"Dasar lemah!" ujarku seraya menyingkirkan tubuh Bima dari atas tubuhku. Ia berguling ke samping kiri seperti lontong sayur. Aku tersenyum miring melihatnya yang ternyata selemah itu. Aku hanya memasukkan satu butir pil obat tidur dan ia sudah tidur bagai mayat. Ah, menyenangkan rasanya jika bisa menipunya. Aku memerhatikan Bima yang sedang terlelap itu dengan seksama, lalu aku tersenyum kecil. Saat aku teringat bagaimana ia mencumbuku, aku merasa sangat mual sekali. Aku gegas menyapukan kedua tanganku ke bagian-bagian tubuhku yang telah ia jamah dengan bibir atau dengan tangannya. Sungguh, aku merasa jijik. "Hoeekk," aku merasa sangat mual. Bagaimana aku bisa bersedia disentuh olehnya jika teringat bagaimana ia menyentuh Hazel? Aku mungkin telah berdosa karena menolak ajakannya untuk be