Aku dengan nekat mengambil mikrofon itu dan mulai bernyanyi. “Hey sayangku. Hari ini aku cyantik. Cyantik bagai dewi … dewi yang turun ke hatimu …” “Hahahaha!” Semua orang di dalam ruangan itu meledak tertawa. Bahkan para preman yang bertampang sangar juga tertawa keras sampai terbungkuk-bungkuk dan mereka semua menatapku dengan ekspresi menghina. Mbak Eri menyeringai. Tampaknya dia senang melihatku mempermalukan diri sendiri. Para wanita yang sedang melayani mereka juga tampak puas melihat kemalangan yang menimpaku. Yang aku tahu betul, para wanita ini bersikap seperti itu karena mereka membenciku. Aku memaksakan diriku untuk menyanyikan lagu tersebut sampai habis. Aku benar-benar telah menjadi orang yang menjual tubuh dan jiwaku demi untuk mendapatkan uang. Wajahku terasa panas dan