Aksa hampir saja menyerah. Entah sudah berapa kali ia mengetuk pintu yang salah. Dan entar berapa rumah yang ia sambangi. Dan untuk saat ini, ia berharap pintu yang kini ia ketuk adalah rumah ayahnya. Bangunan kokoh berbentuk joglo dengan dinding-dinding kayu yang menggelap. Namun seketika membuat Aksa tersenyum kecut, saat pemilik rumah membukakan pintu. Sosok lelaki paruh baya yang tak ia kenal. "Oh, Maaf tuan, saya sedang mencari keberadaan ayah saya yang sudah belasan tahun pergi." Ucap Aksa dengan nada yang sangat menyedihkan. Sebenarnya tidak menyedihkan seperti itu, hanya saja wajahnya tampak begitu tak bersemangat dan penuh kekecewaan. Berbeda dari pemilik rumah sebelum-sebelumnya, yang akan menampakkan wajah tidak suka atau bahkan mengusir mereka. Kali ini, pemilik rumah ters