Pintu Lift terbuka mereka tiba di lantai lima belas.
Tap...
Tap...
Tap...
Terdengar suara hentakan high hells Cassandra, langkahnya mendadak terhenti, detak jantungnya berdegup sangat kencang.
Terlintas di benaknya untuk meninggalkan hotel itu dan mengurungkan niatnya untuk bekerja. Saat ia akan berbalik badan tiba tiba tangannya di tahan oleh tangan besar Madam seraya memberikan senyuman untuk meyakinkan Cassandra.
"Are you ok?" ucap Madam sambil menyalipkan rambut Cassandra di samping telinganya.
Cassandra menggeleng pelan, wajahnya tertunduk sambil mengigit bibir bawahnya. Perempuan pemilik tubuh sexi itu sepertinya memiliki firasat yang tak enak, tapi terlanjur terjebak di situasi ini bersama Madam, yang tak kan mungkin membiarkannya pergi dari hotel itu.
"Kamu yakin saja sama aku. Aku jamin kamu akan betah dengan pekerjaan ini." Madam mengangkat dagu Cassandra perlahan dengan tangan kanannya.
Cassandra menghembuskan nafasnya perlahan untuk menghilangkan rasa groginya dan mulai merapikan rambutnya kembali.
Madam kembali melangkahkan kakinya sembari menarik pergelangan tangan Cassandra untuk mengikutinya dari belakang, tak lama Madam terhenti dari langkahnya tepat di depan pintu kamar hotel yang telah di tunggu oleh bos besar.
Pintu terbuka sesaat Madam menelfon seseorang yang tak di kenal oleh Cassandra.
Saat memasuki kamar, mata Cassandra terbelalak terpesona melihat kemewahan interior yang ada di dalam ruangan itu, karpet lembut berbulu tebal yang sda di dalamnya hampir menenggelamkan sepatu berhak tinggi yang ia pakai.
Wajar saja Cassandra bereaksi berlebihan seperti itu, megingat telah empat belas tahun ini ia tak pernah menginjakkan kakinya ke hotel mewah semenjak kebangkrutan yang di alami mendiang ayahnya. Isi ruangan hotel tersebut benar benar membuatnya terpukau dengan apa yang ia lihat saat ini.
Sesuai dengan namanya bos besar, tentu saja kamar yang di pesan president suite dengan pelayanan yang terbaik di hotel tersebut.
Pandangan Cassandra kembali tertuju pada sesosok pria paruh baya yang tengah duduk di atas sofa dan tampak berbincang dengan Madam, dugaannya semakin kuat bahwa itu adalah pemilik perusahaan tempat ia akan bekerja.
"Hei cantik, sini..." Tampak tangan madam melambai pada Cassandra sambil melemparkan senyum manisnya.
Cassandra terdiam dan mengangguk pelan, langkahnya perlahan semakin mendekat dengan Madam dan bos besar, pandangannya tertunduk saat ia telah sampai di hadapan kedua orang yang telah menunggunya.
"Oke Bos, aku tinggal dulu ya. Ingat bos, dia pemula yang belum berpengalaman. Harap pelan pelan ya bos." Madam mengedipkan sebelah matanya pada Bos besar.
Cassandra tersentak kaget, ia tak mengerti apa maksud ucapan Madam. Baru saja dirinya ingin bertanya, sayangnya Madam terlebih dahulu telah berdiri meninggalkannya bersama bos besar tanpa menghiraukannya.
"Jadi, kamu yang bernama Cassandra?" Terdengar suara berat dan tegas dari arah depan Cassandra.
Cassandra mengangguk pelan, pandangannya tertuju ke bawah ia sangat gugup sekali.
"Ternyata sepadan dengan nominal yang saya keluarkan." Lanjut pria itu dengan posisi masih duduk dengan kaki kanan menaiki paha kirinya sambil memegang dagu.
"Jadi, pekerjaan saya sebagai apa Tuan?" tanya Cassandra sambil menyalipkan rambut ke telinganya, tanpa menaikkan pandangan.
Pria itu tampak terkekeh kecil mendengar ucapan perempuan sexi nan menggoda yang ada di hadapannya, ia berdiri dan berjalan ke belakang Cassandra sambil menyentuh rambut indah bergelombangnya sebelum beralih ke wajah cantik nan mulus milik Cassandra.
Mendapat perlakuan seperti itu, Cassandra sontak kaget dan segera bergeser ke samping untuk menghindari bos besar yang sudah menyentuhnya.
"Bahkan kamu masih jual mahal setelah seberapa banyak yang saya keluarkan untuk menikmati panas malam ini bersama tubuh indah ini." Tatapan sinis pun mengarah pada Cassandra yang masih menghindari bos besar yang berusaha ingin menyentuh bagian belakang tubuhnya yang menonjol.
Cassandra kaget mendengar ucapan bos besar dan spontan ia segera berdiri dari duduknya, matanya membulat melihat wajah bos besar yang masih menatapnya sinis.
"Maaf Tuan, apa maksud anda menikmati malam bersama tubuh indah saya?" tanyanya dengan tegas.
"Heh... Jangan berlagak lugu kamu, puaskan saya sekarang juga. Masalah tambahan, akan saya berikan setelah kamu berhasil membuat saya puas." Tatapan bos besar mengarah pada mata Cassandra dengan tajam sambil melepaskan jas yang ia kenakan dan membuka dasinya perlahan.
Lagi lagi Cassandra kaget, jantungnya semakin berdebar, aliran darahnya seolah berhenti menyadari apa yang telah di katakan oleh pria paruh baya itu.
'Astaga, apa yang harus aku lakukan? Ternyata mereka menjebakku untuk menjadi wanita panggilan pria tua ini,' batin Cassandra dengan wajah yang panik.
Pria paruh baya yang umurnya telah memasuki kepala lima itu tiba tiba mendekatinya dengan senyum dan hasratnya yang membakar. Cassandra perlahan mundur untuk menghindari bos besar itu, namun langkahnya terhenti saat kakinya menabrak dinding kamar itu.
Cassandra semakin panik, keringatnya mengucur dari sudut dahinya, nafasnya kian tak beratur melihat bos besar yang kini hanya berjarak satu langkah darinya.
"Mau kemana kamu cantik?" Senyuman sinis itu kembali mengarah pada Cassandra.
Gadis malang itu mencoba berlari, tapi sayang tangannya telah di tahan terlebih dahulu dengan bos besar yang secara brutal menerobos bibir Cassandra yang menawan.
Hampir tak ada jeda dari sang bos besar, ia begitu menikmati bibir manis Cassandra.
Cassandra tampak merasa kesakitan, ia mendorong sekuat tenaga d**a bos besar itu dengan kedua tangannya, tapi tak mampu untuk melepaskan pelukan bos besar yang sudah terlalu b*******h padanya.
Kini dirinya sangat panik hingga menangis. Dan karena merasa hampir kehabisan oksigen, tangannya terus mendorong d**a bos besar itu, setelahnya dengan keberanian yang tersisa, Cassandra menendang kaki pria itu dengan sepatu berhak tinggi yang masih dia kenakan.
Pria itu tampak kesakitan dan melepaskan pelukan serta ciumannya pada Cassandra sambil mengerang kesakitan, mendapat kesempatan itu Cassandra segera berlari menuju pintu kamar untuk segera keluar, tapi sayang pintu itu terkunci otomatis dan yang memegang kunci itu siapa lagi kalau bukan bos besar atau yang lebih pantas di sebut pria tua bajiingan yang sedang berada bersamanya saat itu.
"Sial! Kenapa tidak bisa terbuka. Tolong terbuka..." ucapnya yang tampak panik dengan tangan menggedor gedor pintu yang ada di hadapannya.
Terdengar suara tertawa sinis dari bos besar, dia kembali berjalan mendekati Cassandra. Kali ini Cassandra sudah tak bisa kemana mana, dia terjebak di dalam ruangan besar itu.
Dirinya kembali menangis sambil menyatukan kedua tangan di hadapan laki laki yang di panggil bos besar itu.
"Maafkan saya, Tuan. Saya mohon biarkan saya pergi dari sini," rengek Cassandra memohon pada sang bos besar.
Tak ada suara hanya senyuman sinis yang terlihat di raut bos besar.
Dengan cepat bos besar berjalan mendekati Cassandra sambil membuka seluruh kancing kemejanya, dengan cepat pula Cassandra berusaha berlari.
Tapi sayang sepertinya keberuntungan tak berpihak pada Cassandra.
Belum sempat ia berlari, rambutnya telah di tarik kuat dengan bos besar.
"Aww..." teriak Cassandra kesakitan.
*Flashback Off*