DL-13

1114 Kata
“Dalam proses seleksi ini, Letkol Hustings dan Letkol Herbert akan memberikan pembelajaran mengenai psikologis dan mental bagi seorang eksekutor.” Kolonel Horton memberikan penjelasan lagi. “Kalian tahu jika eksekutor di Konstantin Field ini harus memiliki mental dan psikologis yang kuat?” tanya Kolonel Horton kepada semua peserta. “Silahkan dijawab peserta nomor 126,” tunjuk Kolonel Horton kepada peserta tersebut yang cukup kaget. “Si-siap, Pak,” jawab peserta tersebut. “Tenang saja. Rileks. Kita berbincang-bincang santai. Siapa namamu?” tanya Kolonel Horton kepada peserta nomor 126. “Siap, Weasley Boggs,” jawab peserta nomor 126 tersebut. “Apakah benar eksekutor Konstantin Field memerlukan mental dan psikologis yang kuat?” tanya Kolonel Horton. “Siap. Benar, Pak,” jawab Weasley tegas. “Bagus. Kenapa?” lanjut Kolonel Horton, “Kamu peserta 315.” Kolonel Horton menunjuk Morcant yang berada di sebelah Pustin. “Siap. Karena mereka bertugas mengeksekusi mati para narapidana,” jawab Morcant. “Terus? Kenapa dengan tugasnya itu?” Kolonel Horton menguji semua peserta, “Nomor 313.” “Karena mereka harus memiliki mental yang kuat agar tidak terkena post traumatic stress disorder,” jawab Pustin. “Menarik jawabanmu. Siapa namamu, 313?” tanya Kolonel Horton. “Siap, Pustinen Luv.” Pustin menjawab pertanyaan Kolonel Horton dengan tegas. “Kau cukup cerdas dan pintar. Saya suka.” Kolonel Horton memuji jawaban dari Pustin. Namun Pustin justru was-was mendapatkan pujian tersebut. Kolonel meminum kopi yang tersedia di depannya lalu berkata, “mental dan psikologis yang kuat, akan memudahkan para eksekutor melaksanakan tugasnya dengan baik.” “Karena mereka tidak akan melakukan tugasnya sekali saja. Namun berkali-kali dengan cara yang ditentukan oleh pemerintah. Jadi bukan hanya memenggal kepala saja. Kalian jika diterima sebagai eksekutor, harus bisa menggantung narapidana dan memburu mereka menggunakan kuda serta panah,” lanjut Kolonel Horton yang membuat para peserta bergidik ngeri. “Jika memiliki mental dan psikologis yang lemah, para eksekutor akan mengalami post traumatic stress disorder dan bisa membuat mereka gila,” jelas Kolonel Horton lagi. “Baiklah. Cukup berbicara mengenai masalah mental dan psikologis. Sekarang saatnya kita menikmati sarapan. Ayo makan!” ajak Kolonel Horton. Di depan para peserta seleksi dan juga komandan baru mereka ini disajikan aneka makanan lezat. Dan mungkin bagi beberapa orang termasuk Pustin, makanan ini baru pertama kalinya mereka nikmati. Sungguh jamuan yang istimewa. Akan tetapi Pustin tetap memiliki rasa curiga. Ada sesuatu di balik sajian istimewa ini. Acara sarapan pagi bersama sudah selesai. Kemudian dilanjutkan dengan coffee break di sekitar gedung sayap kanan Kirkham. Kolonel Horton hanya sebentar di acara coffee break tersebut. Tidak lama kemudian Letkol Hustings dan Herbert juga mengikutinya. Sebelum mereka beranjak dari acara tersebut, mereka memberitahukan bahwa 30 menit lagi akan dimulai kelas pengenalan masalah mental dan psikologis di tempat yang sudah ditentukan. Waktu untuk belajarpun tiba. Para peserta yang lolos ke babak seleksi berikutnya tersebut akhirnya menuju ke gedung belakang sayap kanan Kirkham. Gedung ini memiliki 2 sisi sayap. Yaitu sayap kanan dan kiri. Di setiap sayap memiliki 3 area. Yaitu depan, tengah dan belakang. Tempat para peserta tidur berada di area tengah. Sementara untuk pelatihan mental dan psikologis, berada di gedung belakang. Para peserta akhirnya sampai di sisi belakang sayap kanan. Mereka memasuki ruangan yang ternyata adalah area taman yang sangat luas dengan tanah berlumpur di sekitarnya. Dan di taman ini sudah terdapat beberapa sasaran tembak dan juga papan-papan kayu yang besar dalam posisi berdiri. Selain itu ada gambar serta foto para penjahat serta orang biasa yang tersebar di sana. Serta pedang dan senjata tajam lainnya yang berjejer di ujung taman tersebut. Tiba-tiba suara Letkol Hustings terdengar dari ujung taman, “Selamat datang para peserta sekalian. Pada pembelajaran kali ini, kalian akan diminta untuk mengambil senjata tajam di ujung sana. Setelah itu penggal boneka dengan gambar foto penjahat sesuai yang diperintahkan oleh Kolonel Horton.” “Siapa yang bisa menyelesaikan waktu tercepat, dia akan lolos dari ujian pertama ini,” lanjut Letkol Hustings yang membuat para peserta cukup optimis bisa melakukannya. “Selama kalian melakukan tes ini, Kami akan memberikan kejutan buat kalian dengan menembakkan peluru dari senjata Gatling ini.” Letkol Hustings memerintahkan 4 orang bawahannya membawa senjata mesin otomatis .50 kaliber dengan kemampuan memuntahkan 1,300 peluru dalam satu menit. Para peserta merasa tes kali ini akan benar-benar membunuh mereka dengan mudah. Suasana yang tadinya santai dan cukup menyenangkan dengan perbincangan serta sarapan yang lezat, seketika berubah menjadi mencekam. Teror Gatling Gun yang berdiri gagah di atas benteng di area taman, membuat para peserta bergidik ngeri. Bahkan untuk menelan ludah saja mereka sudah tidak mampu. Pustin merasakan teror yang ditujukan kepada mereka. Namun dia tidak ingin terlalu terpaku kepada senjata Gatling yang berdiri bak malaikat pencabut nyawa di depan mereka. Pustin memperhatikan sekeliling taman. Pustin menyiapkan strategi dan juga melihat beberapa tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi dari hujaman peluru Gatling tersebut. Dan juga lokasi boneka dengan foto wajah para penjahat yang tersebar. “Peserta nomor 117, Grisham Belfadur. Maju!” teriak Letkol Herbert memanggil salah satu peserta. Grisham sangat kaget mendengar namanya disebut. Pemilihan peserta diacak oleh Kolonel Horton. Dengan gemetar, Grisham berjalan pelan ke posisi yang sudah ditentukan. “Grisham, segera bersiap! Berlarilah dan ambil senjata yang kau inginkan untuk beraksi!” teriak Letkol Hustings. “Tugas kamu memenggal kepala penjahat nomor 5,” teriak Letkol Hustings kemudian. Posisi boneka tersebut berada di sebelah kiri dari tempat mereka berdiri yang berdekatan dengan tempat senjata-senjata tersebut diletakkan. Pustin menilai tugas Grisham cukup mudah. Karena dari posisi tempat senjata tersebut, Grisham bisa langsung menuju ke posisi boneka. Grisham hanya perlu memikirkan cara menuju ke sana. Ketika peluit dibunyikan, Grisham langsung bergegas lari menuju ke tempat senjata-senjata tersebut. Selang beberapa detik kemudian, peluru Gatling dimuntahkan ke arah Grisham. Dan dengan cepat sebagian peluru tersebut mengenai kaki Grisham hingga dia terjerembab ke tanah. Sejurus kemudian Grisham harus tewas setelah peluru-peluru berikutnya menghujam kepala dan tubuh Grisham. Dia tergeletak tidak bernyawa di tengah lapangan. Hal ini membuat peserta lainnya langsung ciut nyalinya. Bahkan 3 orang diantara mereka hendak kabur ke arah pintu masuk. Tetapi ke-3 orang tersebut langsung terkapar setelah mendapatkan tendangan dari beberapa anak buah Kolonel Horton yang ternyata menjaga pintu masuk. Praktis para peserta mau tidak mau harus melakukan tes tersebut. Anak buah Kolonel Horton berada di pintu masuk dengan senapan Mannlicher yang terbidik ke arah mereka. Pilihan mereka adalah lolos dari tes seleksi tersebut. Pustin memperhatikan dengan saksama bagaimana Gatling Gun menembakkan peluru. Mayat Grisham dibawa oleh tim medis yang masuk dari pintu samping. Setelah itu peserta kedua dipanggil. Seperti halnya Grisham, peserta kedua ini ditembak bertubi-tubi dengan peluru dari Gatling Gun. Beberapa peluru tembus ke kaki kanannya dan juga ke paha serta pinggul bagian kiri. Dia akhirnya bisa berlindung di balik papan-papan kayu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN