Aku dan Kuroda-san langsung menuju ke TKP setelah salah seorang petugas yang disuruh inspektur Oogaki menyusul Kuroda-san ke rumahnya.
Awalnya Kuroda-san melarangku untuk ikut bersamanya tapi, aku menolak. Bukan hanya karena aku penasaran dengan kejadian di Masaki klinik, tapi karena aku juga sudah ikut tergabung dalam tim penyidik itu atas perintah inspektur Oogaki langsung. Dan aku tidak bisa mengabaikan hal semacam ini begitu saja.
Setibanya di sana, kami melihat bagaimana hancurnya klinik itu. Beruntung tidak ada banyak korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Hanya, beberapa orang perawat jaga malam dan seorang dokter juga beberapa pasien yang terluka parah.
"Bagaimana dengan rekaman cctv-nya?" Kuroda-san bertanya pada inspektur Oogaki setelah tim evakuasi membawa seluruh korban ke dalam ambulans.
"Soal itu...."
Inspektur Oogaki seperti enggan untuk menunjukannya, wajah yang biasanya terlihat tenang pun kali itu terlihat sedikit lelah dan marah saat pria berusia hampir lima puluh tahun itu menunjuk pada salah satu tiang listrik di seberang jalan, di mana ada sebuah cctv yang hancur.
"Pintar...." gumam Kuroda-san.
Sementara Kuroda-san sibuk berbicara dengan inspektur Oogaki, aku memilih untuk menyusuri TKP. Mungkin dengan begitu aku bisa menemukan sesuatu dan membuatnya menjadi bukti kuat untuk kecurigaanku.
Tapi sial, cukup lama aku ada di dalam sana dan tidak menemukan apapun kecuali reruntuhan bangunan dan asap tebal sisa kebakaran. Saat aku keluar, aku melihat inspektur Oogaki dan Kuroda-san seperti membicarakan sesuatu yang sangat serius, bahkan saat aku mendekat ke arah mereka pun, butuh beberapa lama sampai salah satu dari mereka menyadari keberadaanku.
"Kau dari mana, Iharasi?" Tanya inspektur Oogaki saat sadar dengan penampilanku yang penuh debu.
"Kupikir, aku bisa menemukan sesuatu di dalam sana tapi...,"
"Kau pulanglah, biar aku dan inspektur Oogaki yang memeriksa TKP setelah ini." Ujar Kuroda-san sambil menaruh sesuatu pada saku celanaku kemudian dia pergi bersama inspektur Oogaki, masuk ke dalam sebuah mobil dan aku tidak tahu mereka akan melakukan apa.
Setelah mereka menghilang dari jarak pandangku, aku segera merogoh saku celana yang kupakai dan menemukan sebuah kunci di dalam sana. Sebuah kunci yang diberikan Kuroda-san tadi.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tidur. Karena ada kehidupan lain dalam tubuhku, aku jadi sangat mudah lelah dan mengantuk.
Malam tadi, setelah aku ditinggalkan Kuroda-san dan inspektur Oogaki di TKP, aku memilih kembali ke tempat yang kurasa lebih dekat dengan kantor dan itu adalah rumah milik Kuroda Shouhei.
Sebenarnya aku sudah bangun sejak tadi. Saat aku mendengar seseorang masuk ke dalam rumah ini.
Aku bahkan sudah sadar, saat orang itu duduk di sisi ranjang dan memainkan rambutku, mengelusi perutku dengan sangat perlahan.
Mungkin aku tidak bisa melihat siapa orang yang melakukan itu padaku karena sejak aku sadar, aku sama sekali tidak membuka mataku sedikit pun dan memilih menunggu. Hanya saja, semakin lama aku menunggu, perlakuan orang itu semakin lembut padaku. Aku bahkan bisa merasakan saat bibirnya menyentuh keningku, aku dapat merasakan bagaimana wanginya dia.
Ya, wangi yang sama sekali tidak membuatku merasakan morning sickness seperti ysetiap pagi kurasakan. Wangi tubuh yang sama yang membuat nafsu makanku muncul seketika.
Itu aroma tubuh milik Kuroda Shouhei, ayah dari anak yang sedang kukandung sekarang.
Tapi tiba-tiba, aroma tubuh itu menjauh, sampai aku tidak lagi merasakan sentuhan-sentuhan yang sejak tadi dia lakukan.
Merasa penasaran, perlahan, aku membuka mataku saat aku mendengar suara ngeongan kucing memenuhi hampir seluruh rumah.
Spontan aku langsung bangun dan duduk di atas ranjang sambil memegang selimut. Ketakutanku pada kucing membuatku seperti dikejar beruang ganas yang siap memakan ku hidup-hidup.
"Kau kenapa?" Tanya Kuroda-san sambil menutup pintu ruangan di mana semalam dia mengunci seluruh kucing miliknya di dalam sana.
"Ku-kuroda-san?" Ucapku panik saat aku sadar kalau di rumah ini bukan hanya ada aku sendirian. Jadi sejak semalam, aku tidur bersama kucing-kucing itu? Mengerikan!
"Apa tidurmu nyenyak semalam? Maaf, aku hanya kembali untuk memberi makan mereka."
"Ti-tidak masalah tapi...," aku langsung turun dari ranjang dan berjalan menghampiri pria yang penampilannya tidak berubah sejak kami berpisah tadi malam, "apa kalian menemukan sesuatu?" tanyaku penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Kuroda-san malah diam. Menatapku dingin seperti biasa, cukup lama dia memandangku sebelum akhirnya mengangkat tangan untuk mengelus kepalaku. Lagi....
"Akan kubuatkan kau sesuatu sebelum aku pergi ke kantor lagi."
"Eh?"
Ada apa dengannya? Dia malah berjalan sangat santai menuju ke dapur, mengambil sebuah teko dan mengisinya dengan air kemudian memasaknya di atas api. Setelah itu dia mulai mengeluarkan sebuah wajan dan beberapa butir telur dari dalam lemari es, juga beberapa lembar roti tawar yang dia olesi dengan butter lalu memanggangnya sebentar sebelum menaruhnya di atas piring. Setelah airnya mendidih pun, dia mulai mencari teh di rak atas, menyeduhnya kemudian menaruh masakan itu di atas meja.
"Kemarilah, dan makan." Ucapnya lalu mulai memakai jas yang sejak tadi tersampir pada salah satu bangku di meja makan.
"Kau sudah mau pergi...?"
"Aku harus kembali ke kantor, ada yang harus kukerjakan."
"Apa? Kalau begitu aku ik-"
"Tidak, kau tetap di sini."
"Hei, aku juga bertanggung jawab atas kasus itu!" aku membentak, "kau tidak bisa seenaknya menyuruhku tinggal di sini sementara kau dan inspektur Oogaki bekerja. Aku sudah bekerja di bidang ini cukup lama dan aku tidak mungkin meniggalkan kasus seperti ini di tengah jalan setelah aku mendapatkan bukti yang mengarahkan kita pada perusahaan pharmasi keluarga Saotomi. Lagipula bukanya kau sendiri mengatakan kalau aku harus membuktikan teori yang kuberikan padamu di depan Inoe-san waktu itu?"
Sial.
Pria yang biasanya akan langsung menjawabku dengan pembantahan seperti biasanya, kali ini hanya diam dan menatapku tanpa ekspresi.
Aku tahu wajah itu memang seperti itu dan tidak berubah sedikitpun tapi, aku tidak bisa mengikuti perintahnya sekarang. Aku ingin membuktikan padanya kalau apa yang kuselidiki tentang perusahan pharmasi milik keluarga Saotomi adalah dalang dibalik semua ini.
"Yang memintamu tergabung dalam tim penyidik hanya inspektur Oogaki, bukan aku. Jadi sebagai atasanmu aku berhak melarangmu untuk kembali ikut campur dalam kasus ini lagi."
"Aku menolak!" Ucapku lantang. Aku bisa merasakan bagaimana emosiku sedang naik ke ubun-ubun sekarang. Berhadapan dengan pria ini sama saja seperti aku bicara dengan anak kecil yang hanya mau menang sendiri, bahkan dia tidak bisa kalau pun aku berkata tentang sesuatu yang menyenangkan atau sekedar menyogoknya dengan sebungkus permen, pria ini akan tetap kukuh pada kata-katanya.
"Kalau kau tetap pergi, aku tidak akan segan untuk benar-benar memecatmu dari satuan."
"Ap-! Kenapa, kau melakukan itu padaku?!"
"Kesalahanmu adalah melanggar kode etik untuk mematuhi atasanmu. Dan kapanpun aku mau, aku bisa mengeluarkanmu dengan alasan seklise apapun."
"Aku sama sekali tidak melakukan itu. Terserah kalau kau ingin mengeluarkanku dari kesatuan atau pun dari pekerjaanku, aku tidak peduli. Dan maaf, karena aku masih terikat kontrak dengan pekerjaanku sekarang jadi, aku permisi!"
"Jangan coba-coba pergi dari rumah ini satu langkah pun, Iharasi Sousuke."
"Apa sebenarnya masalahmu?!" sekali lagi aku membentak, "aku sudah bekerja sebaik yang aku mampu, melakukan pekerjaanku tanpa cacat sedikit pun meski aku hanya seorang Omega! Tapi kenapa kau selalu meragukan kualitas kerjaku untuk hal-hal yang tidak perlu! sebenci itukah kau padaku Kuroda Shouhei?!"
Diam....
Pria ini hanya diam seperti.yang selalu dia lakukan.
"Kalau memang kau membenciku sangat banyak, bencilah semaumu. Lakukan apapun yang kau inginkan denganku setelah aku selesai dengan semua ini." ucapku penuh penekanan. Tapi saat aku mencoba untuk melenggang pergi, Kuroda-san menarik tanganku dan menatapku penuh rasa marah.
"Aku tidak perduli apa yang ada di kepalamu tapi, aku akan tetap ikut dalam ti-"
"Saotomi Chika meninggal tadi malam."
"...?!"
_