COLD WEDDING - EP02

1284 Kata
Alea meregangkan tubuhnya. Tubuhnya sangat segar. Sepertinya dirinya tertidur cukup lama. Wanita itu memutuskan untuk turun, dan keluar dari kamar tersebut. Saat dia keluar dari kamar tersebut, dia ternyata melihat Arka masih tetap pada posisinya semula. Apa Arka sejak tadi belum berpindah tempat? Alea mengangkat bahunya, dan mendudukan diri diatas sofa ujung ruangan Arka. Dengan menopang dagu, wanita itu masih menatap Arka. Dia tersenyum senang, di perhatikan, sejak dahulu hingga sekarang, pria itu sama sekali tak berubah. Iri bicara, pendiam, dan juga bermulut pedas. Hanya paras miliknya saja yang berubah, jauh dewasa. Ternyata efek tidur tadi, membuat dia malah jenuh. Wanita itu merasa kakinya gatel meminta pergi berjalan – jalan.s Namun dia menahannya. Dari pada Arka mengamuk dan melarang datang ke kantor? Itu jauh menyiksa batinnya. Alea melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini sudah memasuki waktu makan siang. Bagaimana bisa, pria itu menyiksa diri dengan bekerja? Itu tidak bisa di biarkan. Wanita itu mendatangi Arka dengan segenap jiwanya. Dia mengetuk meja Arka, mencoba mengalihkan pandangannya. "Arka…" panggilnya. Arka tak meresponnya, memang sengaja atau dia fokus bekerja. Hanya Tuhan lah yang tau. Wanita itu mencoba memanggil kembali pria itu dengan nada manjanya. "Arka…" berulang kali wanita itu memanggil, namun laki - laki dihadapannya tak menjawab. Sekali dua kali tak mendapat jawaban, Alea menjadi kesal. Dia langsung merebut dokumen Arka. Arka, mendongak kesal, menahan marah. Melihat pria itu marah, Alea menahan tawanya. "Giliran ditarik aja ngerespon. Makanya kalau dipanggil tuh ngejawab, Arka sayang…" "Mau kamu apa?" sambil memejamkan mata, laki - laki itu menahan emosinya. "Ini udah jam makan siang, makan yuk!” "Kamu bisa kan pergi sendiri. Saya sibuk!” Arka menarik dokumennya kasar. Sedikit tergores, namun tidak masalah. Alea juga tidak akan memarahi pria itu apapun kesalahannya. “Jutek aja aku suka, apa lagi semanis madu, aku langsung hamil, Ka,” batinnya. Melihat Arka yang selalu mengabaikannya, otak licik Alea terputar. Dia merogoh tasnya, dan mengeluarkan benda pipih dari sana. Jemarinya mencari nomor, dan langsung menelponnya. "Halo Uncle Dion?" dengan sedikit menekan nama Dion, Alea melirik sekilas ke arah Arka. Benar dugaannya, Arka sedikit terpengaruh. Pria itu kesal mendengar nama Dion di panggil. Dia bangkit dan kemudian merebut ponsel milik wanita itu, dan melemparnya kasar. “Maksud kamu menelpon Papah saya apa?” Alea menaikan alisnya, dan mengedikan bahu. Melihatnya semakin memancing emosi Arka. “Alea…” geramnya. Alea akhirnya menghembuskan napasnya. “Arka sayang, aku cuma mau kamu tepat waktu makan. Inget ya, kerja boleh, tapi jangan sampai sakit. Itu aja kok, susah ya?” “Saya ingin atau tidak, itu urusan saya. Kenapa kamu repot!” “Ya repot lah, orang aku kan calon istri kamu, lupa yaa…” goda Alea. "Sejak kapan kamu jadi calon istri saya?" "Sejak dulu sampai sekarang. Udahlah isi perut dulu baru kerja!" "Saya tidak lapar,” jawab Arka ketus. Alea kembali mengambil ponselnya, dan mengangkat keatas, sambil mengancam. “Yaudah, aku ahli dalam telpon menelpon, kok!” Alea akan menekan kembali nomor Dion, namun, terhenti. "Oke fine, kita makan siang! Puas?!” “Puas lah! Pake tanya lagi!” Arka memutar bola matanya jengah, lalu keluar terlebih dahulu dari ruangannya. Wanita itu dengan bahagia, mengekori Arka. Dengan mobil milik Arka, mereka berdua sampai di sebuah restaurant. Mereka masuk, dan duduk berhadapan. Alea, mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. Tak lama setelah itu pelayan pun mendekat meja mereka. "Permisi Tuan Nyonya, ada yang bisa dibantu?" Alea mengambil buku menu, dan membacanya sekilas. Lalu dia menyebutkan pesanan yang ingin dia makan. "Fried rice special with mushroom satu. Em… Chickend black papper boleh deh satu. Tofu kayaknya enak, sama minumnya lemon tea.” Alea menutup buku menu sambil menatap Arka, “Arka mau pesan apa?” Arka yang sejak tadi sibuk bermain ponselnya menoleh, dia terdiam sejenak sebelum membuka mulut untuk memesan. “Americano coffe.” Alea mengangguk, dan menatap ke pelayan tersebut. “Ah itu aja Mbak pesanannya.” “Baiklah, harap tunggu sejenak. Pesanan sudah saya catat. Saya permisi.” Menunggu pesanan mereka datang, Alea tak henti - henti menatap Arka tanpa berkedip. Matanya bagai alat pendeteksi barang langka. Ketampanan Arka berada di level sempurna. Sungguh makhluk Tuhan paling sexy yang pernah ada. Beberapa menit kemudian, hidangan yang mereka pesan datang. Alea sudah siap dengan celemek yang dia gunakan, dan sendok garpu di tangannya. Niatnya terhenti, ketika melihat Arka diam sambil menyusrup kopinya. "Kamu yakin nggak makan? Kita bisa sharing lo. Itung – itung latihan sebelum menikah?" tanya Alea. Arka diam, tak menanggapi apa yang Alea katakan. "Yaudah, aku makan sendiri!” Wanita itu ahli dalam makanan. Dia bahkan mampu menghabiskan tiga porsi dewasa, meski perutnya kecil. Arka yang melihat Alea menyantap makanannya menggelengkan kepala. Bagaimana bisa tubuh sekecil itu sangat rakus? Menjijikan dalam benaknya. Perut Alea merasa meledak, dia menghabiskan makanan dalam porsi lumayan banyak. Sebuah gas mendorong keluar, dan berakhir seperti ledakan di mulutnya. "Eogh!" Alea menutup mulutnya. Dia ternyata bersendawa cukup kencang. Dia masih sadar, menjaga citra dirinya di depan Arka. “Sorry banget, Ka. Sumpah nggak sengaja. Habisnya makanannya enak, nggak tahan, jadi kalap!” katanya dengan menyengir. Arka tak peduli. Dia malah meninggalkan beberapa lembar seratus ribu diatas meja, dan bangkit pergi. Alea melepas cepat celemeknya, dan mengejar Arka. "Ih Arka tungguin lah. Masa di tinggal sih!” Beruntung sekali Arka tak meninggalkannya tadi. Dia kini duduk di samping kemudi, di dalam mobil Arka. Tak ada percakapan, hanya ada mereka dan juga hening. Memberanikan diri, Alea memulai percakapan. "Arka…" panggil Alea lembut. Tak ada jawaban apapun, Arka hanya menghadap kedepan fokus menyetir. Sementara Alea tidak berhenti mengoceh. “Rahasia ganteng terus gimana sih Ka? Aku kan jadi capek jatuh cinta sama kamu terus? Udah kayak roti boi aja bikin candu.” "Kalau nggak penting gausah ngomong. Bikin polusi!” Jika orang lain, sudah pasti mundur teratur mengejar Arka. Tapi, dia Alea. Ucapan pedasnya tak mempan. Langsung terhempas tanpa masuk ke dalam hati. “Aku kan jujur. Oh iya, Ka. Kamu kenapa nggak nerima tender dari Om Hady? Kan lumayan, aku denger tendernya gede? Kenapa nggak mau terima?” “Karena kamu.” Alea mengerjapkan mata, “Kamu tau tender itu aku yang minta sama Om Hady?” “Kamu pikir saya minta kamu mencampuri pekerjaan saya?!” “Ka, maksud aku nggak-” Cit! Mobil pun tiba - tiba berhenti. Alea pun terkejut dan membelakan mata. "Turun!" perintah Arka. "Kok turun, ini belom sampe loh Ka?" "Turun!" ucap Arka sekali lagi. "Nggak mau! Tega banget sih kamu nurunin aku dijalan!" Alea menolak untuk turun. "Turun atau aku paksa!" tatapan tajam Arka membuat nyali wanita itu ciut. Alea meneguk salivanya kasar. Belum mengucap sepatah kata, tiba – tiba Arka turun dari mobil. Dia membuka pintu mobil satunya, dan menarik paksa Alea turun dari mobilnya. Alea yang di seret meronta, “Ka, nggak mau! Nggak mau! Tega banget sih-Aw!” Arka menghempaskan wanita itu dengan kasar. Dia dingin dan tak berperasaan. Dengan acuhnya, pria itu malah kembali ke dalam mobil. Alea yang tak mau di tinggal, menggedor kaca mobil Arka kencang. "Buka pintunya Ka! Bukain! Aku nggak mau di tinggal! Arka… Arka-” Mobil Arka meninggalkan Alea pergi. Entah apa yang dipikiran Arka sehingga meninggalkan Alea sendirian dijalan. Bagaimana jika dirinya diculik? Alea menendang batu krikil di hadapannya dengan sangat kesal. Arka memang kadang menyebalkan. Membuat darahnya mendidih langsung naik. "ARKA SIALANN! AKU DOAIN CINTA MATI SAMA AKU MAMPUS KAMU!" Kemudian Alea merogoh tasnya mengambil benda pipi itu dari tasnya. "Bang jemput aku sekarang! Alea dijalan Patrius deket kampusnya Celine. Jangan banyak tanya, di kira quis berhadiah apa! Buruan jempu se-ka-rang!!" Beep! Dia menutup panggilannya, dan menatap jalanan dengan kesal. “Dasar tidak berperi ke anuan-eh kemanusiaan! Arka memang ancuk!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN