Waktu itu, saat sedang mengerjakan laporan bulanan yang diminta Kuroda-san tiba-tiba heat-ku datang dan aku tidak bisa mengendalikan diri sama sekali.
Periodku datang setiap lima kali dalam empat bulan di penghujung tanggalan. Padahal seharusnya jika seperti itu aku akan meminum suppressant yang kudapat dari dokter untuk menekan siklus heat-ku jadi sedikit mundur dari yang seharusnya sampai aku bisa kembali ke rumah dan meminta Kuji melakukan tugasnya.
Tapi sialnya, supressant yang kuminum sama sekali tidak bekerja dan aku sudah ada dipuncak waktu itu, aku benar-benar butuh seorang alpha untuk membantuku. Hanya saja, tidak ada siapapun di kantor, hanya aku dan aku tidak bisa berbuat apapun dengan itu.
Satu-satunya cara agar aku bisa lepas dari siklus heat-ku saat itu adalah dengan menservis diriku sendiri. Dan ruangan yang tertutup di sana hanyalah milik Kuroda-san.
Aku bisa merasakan bagaimana napasku memburu seperti orang kehabisan oksigen saat itu, dan aku yakin kalau feromon yang kukeluarkan sangat menyengat untuk mengundang seorang Alpha m***m di luar sana.
Meskipun aku tahu disaat seperti itu aku tidak bisa melakukan apapun sendirian tapi, aku harus tetap melakukannya kalau aku tidak ingin berakhir di UGD sebuah rumah sakit karena dehidrasi dan kelelahan, tentu saja beberapa alasan lainnya yang hanya dimiliki seorang pasien Omega.
Dan sialnya, saat aku sedang di tengah kegiatan, tiba-tiba Kuroda Shouhei datang dan menemukanku dalam kondisi menyedihkan.
Awalnya dia menutup hidungnya karena feromon kuat yang kukeluarkan memenuhi seluruh ruangan itu, karena siapapun tahu, tidak ada Alpha yang menyukai bau feromon Omega kecuali dia adalah pasangannya. Tapi saat aku mendesah ke arahnya, merangkak padanya sambil memohon untuk ditiduri, dan Kuroda-san tidak menolaknya sama sekali.
Kupikir malam itu kami hanya akan melakukan one night stand seperti yang selalu para Alpha lakukan untuk memuaskan nafsu s*x nya pada Omega. Tapi aku salah, Kuroda-san malah mengikatku dan memuntahkan banyak sekali s****a miliknya di dalam tubuhku.
Setelah itu, aku segera pergi dengan rasa sakit yang tidak hilang selama beberapa hari. Dan selama itu juga, Kuroda-san tidak mengatakan apapun tentang apa yang dia lakukan padaku malam itu. Mungkin dia pikir karena aku seorang Omega dan orang yang selalu berseberangan denganya, dia merasa kalau apa yang dia lakukan itu pantas untuk memberiku pelajaran.
Sialnya, aku melupakan masa heat-ku setelah itu, hingga aku sadar kalau aku sedang hamil.
Mungkin aku sangat luar biasa mengatakan kalau anak yang sedang kukandung ini adalah anaknya Kuroda Shouhei, tapi aku yakin itu seratus persen karena selama aku melakukan s*x dengan Kuji, dia tidak pernah lupa untuk memakai pengaman setiap kali kami berhubungan.
Karena aku sadar kalau bukan hanya aku tapi, dia juga tidak ingin terikat dengan seseorang hanya karena seorang anak.
Lagipula, tidak pernah ada seorang Alpha yang berani mengikat Omega dalam satu kali berhubungan tanpa alasan. Hanya saja ... sampai detik ini aku tidak bisa mendapatkan alasan kenapa Kuroda Shouhei mengikatku sebagai Mate-nya.
Entahlah....
Aku mungkin penasaran dengan alasannya melakukan itu, tapi yang membuatku kaget sekarang adalah, Kuroda Shouhei bicara seolah anak yang sedang kukandung ini adalah anak yang sangat dia inginkan.
Air di dalam teko yang dia masak sudah mendidih dan menimbulkan bunyi nyaring sangat keras tapi, Kuroda-san masih melihatku diam setelah pertanyaannya tak mendapat jawaban dari mulutku.
"Duduklah, akan kubuatkan kau sesuatu." Perintahnya mengalihkan.
"Tidak usah, aku harus pulang...," ucapku lemah, "lagipula, di sini ada kucing aku tidak bis-"
"Mereka tidak akan mengganggumu. Ruangan itu cukup besar dan semua keperluan untuk mereka sudah ada di dalam sana, jadi kau tidak perlu takut kalau mereka akan keluar dan berkeliaran di sini."
Kuroda-san mungkin sedang mencoba menahanku agar tidak pergi dari sana tapi, bukan hanya itu alasannya.
Alasan sebenarnya adalah, aku tidak ingin berada lebih dekat dengan orang ini lebih dari jarak lima meter.
"Aku...,"
"Akan kubuatkan kau makanan, lagipula aku ingin tahu kenapa kau mencurigai perusahaan pharmasi keluarga Saotomi?"
"Huh?"
"Aku tahu kau mencurigai perusahaan keluarga itu setelah mendengar mantan kekasihmu mengatakan kalau seharian ini mengantar pacarnya Chika Saotomi pergi ke perusahan penyedia air dan beberapa rumah sakit."
Apa pria ini bisa tahu isi kepalaku atau dia hanya pandai membaca gestur tubuh yang kuberikan saat di kereta tadi?
Benar ... saat Kuji mengatakan kalau dia habis mengantar Saotomi Chika ke dua tempat itu, kepalaku sempat berpikir kalau semua kejadian ini ada sangkut pautnya dengan perusahaan pharmasi keluarga itu. Karena dari data yang diperoleh, perusahaan Saotomi memproduksi banyak sekali obat untuk dipasok ke rumah sakit dan beberapa obat anti kanker yang baru saja mereka kembangkan sementara dari korban yang dikatakan Inoe-san tadi siang, mereka juga mengalami kanker kulit yang cukup parah.
Hanya saja aku tidak memiliki banyak bukti untuk mengatakan kalau perusahaan itu bersalah.
"Saotomi Chika adalah lulusan terbaik universitas pharmasi di Australia. Ada banyak sekali catatan yang kudapat selama dia mengenyam pendidikan di sana." Ucap Kuroda-san setelah mengeluarkan beberapa jenis sayuran dan satu kotak daging giling dari dalam kulkas. Sambil terus bicara, Kuroda-san mulai memotong bahan makanan yang dia punya dan memasaknya segera.
Aku tidak tahu kalau dia pandai melakukan pekerjaan rumah serumit memasak begitu.
"Kau suka miso isi tahu?" Tanyanya tiba-tiba.
"Itu ... aku suka makanan apapun tapi, aku tak yakin bisa memakannya. Karena sejak pagi setiap aku mencium bau masakan perutku sudah sangat mual."
Mendengarku bicara begitu, Kuroda-san menghentikan kegiatannya. Dia kembali menatapku tanpa bicara membuatku menelan ludah untuk kesekian kalinya. "K-kenapa...?"
"Tidak," jawabnya singkat lalu kembali melanjutkan kegiatannya.
Apa-apaan itu ... dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kenapa sikapnya begitu.
Aku tidak suka berada di sini. Meski sekarang kami terikat, tapi aku tidak suka berada di tempat penuh dengan bau-nya begini.
Ya ... hampir seluruh ruangan ini penuh dengan aroma tubuh Kuroda-san, aku bahkan tidak dapat mencium bau masakan sama sekali.
Padahal Kuroda-san sedang memasak di depan mataku, seharusnya aku sudah merasa mual dan muntah-muntah seperti tadi siang tapi, kali ini tidak ada yang seperti itu.
Beberapa menit berlalu sampai Kuroda-san selesai dengan beberapa jenis masakan lalu menyuguhkannya padaku di atas meja makan.
Makanan sederhana sih, tapi aku cukup kagum pada diriku sendiri karena aku tidak muntah sampai detik ini.
"Makanlah. Kalau kau merasa mual dengannya, akan kubuatkan makanan lain."
"Maaf kalau aku merepotkan."
"Tidak."
Lagi....
Kuroda Shouhei menjawab semua ocehanku sangat datar. Dengan wajah sedigin es yang selalu dia perlihatkan.
Aku bukan orang dengan kemampuan luar biasa yang bisa membaca pikiran orang lain, karena itu aku tidak bisa mengatakan apa yang sedang ada dipikirannya sekarang.
Dia manusia yang tidak pernah bisa diprediksi kelakuannya.
"Eh?"
"Ada apa?"
"Sup-nya, enak...."
Luar biasa. Aku yang sejak tadi pagi tidak bisa makan kecuali beberapa potong biskuit, sekarang dengan mudah aku bisa makan makanan yang ada di hadapanku ini.
"Syukurlah kalau kau tidak mual dengan itu." Ucapnya mulai ikut makan.
Tidak ada percakapan yang kami lakukan selama kami sibuk mengunyah. Aku mungkin canggung dengan suasana kami sekarang tentu saja dengan dia yang tetap mempertahankan wajah kaku seperti itu. Sementara aku, juga sudah sibuk menikmati makanan yang dibuat olehnya.
"Biar aku yang mencucinya." Cegahku saat Kuroda-san mulai membawa piring dan mangkuk bekas ke wash basin.
"Tidak perlu, kau carilah tempat yang nyaman. Aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu setelah aku selesaikan ini."
Itu katanya dan sialnya, aku tidak bisa menolak perintah tersebut.
Aku berjalan menjauh dari area dapur dan berjalan ke arah di mana ada satu set sofa beserta beberapa rak buku dan sebuah tv layar lebar yang sangat besar, bersebelahan dengan ranjang yang mungkin itu milik Kuroda-san.
Dia bilang kalau aku harus mencari tempat nyaman untukku sendiri, bukan? Jadi aku memilih duduk pada salah satu sisi sofa tersebut sambil menunggu dia membereskan semuanya.
Sikapnya benar-benar berbeda saat kami berada di kantor. Pria kasar dengan sikapnya yang berat sebelah padaku hampir setiap hari itu tidak kutemukan di rumah ini.
Sejujurnya ... kalau aku harus bilang, aku sama sekali tidak membenci Kuroda Shouhei. Tapi yang kubenci adalah sikapnya yang selalu memandang rendah aku yang seorang Omega.
Aku tahu dia punya pribadi yang baik dibalik sikapnya yang demikian tapi, aku tidak akan pernah lupa bagaimana caranya mengatakan kalau aku hanya akan mengganggu orang lain dengan aku yang selalu mengalami masa heat.
Aku akui kalau apa yang dia katakan itu benar. Aku yang seorang Omega tidak akan pernah bisa melepaskan masa heat seperti itu meskipun aku sudah punya cara untuk menanganinya dengan baik tapi tetap saja, feromon kuatku untuk memperoleh Alpha tidak bisa membuat para Alpha yang bekerja di sekitarku terus berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Aku sadar ... aku bahkan sangat sadar saat orang tuaku menentang keinginanku untuk mengikuti pelatihan di akademi kepolisian waktu itu tapi, pria ini, dia mengatakan sesuatu yang kutahu adalah beban terberat dalam hidupku di tengah rapat elit divisi.
Waktu itu semua orang berkumpul, bahkan komisaris besar pun ada di sana untuk rapat tersebut. Awalnya semuanya baik-baik saja tapi, saat dia naik ke podium untuk mengatakan perkembangan divisi penyidik, dengan lantang dia mengatakan kalau dia tidak menginginkanku ada di sana karena aku yang seorang Omega.
Aku tahu dia atasanku. Dia juga bekerja di sana sudah jauh lebih lama daripadaku. Tapi, dia benar-benar meremehkan kemampuanku yang pernah bekerja pada kantor pusat di Tokyo.
Pria ini membuatku tidak menyukainya sejak saat itu. Selain dia selalu memandangku sebelah mata, dia juga seperti sangat tidak suka pada apapun yang kulakukan dan seolah dia ingin menyingkirkanku dari divisi itu secepat yang dia bisa.
Tapi lihat sekarang....
Aku malah sedang mengandung anak dari Alpha yang menyebalkan seperti itu.
"Aku pernah dengar dari Inoe kalau orang yang sedang hamil selalu ingin makan makanan asam jadi, aku membeli ini tadi sebelum pulang."
"Eh...?"
Kuroda-san menaruh sepiring buah naga putih di atas meja dan segelas air dingin untukku, setelah itu dia kembali berjalan ke dapur untuk mengambil sebuah cangkir yang kemudian dia teguk perlahan di sana.
Aku tidak percaya dia melakukan ini. Membeli sesuatu seperti ini yang belum tentu aku bisa memakannya. Lagipula apa itu...?
Tadi dia bilang sesuatu tentang Inoe-san, jadi maksudnya ... kalau dia ingin membicarakan sesuatu dengan Inoe-san tadi sore itu adalah tentang ini? Tapi untuk apa...?
"Kenapa kau melakukan ini?"
"Apanya?"
"Kenapa kau peduli? Padahal kau tahu kalau bisa saja aku membuang anak ini."
Sial, kenapa tiba-tiba suaraku serak seperti berusaha menahan tangis. Ada apa denganku? Perasanku tiba-tiba meleleh seperti ini.
Apa karena anak ini? Tidak ... tidak mungkin, aku tidak mungkin mengalami hal seperti itu. Sudah cukup morning sickness saja yang kualami, tidak dengan mood swing seperti ini.
"Jadi kau ingin membuangnya?"
Air mataku tiba-tiba jatuh saat mendengar Kuroda-san bicara demikian. Aku tidak bisa melihat bagaimana wajahku sekarang tapi, aku bisa melihat bagaimana pria itu menatapku masih dengan sepasang mata sedingin es. Tatapan yang sama yang mempermalukanku di depan umum dulu.
"Aku...,"
"Bagaimana caranya kau membuang anak itu? Mengaborsinya? Atau kau akan melahirkannya dulu baru setelah itu memberikannya pada panti asuhan atau melemparkannya ke tempat sampah?"
"Ti-tidak, itu...."
"Oh, atau kau akan menenggelamkannya ke sungai?"
"Tidak...."
"Kalau begitu memotongnya jadi beberapa bagian lalu membuangnya ke lubang kloset untuk menghilangkan jejak?"
"Tidak...."
"Lalu apa? Memberikannya pada sekawanan anj-"
"Kubilang tidak! tidak! dan tidak akan pernah kulakukan hal semengerikan itu pada anakku sendiri!"
Sial. Intonasiku naik beberapa oktav.
Aku seperti sedang berteriak padanya, dengan napas terengah dan keringat dingin yang merembes perlahan dari kepalaku.
Sementara dia, hanya memandangku diam dengan cangkir yang masih dia pegang.
Bodoh. Mana mungkin aku melakukan hal sekejam itu meski aku tidak mengiginkan anak ini sekalipun. Aku memang berpikir untuk mengaborsinya tapi, tidak dengan membuangnya ke tempat sampah, melemparkannya ke sungai, ataupun mencincangnya lalu membuangnya ke dalam kloset.
Aku tidak sekejam itu....
"Aku...,"
"Aku tahu, kau tidak akan melakukan semua atau salah satu dari itu...."
Hangat....
Aku merasakan pinggangku sangat hangat dengan sepasang tangan terlingkar di sana. Juga wajah Kuroda-san yang menempel sempurna pada perutku. Posisinya yang berjongkok membuatnya dengan mudah berada sejajar dengan itu, sementara aku ... aku seperti orang bodoh yang hanya diam dan merasakan sentuhan itu.
Ini pertama kalinya dalam seumur hidupku, aku diperlakukan semanis ini oleh seorang Alpha. Bahkan Kuji yang selalu berlaku baik padaku saja tidak pernah memelukku seperti ini.
Ini sungguh....
Masih dengan mata yang berlinang, perlahan aku mengangkat tanganku untuk mencoba menyentuh rambutnya yang sekelam malam tapi tiba-tiba, seseorang menggedor pintu rumah itu sangat keras sambil memanggil Kuroda-san.
"Kuroda-san! Anda di dalam? Kuroda-san?"
Teriak pria di luar sana sangat keras, membuat Kuroda-san berhenti memelukku, pun denganku yang urung menyentuh kepalanya.
"Siapa yang datang...?" Tanyanya dengan nada sangat pelan.
Aku menggeleng diam. Meski aku juga penasaran dengan orang di luar sana tapi, satu bagian dari diriku merasa kalau aku kecewa karena tidak berhasil menyentuh kepala Kuroda-san.
"Kuroda-san! Terjadi pengeboman di Masaki Klinik! Inspektur Oogaki meminta anda untuk datang sekarang juga ke sana!"
_