Rencana busuk

1002 Kata
Sebuah istana yang sangat megah berbentuk oval yang mengapung diatas hamparan luas tanah yang berdiri diatas ratusan hektar tanah, bangunan istana itu mirip pesawat. Dikelilingi hamparan luas rumput dan hutan pinus dan raman bunga yang luas. Rumah rumah yang berjejer rapi disekitaran luar istana dan terlihat di setiap penjuru istana pos pos keamanan berdiri gagah laksana mercusuar. Pagi pagi sekali Alexander pergi bersama pasukannya menuju utara. Ia hendak melakukan pertemuan ke tiga untuk pemilihan wakil bumi. Sementara itu, Salmandor, Lucios dan amora sudah mempersiapkan rencana dengan matang. "Selagi Alexander tidak ada, kita harus menyingkirkan Quel untuk selama lamanya," ucap Amora geram "Bagaimana dengan putra mahkota?" tanya Lucios menatap Salmandor dan Amora. "Lenyapkan bersama ibunya!" seru Amora hanya berpikir pendek. "Janga, putra Quel aset terbesar kita, Amora!" Salmandor menatap tajam Amora. "Maksud paman?" tanya Amora masih tidak mengerti. "Jika kita lenyapkan putra Quel, kesempatam emas kita akan hilang," jawab Salmandor. Kemudian ia berbisik di telinga Amora dan Lucios mengatakan rencana besarnya. "Hahahaha! paman memang luar biasa, aku setuju dengan ide paman!" seru Lucios. Amora tersenyum miring, ia angguk anggukkan kepalanya. "Aku ikuti permainana paman. Semua aku percayakan pada kalian berdua." "Cepat, tunggu apalagi?" Salmandor memberikan perintah pada Lucios dan beberapa prajurit untuk membuang Quel di hutan larangan. Sementara sang bayi di amankan terlebih dahulu. "Lepaskan aku!" seru Quel berusaha memberontak dari cengkraman Lucios dan Salmandor. "Diam kau wanita rendah!" hardik Amora. "Kalian yang rendah! kalian licik! di mana anakku!!" pekik Quel menendang kaki Salamandor. "Diam! bentak Lucios. Prajurit, siapkan kuda!" perintah Salmandor. "Baik Tuan!" Salmandor dan Lucios terus menyeret tubuh Quel hingga di depan kerajaan. "Kalian kejam! kalian kemanakan putraku!" teriak Quel. Namun teriakannya tidak membuat mereka berhenti menyiksa Quel. Hujan yan deras membuat jeritan Quel nyaris tak terdengar. Tangan Quel di ikat lalu di tarik oleh kuda menuju hutan larangan. Amora yang menunggangi kuda tidak memiliki perasaan sama sekali. Sepanjang perjalanan Quel terjatuh hingga tubuhnya terseret kuda dengan cepat. Sementara itu di belakang Amor, Salmandor dan Lucios tertawa terbahak bahak melihat tubuh Quel penuh noda darah akibat di seret kuda. Mereka tidak memperdulilan hujan yang deras. Sesampainya di hutan, Amora langsung turun dari atas kuda, di ikuti Salmandor dan Lucios. Mereka tertawa melihat Quel yang bersimbah darah mencoba untuk meraih kesadarannya. "Itu akibatnya kalau kau berurusan dengan Amora!" ucap amora lantang. Namun Quel sudah tidak mampu bersuara lagi. Untuk mengangkat wajahnyapun tidak bisa lagi. "Putraku..putraku.." ucap Quel lirih. Ia berusaha bangkit namun dengan cepat kaki Amora menghantam perut Quel. Hingga ia kembali ambruk dengan darah segar mengalir di mulutnya. "Kalian akan mendapat balasannya" ucap Quel berusaha untuk bangun. Ia memaksakan diri demi putranya. "Bermimpilah Quel!" Amora menarik rambut Quel dan membenturkan wajah Quel ke tanah basah berkali kali, hingga ia tak berkutik lagi. "Cepat selesaikan!" seru Salmandor. "Paman, buang dia ke jurang!" Amora membalikkan tubuh Quel dan mengangkat tangannya. Dalam derasnya air hujan Quel masih bisa mendengar dan merasakan tubuhnya di angkat oleh mereka di bawa ke tepi jurang yang curam. "Matilah kau Quel!" seru mereka serempak. "Bunggg!!" Dalam hitungan ketiga tubuh Quel melayang dari atas, terhempas ke dalam jurang. "Ahhhhhhkkkkkkkk!!! Mereka tertawa mendengar jeritan Quel, yang terhempas ke bawah. Mereka meninkmati suara tubuh Quel terbentur pohon dan bebatuan. Detik berikutnya tak ada lagi tetiakan Quel. Yang terdengar hanya suara hujan yang mulai reda. " Selesai, membusuklah kau di sana Quel!" seru Amora senang. "Sebaiknya kita pulang, dan susun rencana kedua," ucap Salmandor menatap kedua keponakannya itu. "Baik paman!" Akhirnya mereka kembali naik kuda dan kembali ke istana. Hutan larangan menjadi saksi bisu kekejaman mereka terhadap Quel. Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di istana. Mereka juga meminta prajurit untuk tidak mengatakan apa yang telah mereka lakukan pada Alexander. Di bawah ancaman mereka para prajurit mengikuti permainan mereka semua. "Bagaimana kondisi bayi itu?" tanya Amora menatap Salmandor yang tengah menggendong bayi Quel. "Sepertinya dia tidur, kau harus siapkan keperluan bayi ini. Jangan sampai dia menangis." Salmandor memberikan bayi itu pada Amora. "Aku tidak mau merawat bayi ini, paman!" seru Amora mundur selangkah. "Amora, dengar! ucap Salmamdor. " Kau harus mau menjadi ibunya, dengan begitu Alexander akan percaya padamu dan tidak akan membuangmu kembali ke istana iblis. Apa kau paham?!" Amora terdiam sejenak, "kau benar paman..kau benar" ucapnya sembari mengambil alih sang bayi dari pangkuan Salmandor. "Dengan adanya bayi ini, Alexander tidak akan mencari perempuan lain. Bahkan jika kita katakan pada Alexander, kalau gadis itu melarikan diri..maka Alexander akan membenci Quel dan tidak akan mencari keberadaannya." Dengan panjang lebar Salmandor menjelaskan semua rencana busuknya pada dua keponakannya itu. "Kau memang hebat paman.." Amora tersenyum, ia menatap wajah sang bayi. "Aku ibumu, sekarang dan selamanya.... Hahahahaha!" ucap Amora di akhiri dengan tertawa terbahak bahak. "Bawa bayi itu ke kamarmu, biar yang lain urusan kami," ucap Lucios. Amora menganggukkan kepala, "baik kak.." Amora melangkahkan kakinya menuju kamar, lalu ia letakkan bayi itu di atas tempat tidur berukuran kingsize. "Diam dan jangan menangis, kalau kau membuatku kesal..maka aku akan menghukummu. Kau paham?" ucap Amora menatap wajah bayi yang masih merah utu. Terbersit kebencian saat melihat bayi itu memiliki wajah yang sama dengan Quel. Tangannya terulur hendak mencengkram sang bayi. Namun ia kembali menarik tangannya teringat semua ucapan Salmandor "Kalau bukan karena Alexander, aku sudah melengapkanmu!" bentak Amora. Kemudian ia berdiri tegap dan melangkahkan kakinya memasukk kamar mandi. Sementara Salmandor dan Lucios tengah menyusun rencana kedua, jika nanti Alexander pulang. Mereka tidak perlu repot dan gagap dalam menjekaskan hilangnya Quel dari istana. Hari ini adalah kemenangan mereka, demi memuaskan nafsu keserakahan untuk menguasai Kerajaan Planedian. *** Sementara itu, jauh di kedalaman jurang yang dalam. Tubuh Quel jatuh ke dalam aliran sungai yang sangat deras. Air sungai itu membawa tubuh Quel menjauh dari dasar jurang menuju sebuah muara yang terdapat di kaki bukit. Apakah Quel masih bisa bertahan, atau malam ini akhir dari hidupnya. Suara hujan dan petir yang bersahutan sesekali memberikan penerangan di bawah aliran sungai. Nampak tubuh Quel terombang ambing dan sesekali membentur bebatuan di tepi sungai. Hinggan tubuhnya terbawa cukuo jauh dan berhenti tersangkut pada sebuah akar pohon yang menjalar ke aliran sungai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN