Hafiz Quran, tuturnya dalam hati. Ia sebetulnya agak malu dengan lelaki itu. Malu kenapa? Yaa bayang kan saja, diusianya ke 29 tahun ini, ia bahkan tak banyak menghafal surat-surat di dalam Quran. Alih-alih sibuk memperbaiki bacaan Quran atau memperbanyak hafalan Quran, ia lebih sibuk berbisnis saja. Untuk urusan akhirat lainnya, ia hanya sibuk soalt dan berbuat baik. Lantas apakah itu cukup untuk bekal akhiratnya? Ia tak yakin menilik dosanya yang menggunung. Apalagi kalau ingat masa lalunya. Pacaran menjadi satu-satunya yang paling ia pikir kan. Walau mungkin saja ia pernah melakukan dosa yang lebih besar dari itu tapi, ia tak terpikir selain pacaran. Apalagi ia pacaran cukup lama. Dan entah kenapa, melihat Izzan malah membuatnya berpikir tentang akhiratnya sendiri. Mungkin karena merasa