Bermodalkan tekad yang kuat, hati yang sudah dipersiapkan untuk apa pun yang akan terjadi, kini Arei dan juga Tamara memberanikan diri untuk menghadap Sinta. Akan tetapi, tak menyangka jika ternyata ada Sarah juga di sana. "Kebetulan ada kamu Sarah, biar sekalian aja. Di sini aku membawa Tamara sebagai wanita yang akan aku nikahi setelah menceraikanmu!" ungkap Arei. Perempuan yang tentu menentang kuat ucapan itu, sudah pasti Sinta. Lihat saja wanita paruh baya itu, sedang berdiri tegap dengan mata yang terbuka sempurna. "Istrimu sedang hamil Arei. Perceraian gak akan ada apalagi yang kamu mau nikahi itu perempuan jalang!" lantangnya dengan kuat. "Mas Arei aku lagi hamil kamu tega-teganya mau ceraikan aku? Gak bisa Mas, gak bisa!" sahut Sarah, sudah terlihat ada air mata yang mulai