Teror2

1106 Kata

Setelah mengantarkanku, lalu Ferdi mengantarkan Nia pulang. Meski awalnya, Nia berniat dan menawarkan diri untuk menamaniku di rumah. Tapi, aku menolaknya secara halus. Saat ini, yang aku butuhkan hanyalah sebuah ketenangan. Sidang pertama tadi membuat otak dan tubuhku sangat lelah. Aku tidak sabar lagi untuk membaringkan tubuh di atas ranjang empukku. [Kak, tolong jangan menyalahkanku atas semua yang telah terjadi. Mas Heru lah yang menawarkan diri padaku. Aku sama sekali tidak pernah menggodanya!] Sebuah pesan masuk ke ponselku, saat aku baru saja akan memejamkan mata. Ranisa, nama pengirim pesan itu. Tentu saja, siapa lagi jika bukan dia. Pelakor yang telah merusak rumah tanggaku. [Kamu juga sangat bersalah, Ranisa. Sejak awal kamu sudah tau bahwa dia adalah suamiku. Kenapa kau m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN