Aksa masih mengamati dinding dinding gelap di lorong tersebut. Meskipun sekarang bukanlah malam hari, Namun tempat itu hanya mendapat penerangan dari beberapa obor yang tertempel di dinding. Obor yang dipasang di setiap satu meter dari awal ia memasuki lorong tersebut. Aksa menghitung langkahnya. Masih membuntuti Patih dan Cakra yang berjalan hampir berdampingan. Lorong tersebut tak cukup lebar untuk tiga orang berjalan berdampingan membuat Aksa memilih mengamati keadaan dari belakang mereka. Semakin masuk ke dalam, udara hangat mulai menyelimuti kulitnya. Sampai ia menemui sebuah ruangan persegi. Di mana ruangan tersebut terdapat sorotan cahaya di setiap sudutnya. Aksa tahu itu adalah sebuah lubang yang terbuat dari bambu. Dan Aksa yakin kalau bambu itu tembus ke dunia luar. Ya. Kini