“Amara!” "Akhirnya, kami bisa melihat lu lagi, Mara!" Si pemilik nama memutar bola mata malas saat mendengar suara teriakan ketiga temannya berlari berhamburan menghampiri dirinya. Amara begitu enggan menganggapi sebab masih mengingat apa yang telah mereka lakukan ketika di Bali. “Amara… gue seneng banget, akhirnya ketemu sama lo di sini.” Angelin memeluk dari samping begitu hangat selayaknya seorang sahabat sejati. Tapi mimik wajah Amara terkihat biasa saja. “Benar Amara, kami kangen banget sama lo, lagian ke mana aja, sih? Di telepon nggak aktif, kami semua panik cariin lo, tau nggak?” Amara menggerak-gerakkan bibir mengikuti gaya bicara Nindy, tanpa membalas antusias mereka sama sekali. Masihkah, mereka mempunyai muka setelah di Bali meninggalkan dirinya begitu saja. Kini bahk