Kehilangan belahan jiwa

1045 Kata
Bintang menjalankan mobilnya seperti orang kesetanan, ia terus saja menekan klakson berharap pengendara lain segera menyingkir dan memberikan jalan untuknya. Sungguh berita yang tadi disampaikan oleh Dimas, membuatnya tak peduli lagi dengan keadaan sekitar.Bahkan rapat dewan direksi pun ia tinggalkan begitu saja.Pikiranya hanya tertuju pada satu orang yaitu Rindu. "Aku mohon kamu bertahan sayang."Bisiknya dengan lirih.Air matanya terus mengalir saat mendengar kabar yang disampaikan oleh Dimas tadi, jika Rindu mengalami kecelakaan lalu lintas. HIngga akhirnya pria itu tiba di lokasi kecelakaan, kemacetan sudah sangat terasa di sana, ia yang tidak sabar akhirnya memilih memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan berlari kearah lokasi dimana kecelakaan itu terjadi. Tapi sayang, begitu sampai ternyata korban telah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk di lakukan pertolongan pertama. Akhirnya Bintang kembali masuk kedalam mobilnya dan memutar kendaraan roda empat itu menuju rumah sakit. * Pria itu berlarian di koridor rumah sakit menuju ruang IGD yang baginya terasa amat jauh.Pikiranya yang kacau membuatnya tidak fokus hanya untuk mencari ruangan saja, hingga akhirnya ia harus bertanya pada suster yang lewat dan membantunya di antar ke ruangan tersebut. Tubuhnya seketika melemas melihat sang kekasih yang tengah tak sadar dan terbaring di ranjang pesakitan dengan semua peralatan medis yang menempel di sekujur tubuhnya. "Sayang..."Panggil Bintang, ia langsung duduk di kursi samping ranjang Rindu, menggenggam erat tangan wanita yang amat di cintainya itu. "Sayang, Rindu... ini aku, kamu bisa mendengar kan?" ucap Bintang, mencoba membuat wanita itu tersadar. Namun tubuh lemah itu masih tetap memejamkan matanya, sungguh Bintang amat sakit melihat sekujur tubuh Rindu yang penuh dengan luka, tak terbayangkan hantaman kuat yang menerpa Rindu saat kecelakaan itu terjadi. ''Maafkan aku sayang, maaf aku tidak ada di sisimu.Ayo sadarlah kita mulai dari awal aku janji akan ikut kemanapun kamu pergi." ucapnya lagi. Seorang perawat tiba-tiba datang menghampiri Bintang. "Maaf apa ini keluarga pasien?" tanya perawat tersebut. BIntang yang tadinya menunduk dengan tangan Rindu yang ia jadikan penyangga keningnya akhirnya terbangun. "Iya,saya calon suaminya." Balas Bintang. "Dokter mencari wali dari pasien ada yang ingin dibicarakan."Balas perawat itu lagi. "Baiklah, dimana saya bisa menemui dokter?" "Mari ikut saya pak!" Bintang mengikuti kemana perawat itu membawanya, hingga keduanya kini telah sampai di ruangan yan tidak begitu luas, tapi sangat bersih. "Dok ini wali pasien yang mengalami kecelakaan motor tadi." ucap perawat. Dokter itupun kemudian menyuruh Bintang untuk duduk. "Maaf saya bicara dengan siapa dan apa hubungan anda dengan pasien?" tanya sang dokter yang diketahui bernama Dika. "Saya Bintang, saya calon suami dari Rindu, dok."Balasnya. Dokter itu tampak mengangguk. "Bagaimana keadaan calon istri saya, dok?' tanya Bintang lagi penasaran. Dokter Dika tampak menghela napasnya sejenak, kemudian menatap Bintang dengan serius. "Maaf saya harus menyampaikan jika saat ini keadaan pasien sangat kritis. Pasien Rindu mengalami patah tulang pada kaki, hantaman keras juga terjadi pada perut pasien hingga bayi yang di kandungnya tidak bisa di selamatkan akibat bagian rahim yang pecah." Bintang membulatkan kedua matanya, sangat terkejut dengan apa yang barusan Dokter bicarakan. "Apa dok? bayi?" tanya Bintang dengan bingung. Dokter Dika mengangguk. "Ya pasien terdeteksi sedang hamil, tapi mohon maaf janin tersebut sudah hancur dan kami harus segera melakukan operasi untuk mengangkat rahimnya yang sudah pecah akibat hantaman benda keras itu, karena kalau tidak maka nyawa pasien akan terancam."Balas sang dokter lagi. Jatuh sudah air mata Bintang, setelah ia coba tahan-tahan sejak tadi. Belum hilang rasa terkejutnya atas kecelakaan yang menimpa kekasihnya itu, lebih di kejutkan lagi dengan janin yang harus lenyap. "Bayi? Rindu hamil." Bisiknya lirih. Kemudian ia menerawang jauh ke masa lalu dimana saat-saat bahagianya ketika bersama Rindu, Bintang akui pernah melakukan sesuatu yang harusnya tak ia lakukan pada kekasihnya itu. "Berapa kira-kira usia kandunganya, dok?''Tanya Bintang dengan suara yang masih gemetar. ''Usia kandungan pasien di perkirakan sekitar enam minggu."Jawab sang dokter. Lemas sudah tubuh Bintang saat ini, ia sudah yakin sekarang jika janin Rindu adalah miliknya. "Kenapa kamu merahasiakan ini dariku, Rindu?Kenapa?' tanya Bintang dalam hati. "Kami membutuhkan persetujuan anda sebagai wali untuk melakukan tindakan operasi selanjutnya.Apakah anda bersedia?" tanya Dokter Dika kembali pada pembahasan awal, "Baikah dok,lakukan yang terbaik untuk calon istri saya"Balas Bintang dengan berat hati. sungguh saat ini hatinya benar-benar hancur harus melihat sang kekasih dala pesakitanya dan harus kehilangan janin yang baru saja ia ketahui keberadaanya. Perawat kemudian memberikan berkas yang harus di tanda tangani oleh BIntang. Pria itu membaca dengan teliti isi dalam berkas tersebut.Sampai saat dirinya akan membubuhkan tanda tangan, tiba-tiba perawat lain datang tanpa mengetuk pintu dulu. "Dokter, gawat! pasien Rindu mengalami kejang-kejang dan butuh penanganan!' ucapnya. Seketika semua orang yang ada di ruangan itu langsung berdiri termasuk dengan BIntang.Dokter Dika langsung bersiap-menyambar peralatanya dan keluar ruangan di susul oleh dua orang perawat dan juga Bintang. Pria itu memperhatikan Rindu yang sedang ditangani oleh tim medis dari balik kaca jendela. "Rindu... bertahan sayang, Aku mohon."Kata Bintang. "Aku akan balas orang yang membuatmu seperti ini,Rindu. Aku janji." Kata Bintang, sambil mengepalkan tangannya. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. "Halo, selidiki penyebab Rindu mengalami kecelakaan, dan temukan pelakunya secepat mungkin!" perintahnya. (Pelakunya sudah ada di kantor polisi pak, saat ini sedang di tahan) "Apa? Baguslah kalau begitu, jika ada apa-apa dengan kekasihku, Aku tidak akan membiarkannya begitu saja."Bisik Bintang dengan lirih. Lalu tatapannya kembali beralih pada beberapa perawat yang terlihat sangat sibuk berlarian kesana kemari seperti ingin mengambil sesuatu, dan terlihat juga keadaan yang sangat tegang. Hingga Bintang melihat alat deteksi jantung yang tiba-tiba saja berbunyi dan berubah menjadi lurus. Bintang menggeleng-geleng dengan mata yang membulat. "Enggak... Rindu please.. Rindu jangan tinggalin aku Rindu!!'' Teriak Bintang. Seketika tangisnya langsung pecah seiring dengan dokter yang mulai melepaskan peralatan medis dari tubuh wanita itu dan menutup sekujur tubuhnya dengan selimut. ''Rindu... jangan tinggalkan aku, Rindu!"Teriak Bintang. Sementara itu. Seorang pria berseragam polisi tampak membawakan kotak P3K dan memberikannya pada seorang wanita. "Kamu bisa mengobati sendiri?" tanya pria berseragam petugas itu. Wanita itu mengangguk.Perlahan ia mulai mengeluarkan kapas dan membersihkan luka-lukanya sendiri di sana. ia juga mengobati luka tersebut dan menempelkan plester diarea yang terdapat luka. "Kamu yakin jika tabrakan tadi murni kamu yang melakukanya?" tanya petugas polisi yang saat ini tengah menginterogasinya. "Sudah berulang kali saya katakan pak, saya memang sendiri, dan saya gak tahu jika dari arah berlawanan ada motor yang datang dengan kecepatan tinggi.Saya terlalu terkejut dan tidak bisa menghindar."Balasnya. "Kamu tahu tidak akibat kelalaian kamu itu nyawa seseorang melayang." "A-pa?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN