Gara-gara perdebatan sengit antara aku dan Hazel sore hari itu, aku jadi tahu perempuan seperti apa Hazel itu. Ia perempuan tak tahu diri dan selalu merasa benar. Ibu melerai perdebatan kami yang alot dengan mengajak Hazel berdiri dan menunjukkan Hazel tanaman miliknya. Aku masih ingat wajahnya terlihat marah dengan kalimat terakhirku. "Kamu menyumpahi kami mati, mbak?" tanya Hazel dengan ekspresi menahan amarah yang sangat besar. "Mana mungkin?" "Lah tadi mbak bilang semoga kami panjang umur sampai menikah," katanya. "Doa itu kan sama kayak lagu ulang tahun, semoga panjang umur dan sehat selalu," jawabku dengan ringan, "manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang menentukan. Lagi pula hidup bukan milik kita," kataku padanya. "Sudah! Sudah!" lerai ibu mertua pada perdebatan kami, "nak H