"Yah ... Ibuk ... jadi Ruma ini sebenarnya bukan ...." "Iya, Le." Rahman menyela ucapan Asa. "Tentu kami sudah tahu. Ruma bukan temen kamu. Dia pacar kamu, kan?" "Kami sudah duga dari awal, Sayang." Anis menambahkan. "Kalau hanya temen biasa, nggak mungkin kamu bawa pulang, kan? Makanya tadi kami langsung bawa kalian ke sini." Ruma dan Asa kembali saling berpandangan. Tak mengerti ke mana arah pembicaraan Rahman dan Anis. Padahal Asa susah payah mengumpulkan niat dan keberanian untuk berterus terang meminta restu pada kedua orang tuanya. Tapi kenapa respon mereka justru sangat aneh seperti ini? "Kami bawa kamu dan Ruma ke sini, supaya nggak ketahuan Azam." Rahman akhirnya kembali menjelaskan. Ya, Asa dan Ruma sudah mulai menangkap sebuah korelasi. Namun mereka m