah nantinya seperti yang Indra katakan? Apakah dia dia tidak akan mau pergi walau diusir? Ketika membayangkan ekspresi Lasmi yang polos, rasanya itu tidak akan mungkin terjadi. Namun, aku tidak membantah perkataan Indra. Selama kami berada di dalam bar tersebut, aku minum tanpa henti karena Indra terus-terusan mengajakku bersulang. Dia juga berkata padaku bahwa hari ini dia untung besar. Melihat ekspresiku yang kebingungan, Indra menjelaskan, “Saat ini pasaran sedang bagus. Membeli Lasmi dengan harga 100 juta rupiah saja sudah sangat menguntungkan buatku. Tak kusangka kalau dia akan mengaku bahwa dia masih perawan. Selaput daranya akan menghasilkan banyak uang untukku!” “Karena pasaran sedang bagus, untuk malam pertama seorang perawan, aku akan mengontak para bos besar, terutama yang menginginkan gadis perawan. Aku sudah bisa menjualnya dengan harga 100 juta sampai 120 juta rupiah dalam semalam. Dengan begitu, aku akan langsung balik modal, belum lagi ditambah penghasilannya di masa depan.” Perkataan Indra membuatku sangat terkejut. Awalnya, aku mengira kalau dia akan memiliki kesulitannya tersendiri. Namun, tak kusangka kalau dia bisa segera balik modal hanya dalam waktu semalam. Setelah itu pun, dia masih berniat menggunakan Lasmi untuk mencari untung dengan menjadikannya mainan bagi para tamu. Aku tidak berbicara banyak dan hanya menatap Indra. Hatiku mengatakan bahwa sikapnya sudah berbeda dengan apa yang kuingat. Setelah keluar dari bar, Indra mengatakan kalau hari ini dia akan mengajakku bersantai dan mengajakku ke tempat lain untuk bermain wanita. Tapi, aku menolaknya karena aku tidak berselera untuk melakukan itu. Begitu kembali di klub Indra, hari sudah larut malam. Aku berbaring sendirian di ranjangku dan suasana hatiku sungguh sulit dijelaskan. Ekspresi wajah Lasmi yang menangis sedih hari ini terus melekat di dalam benakku. Mendadak, aku justru teringat dengan perkataan Indra yang membuatku teringat pada Maria. Hubunganku dengannya adalah hubungan percintaan nan tulus di masa-masa remajaku yang kacau. Sayangnya, dia malah melukaiku dan menjadi wanita yang membuatku mendekam di penjara selama lima tahun. Meskipun dia adalah seorang p*****r, tapi aku justru tidak dapat melupakannya. Aku pun jadi berpikir, apakah dia polos seperti Lasmi ketika pertama kali masuk ke bisnis ini? Dan karena dia terpaksa menjalaninya, pada akhirnya, moralnya pun rusak. Tanpa terasa, aku berpikir hingga tengah malam dan tanpa kusadari, lantai kamarku sudah dipenuhi sisa-sisa puntung rokok. Suasana di luar sangat tenang. Pada saat itu, aku mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku tidak tahu siapa yang mendatangiku malam-malam begini. Saat aku membuka pintu, aku melihat Lasmi yang berwajah pucat sedang berdiri di sana. “Ada apa? Mengapa kamu masih belum tidur?” tanyaku. Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Alih-alih menjawab, dia mendekatiku dan berlutut di hadapanku. Dia menengadahkan kepalanya menatapku dengan sorot mata memilukan, lalu dengan berlinangan air mata, dia pun berkata, “Kumohon, selamatkan aku…” Aku buru-buru membantunya berdiri, tapi dia bersikeras untuk tetap berlutut. “Berdirilah. Mengenai masalah ini, aku juga tidak dapat membantumu,” balasku dengan suara tak berdaya. Dia melanjutkan dengan ekspresi penuh tekad. “Aku tahu kalau kamu adalah teman baik Bos. Bantulah aku membujuk Bos. Sejak kecil, aku selalu dipukuli oleh ayahku dan hidup di bawah bayang-bayang para penagih hutang. Sebenarnya, di sekolah ada seorang anak laki-laki yang menyukaiku. Begitu dia tahu kalau ayahku adalah seorang penjudi, dia segera menjauhiku. Awalnya, kupikir kalau aku akan bisa hidup mandiri setelah masuk kuliah. Namun, aku tidak menyangka bahwa ayahku akan kalah banyak dan terlilit hutang di mana-mana. Setiap hari, selalu ada orang-orang yang datang ke rumahku dan menagih hutang.” Setelah mendengar Lasmi menceritakan kisah hidupnya, aku merasa bahwa kehidupannya sangat suram. Jika aku membiarkannya dirusak oleh para pria itu, mungkin dia akan bunuh diri. “Kumohon…. Selanjutnya, aku bersedia menjadi apa pun bagimu. Tolong selamatkan aku. Aku tidak ingin tidur dengan ratusan pria.” Kesedihan dan keputusasaan begitu jelas dalam tiap gurat wajahnya, belum lagi bekas-bekas luka di tubuhnya membuatku semakin tidak tega melihatnya. Aku hanya bisa mengangguk dan menyetujui permintaannya, “Kembalilah ke kamarmu. Aku akan membantumu besok untuk berbicara padanya.” Lasmi terlihat bersyukur. Dia berkali-kali mengucapkan terima kasih padaku sebelum kembali ke kamarnya. *** Setelah berpakaian rapi, aku pergi ke kamar Indra dan mengetuk pintunya. Setelah tahu kalau aku yang mencarinya, barulah Indra membukakan pintu. Awalnya, kupikir dia pasti masih belum bangun, jadi aku tidak menyangka kalau dia sudah mandi dan berpakaian rapi. “Ada apa? Semalam aku sudah menyuruhmu untuk bermain, tapi kamu malah tidak mau. Apakah sekarang kamu merasa tidak nyaman? Atau, kamu ingin aku mencarikan seorang wanita untukmu?” Indra tersenyum m***m. Namun, saat ini aku sedang tidak ingin untuk bercanda dengannya. “Apakah aku bisa berdiskusi denganmu tentang Lasmi?” Mendengar itu, ekspresi wajahnya langsung berubah. “Ray, apakah kamu sudah gila? Apakah kamu mau bilang kalau kamu telah jatuh cinta padanya? Aku sudah memberitahumu berkali-kali, jangan pernah terbawa perasaan! Jika tidak, uang 100 juta rupiah akan terbuang sia-sia. Ini adalah uang hasil jerih payahku!” Aku merasa perkataan Indra ada benarnya. Hanya saja, begitu membayangkan kondisi Lasmi yang menyedihkan, amarahku langsung tersulut sampai membuatku mengatakan kata-kata yang tidak enak didengar. “Apakah 100 juta rupiah cukup untuk membeli hati nuranimu? Hidupnya sudah sengsara, tapi kamu malah menyuruh para pria untuk merusaknya! Kamu telah membuat seluruh hidupnya hancur!” Wajah Indra menjadi pucat dan dia berkata dengan marah, “Aku, menghancurkannya? Dia hanya berpura-pura memelas dan kamu langsung mempercayainya begitu saja! Jika semua orang memohon padaku, membuatku merasa kasihan, lalu melepaskan mereka, apakah bisnis ini masih bisa berjalan? Aku ini berbisnis, bukan mendirikan yayasan amal!” Memang itu adalah permasalahan utamanya, tapi nasib Lasmi sungguh sangat mengenaskan. Aku bersikeras dan berkata, asalkan dia bersedia membebaskan wanita itu, aku akan melakukan apa pun untuknya. Namun, Indra malah membentakku, “Ray, kata-katamu ini tidak ada gunanya. Aku bukan orang yang tidak berperikemanusiaan! Tapi, beberapa hal memang tidak semudah yang kamu pikirkan! “Memangnya kamu pikir Lasmi akan baik-baik saja kalau aku melepaskannya? Kamu terlalu naif! Lihatlah orangtuanya yang seperti itu! Kalau aku melepaskannya dia pasti akan diperkosa oleh para penagih hutang dan mereka jual! Kalau dia tetap berada dalam pengawasanku, setidaknya keamanannya terjamin dan tidak akan ada orang yang memperlakukannya dengan buruk. Jadi, putuskanlah sendiri mana yang terbaik untuknya!” Indra terlihat sangat marah, bola matanya memerah. Mendengar perkataannya itu, lidahku seketika kelu. Aku tidak tahu harus berkata apa. Setelah tertegun selama beberapa saat, aku berbalik dan meninggalkan kamarnya. Meski dia memanggilku, tapi aku tidak menggubrisnya. *** Aku pergi ke sebuah bar untuk minum-minum. Benakku terus memikirkan janjiku kepada Lasmi yang tidak dapat kupenuhi. Setelah minum sampai mabuk, aku kembali ke klub dan mengetuk pintu kamar Lasmi. Aku mengatakan padanya bahwa aku sudah berusaha, tetapi sayangnya tidak berhasil. Jadi, aku meminta maaf padanya. Setelah itu, aku kembali ke kamarku untuk berbaring di ranjang. Karena sedang dalam keadaan linglung, aku menjadi tidak sadar dengan situasi di sekelilingku. Tidak lama kemudian, ada sesosok wanita telanjang naik ke atas ranjangku. Kejadian ini persis dengan yang terjadi tepat sebelum ini. Pasti Indra yang menyiapkan wanita ini karena tadi pagi aku bertengkar dengannya. Begitu memikirkan itu, aku mendekap wanita itu, kemudian meremas dadanya dengan sekuat tenaga. Dia merintih kesakitan, tapi dia justru semakin mendekatkan tubuhnya padaku. Aku bisa mencium aroma tubuhnya dan seketika itu juga, birahiku langsung tersulut. Aku pun langsung menindih tubuhnya di bawahku. Kondisi di dalam kamarku sangat gelap, jadi aku tidak dapat melihat jelas wajahnya. Namun, samar-samar aku bisa melihat lekuk tubuhnya, Otakku tidak mampu berpikir jernih. Meskipun aku sedang mabuk, tapi seluruh tubuhku sangat bersemangat. Aku menekan tubuhnya dengan kasar dan langsung menusuk daerah intimnya tanpa melakukan pemanasan terlebih dulu. Hatiku dipenuhi kebahagiaan yang meledak-ledak dan aku mendengar dengungan samar di dalam otakku. Lubangnya sangat sempit dan begitu pas dengan milikku sehingga membuatku hampir mencapai klimaks saking nyamannya. Dia berbeda dengan wanita yang sebelumnya. Kukira, Indra sengaja mencarikanku ‘barang’ yang bagus. Namun, tak kusangka wanita itu mencengkeram punggungku dan berteriak kesakitan. Aku bisa merasakan kuku-kukunya mencakar punggungku dan meninggalkan jejak darah di sana. Karena sedang mabuk dan merasa depresi, aku memakinya, kemudian bergerak maju-mundur sekuat tenaga. Aku membenamkan kejantananku ke dalam lubangnya sedalam mungkin dengan kasar setiap saat. Sementara itu, dia terus mencengkeram punggungku seerat mungkin dan tubuhnya mengejang. Tak hanya itu, terus-menerus berteriak kesakitan. Aku merasa kesal dan menganggap kalau wanita itu sedang berpura-pura. Karenanya, seranganku pun kian ganas. Aku mendengarnya menangis, tapi sayangnya, saat itu pikiranku sedang kosong. Aku hanya ingin melampiaskan semua kekesalanku. Meskipun dia menolakku, tapi aku ingin menjadikannya sebagai sasaran pelampiasan amarahku. Setelah puas melakukannya, aku pun jatuh tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN