Aku hanya bisa menundukkan kepala, tak berani menatap ke arah mereka berdua. Bahkan, untuk beranjak dari situ saja aku tidak sanggup. Benakku kalut saking penuhnya dengan kekhawatiran kalau-kalau ini semua akan terbongkar. Aku mencoba mengumpulkan keberanian dan menengadahkan pandangan. Mereka berdua sedang berbisik membicarakan sesuatu, tapi kulihat ekspresi pria muda itu langsung berubah. Saat ini ekspresi wajahnya terlihat bersemangat seakan-akan tidak lama lagi terjadi sesuatu yang menarik baginya. Aku pun tidak bisa menebak apa yang sedang dalam benaknya. Situasi ini membuatku gelisah, tidak mengerti harus berbuat apa. Tiba-tiba terdengar suara tegas seorang pria dari arah pintu masuk departemen. “Wira, apa yang kau lakukan di sini?” Henry bertanya sambil melangkahkan kakinya terges