Part 4

1424 Kata
'Sial! Seharusnya aku sekarang sudah ada di kamar dengan ditemani wanitaku yang saat ini sedang tak tak sadarkan diri di kamarku,' batin Arnold merutuk. Tapi nyatanya ia harus menghadapi makhluk yang sialnya adalah Orland Greyson selaku kembarannya sendiri, entah ada angin apa dia mengunjungi kediamannya. ‘s**t!! Dasar pengganggu!’ Arnold terus menggerutu tentang kembarannya yang saat ini sedang berada di hadapannya kini. "Mau apa kau ke sini?" Ucap Arnold sinis, agar Orland tau kalau kehadirannya itu mengganggu. "Memang kenapa? Aku hanya ingin mengunjungi saudaraku, memang salah? Atau jangan-jangan kau menyembunyikan sesuatu dari saudaramu ini? Atau kau menyembunyikan seseorang atau bahkan wanita di kamarmu?" Orland menengok ke arah pintu di lantai dua yang tertutup dan memandanginya dengan tatapan curiga, lalu ia berjalan ke arah pintu itu, tapi saat Orland ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba Arnold menghalanginya. "Jangan berani-berani masuk ke rumahku seenaknya," larang Arnold. "Kenapa?" Orland mengernyitkan dahi lalu melanjutkan, "apakah dugaanku benar? Kau menyimpan wanitamu di dalam sana?" Arnold yang ditanya seperti itu menjadi tergagap, karena kembarannya itu tau bahwa Arnold mana pernah membawa wanita yang sering ditidurinya masuk ke rumahnya, karena rumahnya adalah privasinya. Jadi Orland sempat kaget dengan dugaan dia sendiri, tapi dia harus memastikan sekarang. "Ti-dak ada siapa-siapa di dalam sana, sebaiknya kau pergi sekarang, mama pasti mencarimu." Arnold mencoba mengalihkan pembicaraan, mamanya memang sangat menyayangi Orland daripada dirinya, apalagi sekarang mamanya sedang sekarat di rumah sakit sejak papanya meninggal, tapi Arnold tidak pernah sekalipun menjenguk mamanya, karena dia sadar, dia tidak dibutuhkan di samping mamanya. Karena dia adalah sebuah kesalahan. "Oh Mama? Sekarang dia sudah agak membaik, sebaiknya kau sering-seringlah menjenguknya." Orland menepuk pundak Arnold, "dan aku juga harus memastikan sesuatu terlebih dahulu." Orland meneruskan langkahnya ke arah pintu tadi, kali ini Arnold hanya diam mengikuti, dia memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari kembarannya, tentang dia yang seorang mafia, hanya kembarannya yang tau. Orland memasuki kamar Arnold tapi tidak mendapati apapun di dalam sana. Sedangkan Arnold? Dia hanya bisa berdiri diam di ambang pintu sambil memandang ke dalam kamar dan tercengang ketika mendapati wanitanya telah hilang. ‘Sial, dimana dia?’ Batin Arnold sambil melangkah menjauhi kamar, karena dia menduga bahwa wanitanya kabur dengan memanjat jendela kamarnya yang memang sangat gampang untuk dilompati, karena tembok di bawah jendelanya berbentuk undakan yang bahkan anak kecil pun bisa turun dari sana, kalaupun dia kabur lewat balkon, itu mustahil, karena di bawah balkon tidak ada apapun selain pelataran yang berada di bawah sana. Sedangkan Orland, ia mengobrak-abrik seluruh ruangan di kamar itu, mulai dari ruang kerja Arnold sampai walk in closet yang berada tepat di samping kamar mandi hingga pada akhirnya hanya menyisakan kamar mandi yang belum dia periksa karena pintunya terkunci. Jadi Orland berpendapat bahwa ada sesuatu di dalam sana, rasa penasaran Orland memuncak, lalu diambilnya sebuah kursi bundar di meja rias dan dia menggunakannya untuk mendobrak kamar mandi tersebut dati luar. Pintu terbuka dengan engsel yang terlepas dari tempatnya, sontak Orland langsung kaget saat mendapati sesosok wanita di dalam kamar mandi dengan keadaan tangan terendam air di dalam bath up dan posisi tubuh yang tidak nyaman menurut Orland, karena tubuhnya tergeletak menyamping di dekat bath up. Orland lalu menghampiri wanita itu, setelah dirasa sudah dekat dia melihat air di dalam bath up tersebut berwarna merah. Melihat hal itu, Orland langsung membopong wanita itu keluar kamar, karena jika tidak maka gadis yang dibawanya kini akan kehabisan darah dan kemungkinan terburuknya bisa saja meninggal dunia. Orland berlari tergesa-gesa menuruni anak tangga, "Arnold.. Arnold.," sesekali dia memanggil Arnold. Arnold yang saat itu sedang berada di luar rumah, langsung masuk ke dalam dan siap mengomeli Orland karena sudah mengganggu (lagi) pencariannya terhadap wanitanya. "Ada apa? Aku sedang mencari wani-" Arnold terkesiap kaget saat melihat ke arah seseorang yang saat ini sedang digendong oleh Orland, lalu dengan segera ia mengambil alih wanita itu dari gendongan Orland dan segera berlari ke arah mobilnya lalu meletakkan wanitanya di kursi belakang. Tak menunggu waktu lama dengan segera Arnold melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Arnold segera membawa wanitanya itu ke ruang IGD dan meminta dokter agar segera menanganinya, dia berani membayar berapapun biayanya asalkan wanitanya segera diperiksa dan memastikan bahwa wanitanya harus selamat bagaimana pun caranya. Setelah Fey masuk ke dalam ruang IGD, Arnold hanya bisa menunggu hasil pemeriksaan di ruang tunggu dengan hati berdegup kencang. Arnold merasa khawatir dengan keadaan Fey saat ini, entah kenapa sikapnya ini seolah-olah tidak mau ditinggalkan oleh Fey, perasaan ini pernah ia rasakan saat mamanya diberitahukan kritis di rumah sakit dan kini dia merasakannya lagi pada seorang wanita yang bahkan baru saja dikenalnya. Gadis yang baru saja ia jadikan wanitanya, baru saja memikat hati Arnold tanpa disadarinya. Arnold menunggu sangat lama di ruang tunggu, sampai seketika dokter keluar dari ruangan dan berjalan ke arah Arnold. Tanpa diminta, dokter itu segera memberitahukan kepada Arnold tentang keadaan Fey saat ini. "Dia mencoba bunuh diri dengan menyayat nadinya, menjadikannya kehilangan banyak darah, beruntungnya rumah sakit ini masih ada stok darah yang cocok." Jelas dokter, lalu Arnold yang sedari tadi diam mulai berucap "bagaimana keadaannya saat ini?" Terlihat dari raut wajah Arnold yang sangat khawatir dan ketakutan, jelas saja dia takut, tanpa sadar Fey menjadi wanita terpenting di hidupnya setelah mamanya tentunya. Dokter tersenyum simpul. "Dia baik-baik saja hanya tinggal menunggu dia sadar, mungkin bapak harus benar-benar menjaga istri bapak, mungkin dia sedikit frustasi, sehingga memutuskan bunuh diri." ‘Istri? Yang benar saja.' "Bapak bisa mengunjunginya setelah istri bapak dipindahkan ke ruang rawat inap, kalau begitu saya permisi." Dokter tersebut kemudian berlalu dari hadapan Arnold. *** Fey sudah dipindahkan ke ruang rawat inap dan saat ini Arnold tengah berdiri kaku di samping ranjang yang ditiduri Fey, ia memandang nanar ke arah Fey. Hanya terdengar suara detik jarum jam dan deru nafas dari keduanya yang melingkupi ruangan tersebut. Arnold tetap masih pada posisinya, sedangkan Fey tetap dengan ketidak sadarannya. Arnold mengambil kursi di samping ranjang dan mendudukinya sambil terus menatap ke arah Fey, setelah cukup puas menatap wajah cantik nan pucat Fey, Arnold menggenggam tangan kanan Fey yang tidak diberi infus, ia juga mengelus bekas sayatan di tangan kanannya. Secara perlahan kedua mata Fey mulai terbuka pelan, meski pandangannya masih terasa kabur tapi dia tetap berusaha untuk membuka matanya. Hal yang dia lihat pertama kalinya yang pasti adalah langit-langit kamar rawat inapnya, lalu mulai membelokkan matanya ke arah samping kanan dan bertumbuklah mata itu dengan hazel mata abu-abu yang dimiliki seorang pria yang kini sedang menggenggam tangannya erat tanpa ada niat menyakiti. Tangannya yang besar terasa pas dengan tangan Fey yang mungil, seakan-akan tangan itu memang diciptakan untuk selalu menggandeng tangannya, hangat, nyaman dan Fey merasa terlindungi lewat genggaman tangan tersebut. Sampai seketika Fey kembali tersadar, pria yang ada di sampingnya kini, pria yang saat ini menggenggam tangannya, pria yang memberikan kenyamanan lewat tatapan matanya ini adalah pria yang sama, pria yang sudah merenggut kesuciannya, pria yang mampu membuat dirinya merasa malu jika keluarganya tau, pria b******k, pria biadab, bahkan rasa aman dan nyaman yang diberikan pada Fey seolah-olah kalah dengan rasa benci yang telah terpendam jauh di lubuk hati Fey yang terdalam. Fey membenci pria ini, meski ia tau Fey juga sangat menyukai kedekatan ini, tapi ego menang menang menguasai hati dan pikiran Fey, sehingga dengan terbata-bata Fey melepaskan tangannya dari genggaman pria ini dan memalingkan wajahnya ke arah lain, supaya dia tak dapat melihat wajah pria yang saat ini melihatnya dengan tatapan sendu. ‘Aku tidak butuh tatapan kasihan darimu.’ batin Fey menjerit, setelah melihat tatapan tersebut. "Hey! Lihat sini," Arnold menarik dagu Fey agar menghadap kepadanya, "kenapa kau lakukan ini?" Arnold mengusap pipi Fey dengan lembut. Namun seketika tatapan lembutnya berubah menjadi seringaian jahat. "Apa kau membenciku? Bagus! Itu yang kumau, dengan begitu kau takkan jatuh cinta padaku jika aku melakukan hal itu lagi kepadamu, karena kau hanyalah salah satu wanitaku," Arnold berkata sinis, tapi lain di mulut lain pula di hati, hatinya merasa lega bahwa Fey telah sadar. Tapi egonya telah menguasai semuanya, sehingga dia dengan kasar mengucapkan kata-kata itu. Fey menangis terisak saat mendengar perkataan Arnold. Fey salah menduga akan tatapan Arnold tadi. ‘Aku hanya wanita simpanannya,' batinnya berkata miris. "Kalau begitu beristirahatlah dengan tenang sayang," Arnold mengecup kening Fey, lalu melanjutkan "jika kau sekali lagi berusaha bunuh diri, aku pastikan kau takkan pernah tenang, meski kau sudah mati, karena aku tau semua tentangmu sayang, entah apa yang akan aku lakukan nanti pada keluargamu," lalu Arnold pergi meninggalkan Fey sendiri. Sedangkan Fey terus menangis terisak meratapi nasibnya yang ke depannya akan dipenuhi penyiksaan dan kehancuran bagi dirinya sendiri. Karena dia harus menjadi wanita simpanan Arnold.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN