Arkha tersentak saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, lantas ia yang baru saja akan menempelkan kepala ke atas bantal terbangun kembali, saat melihat sang mami berdiri sambil melipat tangan di depan dadanya, sedangkan punggung bersandar ke pinggiran pintu sambal menggelengkan kepala. Lantas mami Sita mengayunkan kaki untuk menekan tombol lampu kamar putra semata wayangnya itu. Ketika cahaya masuk ke indra pelihatnya sontak membuat Arkha seketika meletakkan bantal di depan wajahnya untuk penghalau cahaya. Entah apa yang diinginkan oleh maminya itu malam-malam seperti ini harus mengganggu waktu istirahatnya. Apa belum cukup dari siang Arkha terus saja diperintah-perintah. Termasuk menemani Amara di salon sampai malam. “Ah, Mami ngapain sih, malam-malam ke sini? Bukanya seharusnya tid