Part 9

1022 Kata
Kini seluruh orang orangku telah kukerahkan untuk melacak keberadaan anak buahku yang telah tertangkap dan tengah berada dalam masa interogasi di sana. Tak butuh waktu lama, kini seluruh data yang kuperlukan telah ada di tanganku. Gotcha! Hanya dengan meretas beberapa data kepolisian yang ada di sana, kini aku telah mendapatkan seluruh informasi yang kubutuhkan. Tidak sulit untuk sekedar meretas data-data kepolisian, karena memang pada dasarnya aku adalah seorang hacker. Drttt... Drttt... "Bagaimana?" "Salah satu orang kami telah berhasil menyelinap masuk ke dalam kantor kepolisian setempat, dan dia kini telah mengatur strategi untuk bisa membebaskan anak buah anda." "Bagus, bermainlah dengan rapi jangan sampai mereka mengetahui identitas kita." "Baik tuan!" Seketika senyum sinis terukir disudut bibir Arnold, ia tak menyangka bahwa keberuntungan masih mau berpihak padanya. Sungguh kebetulan yang manis. 'Terima kasih Orland, berkatmu kini masalahku akan cepat teratasi.' *** Dilain tempat seorang petugas kepolisian tampak tengah menginterogasi salah seorang pengedar narkoba yang berhasil diringkusnya kemarin. Polisi tersebut dibuat geram dengan kebungkaman pengedar tersebut, hingga ia memutuskan keluar dan memanggil salah satu temannya untuk menginterogasi pengedar tersebut. "Mengapa kau bisa tertangkap?" Pengedar yang bernama Fredy itu langsung mendongakkan kepalanya mendapati pertanyaan terebut. "Tenanglah aku akan membantumu keluar dari sini." pria paruh baya yang menyamar sebagai anggota kepolisian itu pun hanya tersenyum misterius, membuat Freddy menatapnya ragu. "Benarkah kau akan membebaskanku?" "Kau meragukanku? Aku salah satu orang dari Tn. Arnold, dia menyuruhku menyelinap untuk membebaskanmu." lagi-lagi senyuman tanpa arti terukir di bibirnya. "Baiklah ikuti instruksiku," lanjutnya. *** "Seorang pengedar narkoba yang kemarin tertangkap di Jakarta telah berhasil diringkus oleh pihak kepolisian setempat. Akan tetapi sangat disayangkan hingga sampai saat ini polisi masih belum mendapat petunjuk apa pun, dikarenakan kebungkaman pengedar yang diketahui bernama Fredy tersebut." "Hingga sebuah berita mengejutkan baru saja kami dapatkan dari tempat pengasingan pengguna maupun pengedar narkoba, yakni bahwa pengedar yang bernama Freddy baru saja berhasil meloloskan diri. Dan ketika polisi mencoba untuk mengepung pengedar tersebut, secara tiba-tiba dari arah yang berlawanan sebuah peluru ditembakkan tepat ke arah pengedar tersebut yang menyebabkan pengedar tersebut langsung mati di tempat. Berikut cuplikannya!" Gema suara berita internasional dari siaran televisi tersebut membuat senyum Arnold mengembang. Kini semua masalah telah selesai, dan hama itu telah dilenyapkan. Tak akan ada lagi yang bisa membongkar kedoknya, dan ia akhirnya bisa kembali bermain dengan pelacurnya. "Arnold tadi aku melihat berita bahwa salah seorang pengedar baru saja mati tertembak saat meloloskan diri dari pengasingan di Indonesia." Senyum yang semula terkembang di bibir Arnold langsung lenyap saat Orland datang dan digantikan dengan raut wajah datar serta tatapan sinisnya yang ditujukan untuk Orland. "Bukan urusanmu." sahutnya tak acuh yang langsung memfokuskan pandangannya pada layar televisi yang masih menyala. "Arnold! Aku saudaramu, tentu aku mencemaskanmu. Sampai kapan kau akan terus berkecimpung dalam dunia hitam ini? Sampai kau tertangkap? Bahkan anak buahmu telah tertangkap dan mati, bagaimana mungkin kau masih duduk tenang di sini?" Orland dibuat geram dengan tingkah laku Arnold yang seakan tidak memperdulikan keselamatannya. "Aku yang membunuhnya." "Maksudmu?" "Aku menyuruh salah satu anak buahku untuk menyusup dan membebaskan anak buahku yang tertangkap di sana, setelah itu aku menyuruh mereka untuk menembaknya ketika telah berhasil melarikan diri. Dengan begitu, publik akan mengira bahwa yang melakukan penembakan adalah pihak kepolisian, dan bisnisku akan aman." "Bagaimana bisa kau melakukan itu semua?" "Itu semua berkatmu. Aku meretes data kepolisian di sana dengan bantuan informasi dari temanmu tanpa dia menyadarinya." Setelah mengucapkan hal itu, Arnold langsung bergegas untuk kembali ke rumah pribadinya. Padahal baru tiga hari dia tidak bertemu dengan Fey, entah mengapa ia sangat merindukan gadis itu. Merindukan ekspresi marah dan bencinya yang selalu ditujukan pada Arnold, merindukan cakaran gadis itu saat Arnold akan menyetubuhinya, merindukan untuk membelai seluruh tubuh gadis itu tanpa terlewat sedikit pun, dan tentunya ia sangat merindukan kejantanannya yang akan terbenam seluruhnya di dalam pusat inti gadis itu. Arghh.. hanya dengan memikirkan semua itu mampu membuat Arnold mengerang frustasi mendapati bahwa celananya sudah mengembang sesak meminta untuk segera dibebaskan. Dengan kecepatan penuh akhirnya Arnold mengendarai mobil sportnya membelah jalanan New York yang tidak pernah mati meski pun hari telah menunjukkan pukul 3:30 AM. *** 'Aku harus kabur! Aku harus kabur,' Fey berjalan bolak-balik di samping tempat tidurnya sambil menggigiti kukunya, hal yang selalu dilakukannya saat ia panik seperti saat ini. 'Apa yang harus kulakukan? Berpikir Fey, ayo berpikir,' akhirnya Fey memutuskan untuk menengok ke arah jendela, dan mendapati bodyguard yang berjaga di bawah tengah asyik bermain kartu. 'Apa aku harus kabur lewat jendela?' setelah beberapa saat menimang-nimang akhirnya Fey memutuskan untuk menunggu sampai penjaga tersebut tertidur. Fey menengok jam di dinding dan mendapati jam telah menunjukkan pukul 02:50 AM. Bahkan para bodyguard yang berjaga di depan telah tertidur. Dengan sangat hati-hati Fey membuka jendela yang ada di kamarnya dengan menggunakan pisau. Beruntung, tidak lama kemudian usaha Fey untuk membuka jendela tersebut tidak sia-sia, jendela tersebut berhasil terbuka dan Fey segera keluar dengan mengendap-endap melewati halaman depan menuju ke arah gerbang depan. Setelah tiba di gerbang depan, Fey segera berlari sejauh mungkin melewati jalan beraspal yang sepi. Letak rumah Arnold yang jauh dari rumah lain, membuat Fey merasa was-was saat harus berlari di jalan yang sepi seorang diri. Fey terus berlari dan berlari, sesekali ia berhenti dan membungkukkan badannya untuk mengatur napasnya yang tersengal akibat terus berlari tanpa henti. Bahkan Fey sudah mulai merasakan perih di telapak kakinya yang mungkin terluka akibat terus berlari tanpa menggunakan alas kaki. Ketika masih menundukkan badannya , dari arah berlawanan tampak sebuah cahaya lampu yang terasa menyilaukan pandangan Fey sejenak. Dan tanpa berpikir panjang Fey segera melambaikan tangannya pada mobil tersebut agar ia bisa mendapatkan tumpangan. Karena yang ada di pikiran Fey saat ini hanyalah ingin segera pergi menjauh dan terbebas dari kungkungan b******n yang bernama Arnold, belum lagi kakinya yang terluka membuatnya tidak bisa untuk berjalan atau pun berlari lebih jauh lagi. Ketika mobil tersebut akhirnya menghentikan lajunya, dengan cepat Fey memasuki mobil tersebut dan langsung menghela napas lega karena merasa telah terbebas dari Arnold. "Terima kasih sudah menolongku." ucap Fey pada pengemudi tanpa melihat wajahnya dan masih berusaha menormalkan napasnya yang tersengal. Sang pengemudi hanya diam dan perlahan mengembangkan seringai di bibir sexy-nya. "Keluar dari lubang buaya dan memasuki kandang singa heh?" 'Suara ini..,'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN