Mengaku

1059 Kata
Bintang menyandarkan kepalanya di pusara Rindu, yang baru setengah jam yang lalu di kebumikan. Air matanya tak berhenti mengalir saat proses pemakaman itu berlangsung hingga selesai. Banyak yang Bintang sesali selama hubungan dirinya dan Rindu belakangan ini. Selama ini ia tidak peka dengan penderitaan gadis yang amat di cintainya itu,juga semua rahasia Rindu yang tidak ia ketahui. "Aku janji akan balaskan semua penderitaanmu,RIndu.Aku Janji kamu dan bayi kita akan mendapatkan keadilan yang seharusnya, dan orang yang sudah membuatmu seperti ini akan mendapatkan balasan yang setimpal."Bisik Bintang sambil mengepalkan tanah merah yang berasal dari makam sang kekasih. Bintang memasukan segenggam tanah merah itu ke dalam sapu tangan dan langsung menyimpan pada saku celana miliknya, Dengan langkah gontai ia langsung meninggalkan area makam dan akan pergi ke suatu tempat. Di ujung jalan Dimas dengan setia menunggui tuan mudanya, membukakan botol air mineral dan memberikannya pada Bintang. "Apa kita akan kesana sekarang,tuan?'Tanya Dimas dengan hati-hati. Bintang meneguk air dalam botol tersebut hingga tandas, lalu melemparnya ke sembarang arah. "Lebih cepat lebih baik, dia harus mendapatkan balasan yang setimpal karena telah membunuh Rindu."Balas Bintang. Pria itu langsung menarik handle pintu dan masuk kedalam mobilnya. Di susul oleh Dimas yang langsung masuk dan duduk di kursi kemudi. Sepenjang perjalanan ke tempat yang di tuju,BIntang membaca satu demi satu berkas yang telah Dimas bawa tadi sebelum ke pemakaman. Bintang melihat baris demi baris informasi mengenai orang yang telah menabrak Rindu hingga kekasihnya itu tewas dengan tatapan dendam. ''Jadi dia hanya seorang pemilik toko kain?" Tanya Bintang dengan tatapan tidak percaya, ia juga melihat satu demi satu foto kegiatan Cahaya sehari-hari dan kendaraan yang sering wanita itu gunakan memang sama persis dengan motor yang menabrak Rindu. "Betul tuan, Cahaya seorang pemilik toko kain kecil, selain itu dia hanya tinggal bersama neneknya,Kedua orang tuanya sudah meninggal.''Balas Dimas. Bintang masih melihat satu demi satu foto-foto Cahaya, dan juga nenek tua renta yang jadi orang tua wanita itu, kemudian tatapannya beralih kembali pada sepeda motor yang telah menewaskan Rindu. "Aku tidak peduli dia kaya, miskin ataupun yatim piatu.Bagiku nyawa harus di bayar dengan nyawa."Kata Bintang lagi. Dendamnya pada Cahaya sudah sampai di ubun-ubun, dan ia sudah tidak sabar melihat rupa wanita yang sudah menabrak kekasihnya itu dari dekat. Keduanya telah tiba di kantor polisi dimana Cahaya di tahan, suasana tampak sepi dari biasanya, mungkin karena ini sudah sore hingga aktifitas di kantor polisi tidak sepadat jam kerja. Bintang langsung menemui pimpinan setempat,untuk mempermudah dirinya bertemu dengan tersangka.Dan karena dirinya adalah putra salah satu pengusaha besar, maka kepala pimpinan kepolisian tersebut langsung menyambutnya dengan ramah. "Tersangka saat ini sedang di introgarsi kembali oleh tim penyidik.Jadi Mas Bintang tidak bisa menemuinya untuk saat ini."Kata kepala pimpinan itu. "Tak apa pak, saya hanya ingin melihat rupa penjahat itu."Balas Bintang. Kemudian kepala pimpinan membawa Bintang ke sebuah ruangan dimana disana ia bisa melihat dengan jelas dalam layar besar bagaimana Cahaya sedang ditanyai oleh polisi.Ia juga bisa mendengar semua percakapan wanita itu dengan petugas yang menanyainya. Apakah saudara sudah mengakui semua perbuatan anda itu nona Cahaya?' tanya petugas. "Saya..." Cahaya tampak terbata-bata saat menjawab pertanyaan itu, ia sampai harus meremas-remas jari-jarinya karena rasa gugup, panik, dan takut berbaur jadi satu. "Semua bukti sudah mengarah pada anda,motor yang anda pakai,dokument yang tertinggal disana, serta CCTV yang terekam saat anda menjalankan motor tersebut dengan kecepatan tinggi.Semua sudah mengarah pada anda."Ucap petuga lagi. Cahaya hanya bisa teridam, ia tidak bisa mengelak atau membantah semuanya. "Iya pak, motor itu memang milik saya.Dan yang mengendarainya juga saya."Jawab Cahaya sedikit lirih. "Apa sudah yakin nona sudah mengakui jika yang menabrak Nona Rindu hingga meninggal aalah anda?"Tanya petuga itu lagi memperjelas,satu orang lagi merekam semua percakapan itu lewat kamera dan laptop juga. "Iya pak, saya mengakui."Jawab Cahaya lagi, sambil memejamkan matanya,seiring buliran bening yang mentes.dari kedua matanya. Beberapa petugas yang mendengarkan semua percakapan Cahaya dan dua anggota polisi dari balik layar itu hanya mengangguk angguk.Mungkin saat ini tugas mereka telah selesai, dan tinggal melimpahkan semua kasus ini ke pengadilan. Bintang kembali mengepalkan tanganya kuat-kuat setelah wanita itu mengakui segala perbuatanya, ia kemudian berbalik badan dan keluar dari ruangan. "Aku pastikan kau tidak akan mudah untuk lepas dari jeruji besi ini, bahkan dalam penjarapun kau akan merasakan hukuman yang lebih berat, hingga teriakanmu akan sampai terdengar ke telingku." Ucap Bintang dalam hati, seiring dirinya yang terus berlalu dan kembali masuk kedalam mobil, lalu meninggalkan kantor polisi. ** Bintang baru saja sampai di rumah besarnya, terlihat di ruang tamu mama dan papanya yang sedang duduk menunggu dirinya, terlihat tatapan marah dari papa Gunawan nya itu.BIntang tahu arti tatapan itu, karena dirinya meninggalkan tanggung jawab kemarin yang harusnya memimpin rapat, malah mengurus Rindu di rumah sakit. ''Sudah puas main-mainnya anak muda? apa kau akan membuat perushaan ini bangkrut dengan sikapmu yang semena-mena?"Tegur Gunawan. Bintang hanya bisa menghela napasnya dengan berat, kemduian menatap sang papa dengan tatapan kecewa. "Rindu meninggal pah, kekasihku mati karena kecelakaan, apakah aku tatap harus meneruskan rapat sialan itu?" Jawab Bintang dengan nada sedikit keras. Gunawan hanya diam, meski ia masih sangat marah dengan sikap pria itu yang sangat semena-mena dengan tanggung jawabnya. "Bagus kalau wanita itu sudah mati, artinya kamu bisa menikahi Via secepatnya."Kata Gunawan. Bintang langsung menatap Gunawan dengan tatapan tajam, ia tidak menduga sama sekali jika orang tuanya sama sekali tidak peduli dengan pesakitan yang ia alami saat ini. "Apa? Papa masih maksa aku untuk menikahi Via? tidak salah?"Tanya Bintang dengan tatapan tidak percaya. "Hanya itu satu-satunya yang bisa Papa dan mama minta untuk menyelamatkan perusahaan."Balas Gunawan yang diangguki oleh sang mama. Bintang menggelengkan kepalanya dan mulai melangkah mundur. "Aku tidak percaya jika kalian menjualku demi kepentingan kalian sendiri.Papa dan mama tega melakukan ini padaku."Ucap Bintang lagi tidak percaya dengan keputusan kedua orang tuanya. "Semua yang kami lakukan demi masa depan kita semua, Bintang.Mengertilah.''Ucap Nyonya Hana, wanita paruh baya yang sedari tadi diam saja akhirnya ikut bersuara. "Enggak,bukan demi masa depan kita tapi demi papa dan mama, Aku tidak termasuk didalamnya.Aku tetap tidak mau menikah dengan Via.Tidak mau!" Teriak pria itu. "PLAK...!" Bintang langsung memegangi sebelah pipinya yang terasa sangat kebas akibat tamparan yang dilayangkan sang papa padanya, bahkan sudut bibirnya sampai mengeluarkan darah akibat tamparan itu. Sementara nyonya Hana menutup mulutnya antara terkejut dan iba melihat sang putra yang di tampar karena melawan. "Jika kamu tidak mau menuruti permintaan kami, maka segera angkat kaki dari rumah ini, kau bukan lagi Bintang putra kami!" Kata Gunawan dengan keras.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN