Di sebuah sekolah menengah atas, terlihat seorang gadis yang dengan penuh bersemangat berlarian di koridor sekolah; mencari seseorang. Baru saja tadi dia mendapatkan kabar yang berhubungan dengan sahabat pirangnya, Sarah. Tentang dia yang berpacaran dengan idola para siswi.
"Sarah! Sarah!" teriak Bella ketika berhasil menemukan sang sahabat. "Sarah! Apa benar kau dan Melvin pacaran?"
Sarah Bryant yang dicari sejak tadi oleh Bella pun menoleh. Ia pandangi gadis yang tadi memanggil namanya. Mengabaikan kondisi Bella yang terengah-engah, perlahan senyuman manis pun tercipta di bibirnya. "Iya," jawab Sarah, ia tersipu malu.
"Wah, hebat! Kalian serasi sekali, loh!"
Mau tidak mau semburat tipis mulai hadir memenuhi pipi mulusnya Sarah. "Bella, kamu berlebihan," gerutunya sambil tertawa pelan. "Aku dan dia sama seperti pasangan lain kok, tak ada yang spesial," ucapnya lagi.
Bella semakin tersenyum lebar. Niat awalnya untuk menggoda sang sahabat, secara mendadak berubah ketika ia mengingat salah satu gosip tentang Melvin yang sudah hampir menjamur di sekolah mereka.
"Tapi, Sarah, kau tahu kan kalau Melvin itu Playboy...."
Sarah diam sesaat, dan memikirkan perkataan Bella. Itu memang benar. Dia lalu berucap, "Hm, ya, itu benar kok." Mata berwarna biru safirnya langsung bergerak ke atas, seakan berpikir. "Dia mungkin seperti itu, tapi aku yakin semua orang pasti akan berubah. Begitu pula dengannya."
Sarah tersenyum. "Aku yakin Melvin juga sama, dia pasti akan berubah untukku."
+++++
Tak ada seorang pun yang tak akan patah hati ketika mendengar kabar seseorang yang dicintai telah menjalin hubungan dengan orang lain. Pun begitu dengan yang dilakukan oleh Jake. Dia yang selama ini menyukai Sarah melebihi apa pun di dunia, mendadak tak bisa berbuat apa-apa saat tahu gadis itu telah bersama pemuda lain; yang bukan dirinya.
Kabar itu didapat oleh Jake ketika dia melihat dengan kedua matanya sendiri. Dia melihat pasangan kekasih yang santer dibicarakan oleh penghuni sekolah, terlihat sedang berjalan beriringan ketika tadi Jake pergi menuju kantin.
Jika saja tak ada orang yang lewat di sebelahnya dan orang itu tak mengatakan rumor tersebut, pastilah Jake tak akan percaya bahwa keduanya menjalin kasih.
Sarah adalah cinta pertama Jake, mereka sudah bersahabat sejak keduanya masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Jake selalu melindungi Sarah dengan segenap kemampuan yang ia miliki, bahkan dia tak segan-segan menyerahkan hidupnya untuk menjaga sang gadis.
Namun, apa yang dia dapat? Gadis itu memilih pria lain untuk dijadikannya kekasih.
Apa tuhan sedang bercanda dengannya? Tidak, tidak, tidak seharusnya dia berkata seperti itu tentang penciptanya.
Dengan perasaan sedih, Jake berjalan sendirian menuju gerbang sekolah. Di tangan kanannya terdapat ponsel keluaran lama yang sudah menemaninya selama beberapa tahun. Jake sedang berbalas pesan dengan Tomi, teman sebangkunya yang tahu dengan perasaan cinta Jake terhadap Sarah.
Di tengah rasa sakit hatinya, Tomi masih sempat-sempatnya melontarkan candaan padanya.
"Bagaimana kalau kau cari gadis untuk melupakan Sarah?" Begitulah balasan Tomi kepada Jake, dengan kesal Jake membalas pesan itu. Padahal suasana hatinya sedang tidak baik, dan malah ditambah dengan racauan tidak jelasnya Tomi. Jake kesal setengah mati.
"Seharusnya kau melihat seseorang yang mungkin saja menyukaimu, Jake. Kudengar ada seorang gadis yang menyukai pemuda perjaka yang tak bisa apa-apa sepertimu."
Balasan pesan Tomi kembali membuat Jake berang. Sialan, rutuknya dalam hati. Bisa-bisanya temannya itu mengejeknya di saat dia butuh dukungan karena hatinya yang hancur berantakan? Ingin sekali Jake melempar ponselnya ke tengah lapangan, jika saja dia dengan tak sengaja menabrak seorang gadis hingga terjatuh.
"Astaga! Maafkan aku!" Dengan terburu-buru, Jake membantu sang gadis berdiri. Masih ingat dengan sopan santun, membuatnya tak ikut membantu sang gadis dalam membersihkan pakaian dan roknya yang kotor. "Aku sungguh minta maaf, aku tak melihat dengan benar tadi."
"Ah, emm, tak apa. Saya yang salah karena tidak melihat jalan dengan benar."
Gadis itu sekilas mengingatkan Jake kepada Sarah. Surai pirang dan wajahnya cukup manis, walau tak secantik Sarah. Teringat sang pujaan hati yang ingin dia lupakan, membuat Jake menggelengkan kepalanya berulang kali. Membuat gadis yang berdiri di depannya menjadi kebingungan.
"Aku pertama kali ini melihatmu, kau dari kelas mana?" tanya Jake berbasa-basi.
Gadis itu menunduk seketika, dan pipinya mendadak merona merah. "Aku ... aku dari kelas 3-A yang ada di sebelah kelasmu, Jake," ucapnya malu-malu.
Jake terlihat kaget. "Kau tahu namaku?" tanyanya dengan mata terbelalak. Apa secara tiba-tiba dia mendadak jadi artis terkenal? Hah, itu mustahil, pikirnya.
Gadis itu semakin menunduk, menatap ujung sepatunya. "Aku lebih tahu namamu dari siapa pun," bisiknya pelan. Tapi karena Jake sepertinya tak memahami ucapannya, akhirnya sang gadis mendongak dan menjawab dengan sedikit lantang. "Ya, aku tahu namamu."
Jake sedikit keheranan, tetapi melihat wajah manis sang gadis, hilang sudah sedikit keresahan di hatinya tentang Sarah. "Tapi aku belum tau namamu," ucap Jake polos. "Bagaimana kalau kita kenalan? Namaku Jake Hegner."
Sang gadis menatap uluran tangan Jake selama sesaat, kemudian tersenyum dan membalas jabatan tangan itu. "Aku Sandra ... Sandra Keith."
Dari perkenalan singkat itulah, alur takdir akan membawa keduanya masuk ke dalam lika-liku cerita kehidupan yang teramat menyakitkan.