10. JANGAN LIBATKAN DIA!

1101 Kata
"Jangan ganggu dia Trystan!" teriakan Ratna menghentikan langkah Jason. Tanpa menoleh ke wanita yang sudah meraung itu, Jason berbicara datar, "Aku sudah berjanji padanya untuk mempertemukan kalian dalam sebuah pertunjukan yang menarik. So, persiapkan dirimu. Tidak akan lama lagi, kau akan bertemu dengan anak gadismu yang kau buang." "Dia tidak tau apa-apa, tidak ada kaitannya denganku lagi!" teriak Ratna dan hanya di balas dengan lambaian tangan oleh Jason yang tetap membelakangi pasangan suami istri itu. Jason melanjutkan langkahnya sambil bersiul dan berjalan dengan langkah yang begitu ringan. Memasuki mobilnya dan berlalu di iringi oleh teriakan menggema dari wanita gila yang seperti kesurupan itu. "Trystaannnnn!!!!" ***** Sementara itu di rumah, Lisa yang baru saja pulih dari percobaan bunuh diri kini memulai aksinya lagi dengan mogok makan. Sedari Jason pergi tadi pagi hingga malam ini dia tidak makan. Tidak ada asupan apapun yang masuk ke dalam tubuhnya selain dari infus yang tertancap di tangan kirinya. Jika ditanya apa dia lapar atau tidak, sudah pasti iya, tapi jika menusuk nadi tidak membuatnya mati. Maka mari coba cara lain dengan cara berhenti makan dan minum. Biar dia mati dalam keadaan lapar di rumah orang kaya yang penuh dengan makanan. "Mas Tiar, Ibu, bagaimana keadaan kalian sekarang? Siapa yang merawat ibu?"gumamnya dengan mata berkaca-kaca. Apa Tiar sekarang menyewa perawat lagi? Dari cerita Tiar, dulu sebelum menikah, dia mneyewa satu orang perawat yang juga bertugas menyiapkan makanan sehat untuk ibunya. Soal bersih-bersih rumah, Tiar melakukannya sendiri jika sedang berada di kota. Masalah cucian, mereka sudah langgan pada salah satu penyedia jasa cuci baju. Hanya saja, setelah menikah, Lisa mengatakan bahwa dia saja yang mengurus mertuanya. Dia tidak bekerja, akan percuma dan buang-buang uang saja jika masih menggaji perawat padahal pekerjaan perawat itu bisa di kerjakan oleh Lisa. Jika sekarang Lisa sudah di pisahkan, apa Tiar kembali menyewa perawat?Lalu apa yang sudah terjadi selama dua minggu ini? Apa mereka sibuk mempersiapkan pernikahan? Lisa menangis dalam diam. Kenapa nasibnya sangat malang? Baru empat bulan menjadi istri dan baru merasakan kasih sayang yang sebenarnya. Tiba-tiba penderitaan datang. Jika dia berada disini karena ibunya merebut papinya Cyntia, Kenapa kesalahan ibunya dia yang menanggung? Dia tidak mengenal wanita tu. Lain hal jika dia hidup bersama wanita itu, kan? Lalu apakah Bakhtiar mengetahui alasan Lisa di sini? Apakah Bakhtiar akan tetap menganggap ini hanya karena Cyntia? "Mas Tiar, kenapa takdir kita seperti ini?" ucapnya dalam tangis yang memilukan. Walaupun sudha berusaha meredam suaranya, tetapi tetap saja terdengar hingga maid yang sedang berdiri di depan pintu kamar itu mematung dengan nampan berisi semangkuk bubur di tangannya. Maid bernama Rinde itu memberikan waktu bagi perempuan malang yang di rawatnya itu. Sekali lihat saja, Rinde bisa tahu bahwa perempuan itu adalah perempuan baik-baik. Lisa semakin terisak dan dadanya semakin sesak saat banyangan suaminya akan menjadi mempelai di altar. Lisa juga membayangkan bahwa Tiar dan ibunya sekarang tinggal bersama dan membahas pernikahan ini walau dalam keadaan terpaksa. Lisa tidak tahu bahwa mereka bertiga kini di pisahkan. Dia tidak bisa mengetahui berita apapun mengenai mertua dan suaminya itu. ***** Selama dua puluh tahun, Carlos maupun Ratna tidak pernah menelpon Jason baik melalui ponsel atau telepon kantor. Tapi, sejak kedatangan Jason dan berita penting yang dia sampaikan kemarin di rumah Carlos, pasangan itu berubah menjadi debt kolektor yang sedang kejar tunggakan nasabah. Ponsel Jason tak henti-hentinya berdering bahkan telepon kantor juga. Jason sampai memesankan pada sekretarisnya Lenni untuk tidak menyambungkan panggilan dari orang yang bernama Carlos dan ratna ke telepon di kantornya. Tokk...tokk..tokk Pintu terbuka dan muncul kepala sekretaris seksi bernama Lenni itu. "Pak, ada yang ingin bertemu, belum ada janji tapi maksa mau ketemu sekarang," suaranya mendayu-dayu seperti ada hipnotis di dalamnya. Jason sempat tidak fokus pada apa yang disampaikan oleh Lenni kala melihat belahan d**a dan bibir sensual yang sedang berkomat-kamit itu. Huhhh pasti sedap bila di emut, batin Jason. "Pak...bagaimana, bisa?" ulangnya lagi masih dengan nada mendayu. Matanya yang besar berkedip-kedip saat menunggu jawaban dari Jason. "Ya,, apa tadi? Sorry saya hilang fokus," kata Jason sedikit tersenyum. Mencoba terlihat ramah karena sedang menginginkan sesuatu yang ada pada Lenni. "Ada yang ingin bertemu bapak, belum ada janji, namanya pak Carlos," ulang Lenni seraya menyebut diapa yang sedang tergesa-gesa di luar ingin bertemu Jason. Jason mengangguk sedikit tidak menduga dengan nama pengunjung itu. Ohohhh, berkunjung juga akhirnya. Sepenasaran itu kah? batinnya menyeringai. "Biarkan dia masuk!" titah Jason tegas dan datar. "Baik pak, permisi" "Len,," panggil Jason cepat sebelum Lenni berlalu. Jason tersenyum lagi padahal itu paling jarang terjadi selama menjadi pemimpin disini. Tapi karena sudah sesak dan ingin di keluarkan, akhirnya dia memberikan senjata mautnya pada sekretaris seksi yang pasti sudah paham akan gelagat Jason yang satu ini. "Kosongkan jadwal saya sore ini, kulkas penthouse saya sudah kosong," lanjutnya berusaha datar. "Baik pak," jawab Lenni sambil tersenyum merona karena dia sudah tahu apa maksudnya. Tidak lama, Lenni kembali masuk diikuti seseorang. Jason menyambut orang itu dengan datar. "Keluarlah!" titah Jason pada Lenni usai meletakkan dua botol air mineral di meja sofa di ruangan bosnya. "Ada perlu apa bapak Carlos yang terhormat sampai berkunjung ke kantor saya?" Jason bertanya dengan formal tapi bernada mengejek. Sudah tau dengan jelas tapi masih bertanya. Jason duduk sambil menyilangkan kaki, bersandar di sofa dan merentangkan kedua tanganku. Benar-benar sedang menunjukkan siapa dirinya saat ini. Jason Trystan, sang penguasa. "Tentang poto itu, darimana kamu mendapatkannya?" tanya Carlos langsung tanpa mengomentari sikap angkuh mantan adik iparnya itu. "Rahasia!" "Trystan dengar!" "Tidak mau. Siapa kau makanya aku harus mendengarmu? Seharusnya kau yang harus mendengarkan aku." "Trystan!!" bentaknya seperti seorang ayah. Jason menatapnya datar. Carlos menghela napas dengan kasar. "Trystan, aku dan istriku memulai semuanya tanpa gadis itu. Semua yang terjadi tidak ada kaitan dengannya, bahkan istriku sudah tidak mengingatnya lagi sampai hari kemarin kamu datang." Lisa yang malang, dia benar-benar di lupakan ternyata. "Jangan pernah membawa orang yang tidak terlibat dalam permasalahan kita Trystan. Sudahi dendammu dan mari hidup damai seperti selama ini," lanjut Carlos. Hidup damai? Kapan kita hidup damai? "Aku tidak pernah merasa damai selama ini, kau tau itu Tuan Carlos yang terhormat," ujar Jason seraya mencondongkan badan. Jason menatap Carlos datar dan memancarkan aura dendam membara. "Saya dan istriku minta maaf atas apa yang terjadi dimasa lampau, jika kau belum puas dan masih dendam, balaskan saja pada kami, bukan pada orang lain!" kata Carlos sambil mencondongkan badannya juga. Orang lain? "Aku bukan orang lain pada kakakku dan juga keponakanku, begitupun gadis itu, dia bukan orang lain pada jalanggmu," balas Jason. Dendam telah menutup mata hatinya. Walau Lisa sudah mengatakan bahwa Jason salah sasaran, tapi dia menghiraukan itu dan tetap menganggap Lisa menjadi alat pembalasan dendam untuk Ratna Sulistia yang sudah menghancurkan kakaknya Emily.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN