Bagian 14 Mentari pagi telah menampakkan dirinya. Cahayanya menembus kaca jendela, membuat mata terasa silau saat terkena sinarnya. Mas Ilyas menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Ia menyembunyikan wajahnya dari sinar mentari yang menembus kaca jendela saat aku menyingkap gorden. Aku hanya geleng-geleng kepala menyaksikannya. Mas Ilyas susah sekali untuk bangun subuh padahal sudah beberapa kali kubangunkan. Mas Ilyas jarang sekali menunaikan sholat subuh. Ia mengabaikan panggilkan azan dari mesjid dan lebih memilih melanjutkan tidurnya. "Sandra, tutup lagi dong tirainya. Silau," protes Mas Ilyas. "Udah pagi. Ayo bangun. Memangnya Mas enggak ngsntor?" Mas Ilyas pun segera beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi. Seperti biasa, setelah menyiapkan pakaian kerja Ma