Di tempat lain, seorang laki laki tua tampak menahan geram pada seorang laki laki yang duduk di depannya. "Kau bodoh." Teriaknya penuh kekecewaan. "Kau menjadi Patih bukan untuk bersenang senang di belakangku." Tambahnya dengan nada meninggi. Sedangkan lelaki yang ditatapnya hanya diam menunduk. Seolah sadar akan kesalahannya. Segala makian keluar dengan sadisnya. Namun seolah sudah terbiasa, lelaki yang di marahi bahkan hanya diam tak menjawab. Tak sekalipun menyela. "Jika sampai Dhaka keluar dari istana ini, habislah kita." Lanjutnya dengan nafas tersengal menahan emosi. "Bagaimana anak ingusan itu bisa mengenali kakeknya?" Ucapnya masih dengan nada kesal setengah mati. "Aku hanya membawanya ke penjara tanpa memasuki ruang tahanan ayah." Jelas Patih yang sama sekali tak membantunya