Malam ini Raline tampil sangat cantik dan anggun, ia mengenakan gaun berwarna hitam yang memiliki potongan dadaa yang rendah, ia membuat apa yang seharusnya tidak terlihat menyembul keluar, dipadupadankan dengan make up natural yang membuat ia semakin tampak segar, apalagi rambut yang ia ikat ke atas menampilkan leher jenjang yang mulus membuat Raline tampak lebih sempurna. Sebenarnya tanpa memakai riasan apa pakaian yang bagus pun orang-orang tetap akan memuji kecantikan Raline karena wanita ini memang memiliki kecantikan alami yang tidak semua wanita miliki, Bukan hanya wajah yang membuat orang terpesona, tetapi juga bentuk tumbuh yang terbentuk dengan indah yang membuat mata enggan untuk berpaling apalagi untuk kaum pria, karena profesi model yang ia jalani selama ini yang membuatnya harus selalu menjaga agar wajah tetap cantik dan tubuh tetap menarik. Mungkin dari semua pria yang ada di dunia yang memandang Raline dengan biasa hanya suami, Xavin, entahlah Raline juga tidak tahu hal itu.
Xavin yang melihat penampilan istrinya malam ini sangat murka, ia tidak suka berbagi apa yang telah menjadi miliknya, ia tidak suka tubuh Raline menjadi bahan tontonan para pria di luar sana apalagi dijadikan objek fantasi liar oleh mereka, apa yang ada dalam tubuh Raline hanya boleh dinikmati oleh dirinya sendiri, ia tidak suka ada orang lain yang menyukainya apalagi menatapnya dengan tatapan menggoda. Pria itu langsung menyuruh istrinya untuk mengganti dengan pakaian yang lebih tertutup, yang tidak menampilkan lekukan tubuh Ralin dari atas sampai bawah. Ia benci kalau istrinya nanti membuat mata para pria tidak berkedip. “Raline, baju apa yang kau pakai itu? Apa kau sengaja ingin memancing para pria di luar dengan pakaian yang kau kenakan? Sekarang kau ganti dengan pakaian yang lebih tertutup yang tidak menampilkan lekukan tubuhmu. Kau harus ingat kau bukan wanita lajang lagi, tak seharusnya kau berpenampilan seperti itu!” ujar Xavin dengan suara tegasnya yang terkesan datar.
Lagi-lagi Xavin membuat Raline kesal, baru beberapa hari menikah, tetapi sudah banyak larangan ini dan itu, masalah pakaian saja diprotes oleh Xavin, padahal dari dulu Raline memang menyukai pakaian seperti ini, menurutnya ia akan lebih menarik jika mengenakan pakain yang lebih terbuka, padahal ini era modern yang sudah sangat wajar kalau para perempuan berpenampilan terbuka lagipula mereka tinggal di budaya barat yang tidak ada larangan tentang cara berpakaian, dan sekarang Xavin mempermasalahkan apa yang Raline kenakan. Sangat menyebalkan. “Xavin, aku memang senang berpakaian seperti ini, lagipula aku tidak menampilkan daerah yang seharusnya tidak terbuka, aku masih berpakaian yang sopan, Xavin. Kau jangan terlalu mengaturku dan melarang aku ini dan itu. Aku benci ketika kau tidak memperbolehkan aku melakukan apa yang aku mau!” Raline dan Xavine memang dua orang yang sama-sama keras kepala, mereka memiiliki pendapat masing-masing yang tidak ingin dibantah.
Xavin meraup wajahnya dengan kesal, ia tidak suka jika Raline terus membantahnya seperti ini, ia langsung menarik istrinya itu ke kamar dan mencari pakaian Grace yang lebih sopan untuk dikenakan. Bagaimana mungkin Raline mengenakan pakaiannya Grace, sementara mereka memiliki selera yang sangat berbeda. Menurut Raline, kalau kakak sepupunya itu tidak pandai dalam memilih pakaian yang mengikuti trend. Setelah menemukan apa yang ia cari, Xavin langsung memberikannya itu kepada Raline. “Sekarang kau ganti dengan pakaian ini, ini lebih pantas kau kenakan daripada pakaianmu yang kurang bahan itu!”
Raline menghela napas kesal dan menatap gaun yang ada di tangan suaminya, gaun itu terlalu tertutup untuk Raline dan bisa dipastikan kalau sangat longgar sehingga tidak bisa membentuk tubuhnya. Ia menggeleng sangat kuat. “Aku tidak mau! Ini bukan seleraku, Xavin, aku tidak mau berpakaian seperti ini, kau harus paham apa yang aku mau.” Kalau terus berdebat seperti ini yang ada sampai pagi pun mereka tidak akan selesai, karena keduanya sam-sama keras kepala. Dua orang yang sama-sama memiliki sifat yang keras memang sulit untuk menyatu.
Xavin langsung menurunkan secara paksa gaun yang ada di tubuh Raline, membuat wanita itu terkejut, tentu saja ia langsung memberontak, tetapi tenaga Xavine jauh lebih besar dari dirinya. Betapa terkejutnya Xavin kalau Raline tidak mengenakan braa, ia menatap istrinya itu dengan tajam. “Raline, kau sengaja ingin menggoda pria lain, hah? Mulai sekarang, kalau kau keluar rumah harus selalu memakai braa, aku tidak mau melihat hal seperti ini lagi.”
Bagaimana mungkin Raline bisa bertahan hidup dengan pria yang memiliki banyak aturan seperti ini? Padahal Raline tidak suka diatur, ia ingim hidup dengan gayanya sendiri, tetapi baru beberapa hari menikah sudah membuat Raline stress, ingin sekali ia menendang suaminya ini ke ujung dunia agar tidak cerewet lagi dalam mengurusi pakaiannya. “Gaun aku tadi tidak cocok untuk pakai braa, Xav. Kau ini hidup di zaman kapan sampai tidak tahu fashion?” ujar Raline dengan kesal.
Xavin langsung mencari braa dalam lemari pakaiannya Raline dan ia kenakan kepada istrinya itu karena Raline sama sekali tidak bergerak. “Sekarang pakai gaun ini. Ini perintah, Raline. Tidak ada bantahan.”
Raline mengembuskan matanya dengan kasar. Mau tidak mau ia pun mengenakan pakaian itu, dan ia melihat penampilannya terlihat bukan seperti Raline sama sekali, kemudian ia langsung berdiri depan cermin dan ia sangat terkejut dengan pakaiannya, gaun berwarna hitam di bawah lutut yang longgar dan sama sekali tidak terbuka. Ini yakin gaun pesta? Astaga seleranya Grace dan Xavin sangat kuno sekali. “Xavin, kau rela lihat istrimu berpakaian seperti ini?”
Xavin langsung menghampiri istrinya itu lalu berbisik. “Aku lebih enggak rela kalau berbagi apa yang aku miliki.” Xavin memengang dadaanya Raline. “Ini milikku, aku tidak suka ada orang lain yang melihatnya. Apa yang ada di tubuhmu adalah milikku dan aku tidak suka denganku.”
Kau egois, Xavin, kau hanya ingin memiliki tubuhku, tetapi kau tidak ingin memberikan hatimu untukku.
Xavin langsung memiringkan wajahnya, lalu ia pun mencium istrinya dengan tempo yang pelan, kemudian menjadi lebih berhasrat. Raline membuka mulutnya dan memberikan akses kepada Xavine untuk menjelajah lebih dalam, ia selalu lemah dengan sentuhan Xavin yang sangat memabukkan, pria ini sangat pandai membuat Raline mendesah. Ia pun mengangkat Raline ke atas meja rias, kemudian semakin memperdalam ciuman itu, hingga bibir Raline turun dan ke leher dan ia hendak menggigit tetapi langsung ditahan oleh Raline. “Xav, kita mau ke pesta, kau jangan bikin kissmark. Aku tidak mau orang-orang menatapku aneh.”
Pria itu pun menghentikan ciuman itu dan ia menahan hasratnya yang sudah sangat b*******h. “Oke, tunggu nanti setelah kita pulang.”
Raline pun mendelik dan turun dari meja rias itu dan memperbaiki riasannya yang sudah acak-acakan karena ulang sang suami. “Dasar m***m!”
Tiba-tiba Xavin pun melepaskan kunciran rambut Raline. “Bahkan leher ini adalah milikku, aku tidak suka berbagi.”
Raline berbalik badan dan menatap Xavin. “Oh god, aku baru tahu kalau orangnya sangat amat menyebalkan.”
Xavin menyeringai. “Salah satu risiko jadi Nyony Addison, kalau kau masuk dalam kehidupanku, berarti kau harus ikuti semua permainanku.” Xavin mengecup bibir istrinya itu sekilas. “Ayo berangkat, nanti kita telat.”
Raline pun menghela napas kesal dan ia meraih tasnya di atas meja. “Aku penasaran tentang perasaan Grace bertahun-tahun hidup denganmu, pasti dia sangat stress.”
Xavin merangkul istrinya itu dengan posesif dan mereka segera ke mobil dan berangkat ke tempat acara. “Bukan stress, tapi aku selalu buat dia mendesah di bawahku.”
“Kau ini sangat m***m, Xavin.”
“Hanya ke istriku, kalau sama wanita lain itu baru salah.”
“Terserahlah, setiap aku berdebat denganmu aku pasti kalah.”
“Nah itu kau tahu, daripada kau buang-buang tenaga, lebih baik kau langsung menuruti semua yang aku katakan.”
Setelah sampai di mobil, Xavin langsung ke jok pengemudi dan Raline di sebelahnya. Entah Raline harus senang atau sedih berada di samping Xavin seperti, ia senang karena bisa memiliki pria yang ia cintai sejak dulu, tapi ia sedih ketika mengingat fakta bahwa ia hanyalah istri kedua dan suaminya hanya mencintai Grace.
***
“Selamat malam semua,” ujar Xavin untuk memberikan kata sambutan selauku CEO perusahaan ini, dan di sebelahnya ia merangkul istrinya itu dengan posesif. “Terima kasih sudah hadir hadir dalam pesta ulang tahun Ads Corp yang ke 50 tahun, dalam hal ini saya juga ingin menyampaikan bahwa wanita yang di sebelahku adalah Raline, istri keduaku.” Sebenarnya tanpa Xavin sebutkan namanya juga orang-orang sudah mengetahui kalau wanita itu adalah Raline, seorang model yang terkenal, tetapi mereka terkejut karena Raline adalah istrinya Xavin, lebih tepatnya istri kedua karena Grace dan Xavin belum bercerai.
Setelah memberikan pengumuman singkat itu, Xavin langsung menghampiri para rekannya, sedangkan Raline izin ke toilet karena panggilan alam. Saat ia keluar dari toilet tiba-tiba ada seseorang yang sedang menunggunya di depan toilet. Ia tidak kenal dengan pria ini, jadi Raline tidak berniat meladeninya, tapi saat Raline hendak melangkah tiba-tiba ia mengeluarkan suara dan Raline pun mengurungkan niatnya. “Kau model yang sangat terkenal, bahkan kau wanita yang diidam-idamkan oleh para pria, tetapi kau memilih untuk menjadi istri kedua? Apa kau serendah itu?”
Raline mengernyitkan keningnya, ia benci dengan pria yang sok tahu dan menyebalkan seperti ini. Kenal saja tidak tetapi bisa-bisanya ia berkata seperti itu. “Kau ini siapa? Kenapa tiba-tiab berkomentar seperti tahu tentang kehidupanku.”
“Kenapa kau harus menikah dengannya? Padahal kau bisa saja menikah denganku dan aku akan menjadikanmu satu-satunya,” ujar pria itu dengan begitu percaya dirinya.
Raline hendak melangkah karena ia malas meladeni pria tidak bermoral seperti ini, tetapi langkahnya terhenti karena pria itu langsung menghimpitnya di tembok yang membuat tidak ada jarak di antara mereka. Dengan sigap, Raline langsung menendang organ vital pria itu dengan high heels 12 cm yang ia kenakan, tidak peduli pria itu merintih kesakitan, Raline pun langsung Kembali ke tempat acara, dan mengajak suaminya untuk menjauh dari rekan kerjanya sebentar. “Xav, aku hampir dilecehkan oleh seorang pria.”
“Di mana?” Rahang Xavin mengeras, ia tida suka kalau miliknya diganggu.
“Depan toilet.”
Xavin langsung menarik istrinya itu ke toiet untuk melihat siapa yang berani-beraninya mengganggu Raline, ternyata itu Richard, Finance Manager perusahaan milik Xavin ini. Ia pun langsung berbisik kepada pria yang masih berjongkok karena kesakitan itu. “Mulai besok kau tidak perlu datang bekerja lagi, aku tidak suka ada orang yang mengganggu milikku. Kau bisa temui HRD untuk ambil pesangonmu.”
Richard terkejut atas ucapan atasannya itu. “Saya minta maaf.”
Namun, Xavin bukan orang semudah itu menerima maaf, ia pun langsung meninggalkan tempat itu seraya merangkul sang istri. “Sekarang kita pulang.”
“Kenapa buru-buru?”
“Sepertinya kau masih syok dengan kejadian tadi, aku tidak mau kau tidak fokus, lebih baik kita pulang.”
Setelah berpamitan kepada para tamu, mereka pun langsung pulang.
***